Sepanjang perjalanan mereka berdiam diri, hingga mereka sampai di tempat tujuan. Bella sudah akan melompat turun ketika terdengar suara Tommy memanggilnya. "Mau ngapain? Tetep di dalam, Bel! Atau aku akan pulangkan kamu lagi." "Sorry aku lupa, reflek pengen ketemu Nia." "Tahan dikit, jangan main lompat aja." "Iyaaaa, kan udah bilang sorry!" Tommy melihat wajah Bella melalui kaca spion, wajah yang jutek maksimal. "tetap duduk aja tidak apa-apa, mobil ini kaca filmnya 80 persen, tapi kalau ada orang yang terlihat mengamati atau ada sesuatu yang terlihat mencurigakan, kamu merunduk saja di bawah, ngerti?" Bella tidak menjawab pertanyaan Tommy, dia hanya mengangguk sambil memonyongkan bibirnya. Tommy pun segera turun dan berjalan ke pintu utama.Belum juga mengetuk, pintu telah terbuka. "Masuk Den Tommy." "Kok Bibi tahu kalau aku mau datang?" Nampak Bik Sih, asisten rumah tangga kesayangan Kania itu mengernyitkan dahinya. Lalu Bik Sih berhitung dengan jarinya. "Bibi lagi
"Bellaaaa." Nia berlari memeluk sahabatnya. "Bel, mimpi apa? Astaga menghilang di telan bumi kamu, Bel!" Kania bertanya sambil mengguncang tubuh Bella lalu kembali mereka berpelukan. Nick yang melihat hal itu seketika tersenyum lebar.Bayangkan...Bella belum ngomong apapun sudah berhasil membuat Kania tertawa."Gue nggak mimpi kan? Gue nggak nyumbang panti asuhan, gue nggak menolong orang buta nyebrang, nggak gendong orang lumpuh, tahu-tahu gue dapat jackpot hari ini." Kania tidak menanggapi karena masih sibuk tertawa mendengar kalimat Bella yang panjang dan sangat menghibur."Nggak pingin tahu jackpotnya apa?" Tanya Bella sambil berbisik lirih di telinga sahabatnya.Dengan sisa tawa di bibir Kania menggeleng, lalu menarik tangan Bella masuk ke ruang tengah. "Duduk...duduk, aku bikinin air lemon dulu ya." "Eh..nggak usah Nia, nggak usah repot-repot Nia." "Astaga Bel, repot dari mana? Kan yang bikin bibi. By the way kok jadi sopan amat? Habis dari negara mana?" tanya Nia lembu
Nampak Nick terdiam sejenak mendengar pertanyaan Tommy."Aku ingin fokus pada peledakan tambang..." Nick berkata sambil menunduk seakan sedang meyakinkan diri sendiri itu bahwa yang sedang di rencanakannya ini benar.Nampak Tommy mengangguk."Yah, kau harus memastikan perusahaan tetap berdiri tegak, jangan sampai mereka masih mengirim orang-orangnya untuk bekerja di perusahaan kita." "Mereka?" Tommy memandang Nick."Mungkin kepentingan satu orang, tapi yang bekerja jelas jamak! Lebih dari satu, salah satunya suster gadungan yang sampai saat ini masih bertahan menutup mulutnya." Kentara sekali ada nada jengkel dalam setiap kalimat yang Tommy ucapkan.Nick memandang jauh ke luar jendela.Dia heran dengan suster gadungan yang sudah di dalam sel tetap tidak mengakui bahwa ada orang lain yang mengirim dia.Suster gadungan itu bilang bahwasanya dia membenci Nia, itu yang membuat dia mengikuti dan ingin mencelakakan Kania. "Sampai sekarang dia belum merubah pernyataannya? Belum ada satu
"Aku mau pulang, Bos." Seketika Nick mengernyitkan dahinya."Oke kau mau pulang, kan tinggal pulang aja?""Okay..thank you..jadi urusan tambang akan kita lanjutkan via telepon ya, aku akan kembali ke kantor segera, ada banyak yang harus ku urus." Nampak Tommy berbicara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya lalu perlahan berdiri sambil memandang lurus sahabatnya. Nick langsung berpikir ada yang tidak pada tempatnya.'apa yang nggak beres sampai kelakuan Tommy jadi rada aneh begini?' batin Nick sambil memandang Tommy lekat-lekat.Gotcha! Dapat!"Jangan pulang dulu, kau tunggu sebentar aku tanya Bella, siapa tahu dia mau ikut kamu sekarang." Seketika gerakan Tommy terhenti, langsung Nick tahu bahwa tebakannya benar! Tommy ingin menghindar dari kwajiban untuk mengantar Bella pulang. Nick melihat Tommy terdiam hanya mulutnya yang mengumpat lirih. Nick ingin tertawa tapi di tahannya. "Kau berpikir telah berhasil mengelabuiku lalu mau menghilang secepatnya?" Tommy menggeleng. "Aku
"Mau berhenti?" Mereka saling bertukar pandang. Nick membelai rambut Kania. "Aku hanya ingin kau bahagia, mungkin karena belum terbiasa kau akan merasa_""Aku bahagia saat aku melihat pria yang aku sayangi bahagia!" Nia menegaskan maksudnya dengan langsung melanjutkan apa yang tadi terputus. Segera kedua tangannya berkolaborasi untuk memberi kenikmatan kepada suaminya. Nick menahan kenikmatan yang mendera begitu kuat, tangan kanan Nick mengangkat rambut istrinya dan tangan kiri bertumpu di meja kerjanya, begitu hebat yang dirasakannya hingga dia harus berjuang untuk mempertahankan kedua kakinya berdiri tegak. "Sayangggg..." Nick melihat istrinya hanya menjawab dengan kerlingan tanpa menghentikan apa yang sedang dilakukannya. "Sayang...Nia.." "Aku mungkin belum mahir melakukannya, kau harus menunjukkan padaku apa yang paling kau inginkan, apa yang paling kau suka..say it, Hon!" Nick menarik nafas panjang agar dapat mengirim oksigen ke otaknya yang sedang tumpul. Kombinasi
Mendengar ucapan suaminya, Nia mengangkat keningnya. "Beneran, Hon?" "Beneran!" Bisik Nick sambil mencium leher Kania. "Kan...Nia belum bisa, Hon." "All roads lead to Rome," bisik Nick."Serius?" "Nggak terasa kalau serius?" rajuk Nick sambil membetulkan posisi duduk Kania di pangkuannya agar Kania tahu betapa 'seriusnya' dirinya."Terasa kan betapa seriusnya suamimu ini.""Secepat itu, Hon? Nggak takut cedera?" tanya Kania dengan raut wajah bahagia.Nick tertawa."Kalau nggak cepet-cepet dikeluarin, ya malah bisa cedera." Nick makin menggoda istrinya."Dikeluarin?"Kania bertanya dengan raut wajah meledek suaminya."Maksudku bukan keluar yang keluar dari tempatnya, maksudnya itu bahasa bayangan... gimana neranginnya ya? Repot kalau udah salah paham gini." Nia makin tertawa melihat wajah Nick yang berusaha serius menerangkan arti kata KELUAR!"Kalimat 'bukan keluar yang keluar' itu adalah kalimat pemantik, jadi kalau tadi belum keluar maka sekarang aku pastikan akan keluar, S
"Bella sudah pulang hanya karena dia harus memenuhi janji dengan seseorang yang sedang mempekerjakannya, kalau tidak dia akan mengasah keahliannya meledekku habis-habisan," keluh Nia sambil memandang wajah suaminya. Nick tersenyum, dia bisa membayangkan apa yang dilakukan Bella, sahabat istrinya yang selalu terus terang, apa yang ada di hatinya itu yang akan keluar melalui mulut dan bibirnya."Setelah kamu bilang 'mulutmu Bell!' terus apa yang dia katakan?"Kania seperti sedang berpikir lalu merubah posisinya, sekarang dia telungkup dengan satu tangan melingkari pinggang Nick.Nia memandang suaminya, jari telunjuknya menelusuri bibir seksi suaminya."Dia ngomong apa ya sampai aku bilang begitu...tunggu...kami sedang ber_""Dia bilang besar, kuat dan tahan lama.." Bastian memotong kalimat Kania, seketika Kania bersorak."Oh iyaaaa, memang bener kan mulutnya tuh ya, kalau dia lagi bahas kita selalu dihubungkan dengan ranjang, tahu nggak. Jadi berasa kita bahas hal mesum mesum padahal
"Boleh..." Kania menegaskan pernyataannya dengan anggukkan kepala. "Nggak keberatan ditinggal?" Kini Kania menggeleng. "Bener?" Kembali Nick bertanya seakan ingin meyakinkan hatinya sendiri bahwa tidak apa-apa meninggalkan Nia di Indonesia..Kania menatap wajah suaminya yang telah membahagiakannya habis-habisan. Sebenarnya Nia ingin bilang sangat keberatan. Nia tahu kalau dia menjawab apa adanya akan terlihat sangat kekanak-kanakan. Toh, selama ini Nick terlalu sering mengalah. Dia bisa pergi ke kantor kan? Beraktivitas seperti biasa dengan Lisa, Tiara dan anak buahnya yang lain. Walau jika mau jujur dari hati yang paling dalam dia tidak ingin Nick pergi bukan karena dia tidak ingin sendirian tapi lebih karena dia mencemaskan Nick! "Nggak apa-apa, Hon. Tapi...kamu hati-hati di sana, jangan...gampang teralihkan, fokus ya Hon!" "Teralihkan?" "Teralihkan." "Contohnya?" "Misal, ada karyawan bikin ulah, atau ada mendadak ada masalah lagi yang sepertinya kok kebetulan, yah...se
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba