"Memangnya siapa yang suruh kamu ketemu orangnya? Aku cuma butuh nomor teleponnya, Tom!" "Lha, ya kalau ketemu orangnya aku akan tanya teleponnya, gitu!" "Oleng odel, Lu. Ngapain juga harus cari orangnya, cari teleponnya aja, tanya sana sini kan?" Terdengar tawa Tommy. "Bos bos..." Nick langsung menutup pembicaraan lalu keluar dari ruang kerja kembali menghampiri Nia dan Nico.Nick bisa melihat tanda tanya di wajah istrinya, tapi Nick pura-pura nggak tahu. Sebenarnya tiba-tiba terbersit dalam pikiran Nick untuk mengundang Bella berkunjung, sudah cukup lama Nick tidak mendengar Kania bercanda dengan Bella, biasa mereka janjian ketemu atau hanya melalui telepon. Biasanya walau hanya melalui telepon pun Bella bisa membuat Kania tergelak-gelak. Itulah sebabnya Nick menyuruh Tommy mencari Bella, agar bisa menghibur hati istrinya yang masih menyimpan kesedihan..."Ayo Sayang, main sama Daddy lagi." "Hole.." segera Nico melompat dari pangkuan Mommy-nya dan berlari mendapatkan Dadd
Ternyata nama KANIA SARASWATI bisa membuat karakter si jutek ini seketika melembut. Nampak Bella sejenak berpikir lalu menyerahkan ponselnya kepada Tommy. "Cepetan ketik nomormu!" Tommy yang sebagian otaknya sudah mulai berfungsi normal langsung mnggeleng."Nggak usah, sebutkan aja gue kirim langsung ke bos." "Itu masalahnya, nomor gue baru ganti jadi nggak hafal!" Tommy menarik nafas, lalu mengambil ponsel Bella dan menyimpan nomornya. Selesai menyimpan nomornya Tommy terpikir untuk langsung mengirim kontak Bella ke nomornya, akan tetapi mengingat di mulut ceplas ceplos di hadapannya langsung Tommy mengurungkan niatnya. 'daripada si wajah seribu ini tiba-tiba berubah lagi jadi jutek mendingan terserah dia aja mau ngirim via apa!'Tommy mengulurkan tangannya dan menyerahkan ponsel Bella. Begitu ponsel sampai di tangannya bergegas Bella akan menekan tombol ketika tiba-tiba tangannya berhenti, matanya berkedip lebih cepat, lalu mendongak dan menatap wajah Tommy. "Siapa namamu?
Sepanjang perjalanan mereka berdiam diri, hingga mereka sampai di tempat tujuan. Bella sudah akan melompat turun ketika terdengar suara Tommy memanggilnya. "Mau ngapain? Tetep di dalam, Bel! Atau aku akan pulangkan kamu lagi." "Sorry aku lupa, reflek pengen ketemu Nia." "Tahan dikit, jangan main lompat aja." "Iyaaaa, kan udah bilang sorry!" Tommy melihat wajah Bella melalui kaca spion, wajah yang jutek maksimal. "tetap duduk aja tidak apa-apa, mobil ini kaca filmnya 80 persen, tapi kalau ada orang yang terlihat mengamati atau ada sesuatu yang terlihat mencurigakan, kamu merunduk saja di bawah, ngerti?" Bella tidak menjawab pertanyaan Tommy, dia hanya mengangguk sambil memonyongkan bibirnya. Tommy pun segera turun dan berjalan ke pintu utama.Belum juga mengetuk, pintu telah terbuka. "Masuk Den Tommy." "Kok Bibi tahu kalau aku mau datang?" Nampak Bik Sih, asisten rumah tangga kesayangan Kania itu mengernyitkan dahinya. Lalu Bik Sih berhitung dengan jarinya. "Bibi lagi
"Bellaaaa." Nia berlari memeluk sahabatnya. "Bel, mimpi apa? Astaga menghilang di telan bumi kamu, Bel!" Kania bertanya sambil mengguncang tubuh Bella lalu kembali mereka berpelukan. Nick yang melihat hal itu seketika tersenyum lebar.Bayangkan...Bella belum ngomong apapun sudah berhasil membuat Kania tertawa."Gue nggak mimpi kan? Gue nggak nyumbang panti asuhan, gue nggak menolong orang buta nyebrang, nggak gendong orang lumpuh, tahu-tahu gue dapat jackpot hari ini." Kania tidak menanggapi karena masih sibuk tertawa mendengar kalimat Bella yang panjang dan sangat menghibur."Nggak pingin tahu jackpotnya apa?" Tanya Bella sambil berbisik lirih di telinga sahabatnya.Dengan sisa tawa di bibir Kania menggeleng, lalu menarik tangan Bella masuk ke ruang tengah. "Duduk...duduk, aku bikinin air lemon dulu ya." "Eh..nggak usah Nia, nggak usah repot-repot Nia." "Astaga Bel, repot dari mana? Kan yang bikin bibi. By the way kok jadi sopan amat? Habis dari negara mana?" tanya Nia lembu
Nampak Nick terdiam sejenak mendengar pertanyaan Tommy."Aku ingin fokus pada peledakan tambang..." Nick berkata sambil menunduk seakan sedang meyakinkan diri sendiri itu bahwa yang sedang di rencanakannya ini benar.Nampak Tommy mengangguk."Yah, kau harus memastikan perusahaan tetap berdiri tegak, jangan sampai mereka masih mengirim orang-orangnya untuk bekerja di perusahaan kita." "Mereka?" Tommy memandang Nick."Mungkin kepentingan satu orang, tapi yang bekerja jelas jamak! Lebih dari satu, salah satunya suster gadungan yang sampai saat ini masih bertahan menutup mulutnya." Kentara sekali ada nada jengkel dalam setiap kalimat yang Tommy ucapkan.Nick memandang jauh ke luar jendela.Dia heran dengan suster gadungan yang sudah di dalam sel tetap tidak mengakui bahwa ada orang lain yang mengirim dia.Suster gadungan itu bilang bahwasanya dia membenci Nia, itu yang membuat dia mengikuti dan ingin mencelakakan Kania. "Sampai sekarang dia belum merubah pernyataannya? Belum ada satu
"Aku mau pulang, Bos." Seketika Nick mengernyitkan dahinya."Oke kau mau pulang, kan tinggal pulang aja?""Okay..thank you..jadi urusan tambang akan kita lanjutkan via telepon ya, aku akan kembali ke kantor segera, ada banyak yang harus ku urus." Nampak Tommy berbicara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya lalu perlahan berdiri sambil memandang lurus sahabatnya. Nick langsung berpikir ada yang tidak pada tempatnya.'apa yang nggak beres sampai kelakuan Tommy jadi rada aneh begini?' batin Nick sambil memandang Tommy lekat-lekat.Gotcha! Dapat!"Jangan pulang dulu, kau tunggu sebentar aku tanya Bella, siapa tahu dia mau ikut kamu sekarang." Seketika gerakan Tommy terhenti, langsung Nick tahu bahwa tebakannya benar! Tommy ingin menghindar dari kwajiban untuk mengantar Bella pulang. Nick melihat Tommy terdiam hanya mulutnya yang mengumpat lirih. Nick ingin tertawa tapi di tahannya. "Kau berpikir telah berhasil mengelabuiku lalu mau menghilang secepatnya?" Tommy menggeleng. "Aku
"Mau berhenti?" Mereka saling bertukar pandang. Nick membelai rambut Kania. "Aku hanya ingin kau bahagia, mungkin karena belum terbiasa kau akan merasa_""Aku bahagia saat aku melihat pria yang aku sayangi bahagia!" Nia menegaskan maksudnya dengan langsung melanjutkan apa yang tadi terputus. Segera kedua tangannya berkolaborasi untuk memberi kenikmatan kepada suaminya. Nick menahan kenikmatan yang mendera begitu kuat, tangan kanan Nick mengangkat rambut istrinya dan tangan kiri bertumpu di meja kerjanya, begitu hebat yang dirasakannya hingga dia harus berjuang untuk mempertahankan kedua kakinya berdiri tegak. "Sayangggg..." Nick melihat istrinya hanya menjawab dengan kerlingan tanpa menghentikan apa yang sedang dilakukannya. "Sayang...Nia.." "Aku mungkin belum mahir melakukannya, kau harus menunjukkan padaku apa yang paling kau inginkan, apa yang paling kau suka..say it, Hon!" Nick menarik nafas panjang agar dapat mengirim oksigen ke otaknya yang sedang tumpul. Kombinasi
Mendengar ucapan suaminya, Nia mengangkat keningnya. "Beneran, Hon?" "Beneran!" Bisik Nick sambil mencium leher Kania. "Kan...Nia belum bisa, Hon." "All roads lead to Rome," bisik Nick."Serius?" "Nggak terasa kalau serius?" rajuk Nick sambil membetulkan posisi duduk Kania di pangkuannya agar Kania tahu betapa 'seriusnya' dirinya."Terasa kan betapa seriusnya suamimu ini.""Secepat itu, Hon? Nggak takut cedera?" tanya Kania dengan raut wajah bahagia.Nick tertawa."Kalau nggak cepet-cepet dikeluarin, ya malah bisa cedera." Nick makin menggoda istrinya."Dikeluarin?"Kania bertanya dengan raut wajah meledek suaminya."Maksudku bukan keluar yang keluar dari tempatnya, maksudnya itu bahasa bayangan... gimana neranginnya ya? Repot kalau udah salah paham gini." Nia makin tertawa melihat wajah Nick yang berusaha serius menerangkan arti kata KELUAR!"Kalimat 'bukan keluar yang keluar' itu adalah kalimat pemantik, jadi kalau tadi belum keluar maka sekarang aku pastikan akan keluar, S