Beranda / Pernikahan / Rahasia Anak Kembar Sang CEO / Bab 66. Cemburu Kepada Tama

Share

Bab 66. Cemburu Kepada Tama

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Paman, apa ini semua untukku?" tanya Alana sambil memilih-milih bingkisan hadiah yang begitu banyak. Namun Pandu hanya diam saja. Alana menggoyang-goyangkan lengan Pandu. "Paman, kenapa diam saja? Ayo, temani aku bermain!" seru Alana, mengulurkan kedua tangannya ke depan.

Lamunan Pandu sontak buyar karena suara Alana. Lalu Pandu menuruti kemauan Alana. "Semua ini untukmu, Alana."

"Aku boleh membuka hadiahnya?" Alana mengambil satu set boneka Barbie yang diletakkan di antara mainan lainnya. Sedari tadi Alana tidak sabar ingin membukanya.

"Tentu, Alana. Karena hadiah itu memang untuk kamu." Pandu mengusap kepala anak perempuan itu.

Pandu dan Alana duduk di atas karpet—masih berada di ruang bermain, pasangan anak dan Ayah itu dengan kompak membuka hadiah yang sudah disediakan Pandu.

Alana terlihat sangat antuasias ketika Pandu mengeluarkan satu set boneka dari kardusnya.

"Bagaimana, Alana? Kamu suka dengan bonekanya?" tanya Pandu. Satu tangan lelaki itu mengusap rambut Alana y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 67. Pengorbanan Baron

    "Apa Paman baik boleh tahu?" tanya Alana dengan sangat pelan.Pandu menggelengkan kepalanya. "Ini rahasia kita berdua." Pandu menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Alana. "Janji!""Baik, Paman," ucapnya, lalu Alana menarik tangannya saat melihat Tama datang.Tama menghampiri Pandu dan Alana di depan teras. "Kita pulang sekarang, Lana?""Iya, Paman."Tama menggerakkan kepalanya memberi anggukan hormat kepada Pandu. "Saya mengantar Alana dulu, Bos." "Iya, hati-hati!" Pandu melambaikan tangannya pada Alana. "Sampai jumpa lagi anak manis."Alana juga melambaikan tangannya sambil tersenyum sebelum masuk ke dalam mobil.Dalam perjalanan, Alana terlihat gelisah. Sesekali ia menatap Tama yang sedang fokus mengemudi. Ia teringat dengan janjinya kepada Pandu. Selama ini tidak pernah ada yang disembunyikan dari laki-laki yang sangat ia sayangi itu.Tama melihat kegelisahan gadis kecil itu. Lalu, menghentikan mobilnya di bahu jalan. "Ada apa, Lana? Apa kamu baik-baik saja?"Alana m

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 68. Doa Untuk Baron

    Tama menghampiri sahabat yang menjadi pengawal Amanda dan anak-anaknya. "Baron, sadarlah!"Tama merasa lega setelah tahu Baron masih bernapas. Ia segera mengeluarkan sapu tangan dari saku jasnya dan menekan kening Baron untuk menghentikan pendarahan.Dengan tangan kirinya, ia mengambil ponsel dari saku celana dan segera menelpon seseorang sambil menatap Baron yang sedang tergeletak dengan bersimbah darah.Tama berbicara panjang lebar. Ia menceritakan kejadian yang baru ia alami, hingga Baron mengalami kecelakaan kepada orang dari balik telepon. "Saya ingin kamu menyelidikinya dan laporkan segera!" perintah Tama sebelum mengakhiri panggilan teleponnya.Tama tidak berani mengubah posisi Baron. Ia khawatir ada luka serius pada tubuh sahabatnya itu.Tidak lama kemudian, polisi dan petugas medis tiba di tempat kecelakaan. Mereka memulai penyelidikan dan memberikan pertolongan kepada Baron. "Paman baik, apa Paman Baron akan baik-baik saja?" tanya Alan sambil memegangi tangan Tama.Tama be

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 69. Kedatangan Bella

    Bella. Istri Baron yang sedang hamil, datang ke rumah sakit untuk menjenguk suaminya.'Siapa Tante ini?' gumam Alan dalam hatinya sambil terus menatap Bella.Tama mengangkat kepalanya, lalu menghampiri wanita hamil itu. "Bella, kamu sudah datang. Baron pasti senang melihatmu di sini."Bella tersenyum pada Tama, merasa sedikit lega bahwa dia tidak sendirian. Ada sahabat sang suami yang selalu baik padanya. "Bagaimana kondisi Baron?"Tama menghela napas sejenak sebelum menjawab. "Dia masih dalam keadaan kritis. Dokter mengatakan kalau dia akan butuh waktu untuk pulih. Kami semua sangat khawatir, tetapi kita harus tetap berharap yang terbaik."Bella mengangguk dengan sedih. Dia kemudian melihat seorang perempuan muda yang tidak dikenal duduk di sudut ruangan. Perempuan itu, yang Bella duga sebagai Amanda, tampak tegang dan khawatir.Amanda tersenyum kepada Bella, lalu bangun dari duduknya."Tama, apa dia ...." Bella tersenyum pada Amanda, lalu beralih menatap Tama. Baron selalu bercerita

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 70. Melewati Masa Kritis

    Tama menatap Bella dengan tulus, memahami betapa dalamnya cinta dan kekhawatiran Bella terhadap Baron."Saya akan mencoba mengatur pertemuanmu dengan dokter yang menangani Baron," kata Tama sambil menggenggam tangan Bella. "Mungkin Dokter bisa memberikan sedikit pengecualian untukmu. Tetapi kita harus menghormati kebijakan rumah sakit yang ada dan mempertimbangkan kesehatan Baron yang terpenting."Bella mengangguk dengan cepat. "Terima kasih, Tama."Tama segera bangun dari duduknya ketika melihat seorang dokter keluar dari ruang ICU dan berjalan menuju lorong tempat ia menunggu. Tama segera melangkah mendekatinya, wajahnya penuh dengan harap dan ketegangan."Dokter, bisa saya bicara dengan Anda sebentar?" Tama berkata dengan sopan.Dokter itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Tama. "Tentu. Apa yang bisa saya bantu?" jawab dokter dengan ramah."Teman saya, Baron, ada di ruang ICU, dan istrinya ingin menemuinya. Bisakah Dokter memberi waktu sedikit untuk bertemu dengan suami

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 71. Bercermin Pada Masa Kecil

    Di samping tempat tidurnya, ada Bella, istrinya. Dia memegang tangan Baron dengan lembut, menatapnya dengan cemas. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa khawatirnya Bella tentang nasib Baron. "Kamu harus pulih, Baron," bisik Bella dengan suara parau, berusaha menahan air mata yang ingin keluar. "Kamu harus bangun, untukku, untuk teman-temanmu, dan untuk keluargamu." Meskipun dalam keadaan tidak sadar, suara Bella merasuki alam bawah sadar Baron. Dalam dunia mimpi, dia seperti di kelilingi kabut tebal. Suaranya seolah-olah menjadi filter di antara kenyataan dan dunia maya. Perlahan-lahan, kesadaran Baron mulai muncul. Malam itu, di dalam mimpinya, Baron berjalan melintasi hutan yang gelap dan suram. Daun-daun gugur berjatuhan di sekelilingnya, menciptakan suara yang hampir menghantui. Tiba-tiba, di kejauhan, dia melihat cahaya yang lembut memancar dari balik pepohonan. Baron melangkah menuju cahaya itu dengan hati-hati. Semakin dekat dia melihat dengan jelas seorang wan

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 72. Rahasia Alan dan Alana

    "Iya, aku juga hanya mau Paman baik yang menjadi ayah kita," kata Alana, "ayo Alan kita pergi makan es krim. Mungkin Paman baik sangat sibuk. Jadi, Paman Pandu yang menjemput kita.""Baiklah karena Paman Pandu Bos Paman baik kita, aku mau ikut dengannya," kata Alan."Paman, ayo!" Alana menarik tangan Pandu, hingga Pandu tersentak dari lamunannya."Baiklah, kita pamit dulu kepada penjaga keamanan sekolah ini." Pandu menghampiri penjaga keamanan sekolah sambil memegangi tangan kedua anak itu. "Pak, kami pulang dulu."Penjaga keamanan itu terdiam sejenak menatap Pandu dan Alan bergantian. Kemudian tersenyum, lalu berkata, "Hati-hati, Pak.""Iya, Pak. Terima kasih." Pandu tersenyum ramah, lalu melangkah pergi.'Ternyata Alan begitu mirip dengan ayahnya,' gumam penjaga keamanan itu sambil melambaikan tangannya kepada Alan dan Alana yang sudah masuk ke dalam mobil.Di sepanjang jalan, Pandu terus berbicara dan tertawa, menikmati momen kebersamaan bersama kedua anak itu. Pandu memarkirkan mo

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 73. Rahasia Amanda Dan Tama

    "Paman!" Alana menepuk bahu Pandu yang terlihat sedang melamun. "Ayo kita makan es krim lagi!"Alan dan Alana sedang bersenang-senang, sedangkan Amanda sedang kalang kabut mencari mereka.Di kantor BARA Corporation, Tama sedang fokus pada pekerjaannya. Ketika ponselnya berdering terus-menerus, Tama tetap mengabaikannya."Saya harus segera menyelesaikan pekerjaan ini. Di rumah hanya ada Amanda dan Paman Nato, saya khawatir Nyonya Vena mengetahui tempat tinggal mereka," gumam Tama sambil meregangkan otot lehernya."Amanda ...jangan-jangan yang menelpon saya adalah dia?" Tama bergegas merogoh benda pipih yang ada di saku celananya. Dan benar saja, panggilan telepon itu dari Amanda."Halo, Amanda," sapa Tama dengan perasaan bersalah karena sejak tadi mengabaikan panggilan teleponnya."Apa Alan dan Alana bersamamu?" tanya Amanda tanpa basa-basi."Saya sedang di kantor, memangnya ada apa?" Tama menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya."Ya Tuhan ... kamu tidak membaca pesanku?""S

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 74. Terungkap

    Setelah ditenangkan oleh Tama, Amanda terdiam. Ia masih memeluk erat tubuh kekar Tama. Pandu menatap Tama yang tengah memeluk mantan istrinya, Amanda. Napasnya terasa terhenti, hatinya dipenuhi dengan amarah dan kecemburuan. Dalam hati, ia berusaha menenangkan diri agar tidak membiarkan emosi menguasai sepenuhnya.Tama merasakan hadirnya Pandu dan segera melepaskan pelukannya dari Amanda. Ia melihat wajah Pandu yang terlihat sedang marah. "Maafkan saya, Bos. Saya hanya menenangkan Amanda."Pandu mencoba mengontrol emosinya dan dengan suara bergetar, ia berkata, "Aku butuh penjelasan, tolong jelaskan padaku apa yang sedang terjadi di antara kalian?"Tama tampak sedikit terkejut oleh pertanyaan Pandu. Ia berusaha menjaga ketenangannya, lalu tersenyum pahit sambil menatap mata Pandu. "Bos, saya hanya menenangkan Amanda supaya anak-anak tidak penasaran dengan apa yang terjadi di sini."Amarah Pandu sedikit mereda setelah mendengar penjelasan dari Tama, tetapi rasa kebingungannya masih be

Bab terbaru

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 115. Menikah

    Nyonya Vena malah bersimpuh di hadapan Amanda. Ia berbicara dengan suara yang serak sambil menunduk. "Amanda, tolong maafkan aku. Aku menyesal telah berencana mengambil Alan dan Alana darimu. Aku menyadari betapa pentingnya hubunganmu dengan cucuku, yang tak pernah kurasakan sebelumnya."Amanda tercengang mendengar permintaan maaf dari Nyonya Vena. Ia tidak pernah menduga bahwa Nyonya Vena akan bersimpuh di hadapannya dan meminta maaf dengan begitu tulus. Hatinya dipenuhi oleh rasa haru dan mulai melunak."Aku telah melihat betapa besar pengaruhmu dalam hidup cucuku. Aku menyadari kesalahanku dan berjanji untuk tidak memisahkanmu dari mereka. Kamu adalah seorang ibu yang hebat dan cucuku membutuhkanmu. Aku minta agar kamu mengampuniku."Amanda merasa terharu dan ingin memberikan kesempatan kedua kepada Nyonya Vena. Ia dapat melihat perubahan yang tulus dalam hati wanita itu. "Nyonya Vena," ucap Amanda dengan penuh pengertian, "aku sangat menghargai permintaan maafmu. Aku juga berhara

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 114. Ancaman Pandu

    Di sebuah ruang keluarga yang terasa sunyi, Pandu duduk di sofa dengan wajah tegang dan pandangan tajam yang menatap ibunya. Di sampingnya juga ada Amanda."Kenapa kalian tidak membawa cucu-cucuku?" tanya Nyonya Vena berpura-pura baik."Bu, kami memutuskan untuk kembali menikah." Amanda langsung berbicara pada intinya. "Aku harap Ibu merestui kami."Nyonya Vena hanya diam, ia tidak bisa berkata-kata. Walaupun Amanda sudah melahirkan dua orang cucu untuknya, tapi ia tidak mau Amanda menjadi menantunya untuk yang kedua kali karena ia tidak mau mempunyai menantu miskin.Pandu tersenyum sinis melihat ibunya hanya diam tanpa mengucapkan satu patah kata pun. "Sudah kuduga, Ibu baik kepada Amanda hanya ingin membuatnya sengsara.""Mas ...." Amanda menggenggam tangan Pandu supaya lelaki itu tidak melanjutkan ucapannya."Amanda, kita sudah dibodohi oleh wanita tua ini, apa kamu masih memercayainya?" Pandu memulai percakapan dengan nada tegas."Mas, aku yakin Ibu sudah berubah, apalagi saat ini

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 113. Kesempatan Kedua

    Pandu berdiri di hadapan Amanda. Tatapan penuh harap mengarah pada Amanda yang duduk di hadapannya. Suasana sunyi seketika menyelimuti ruangan, hanya suara detak jam di dinding yang terdengar di telinga mereka bertiga."Sudah cukup lama kita hidup terpisah, Amanda," ucap Pandu dengan suara bergetar, mencoba menekan perasaan gugupnya. "Kita telah melewati banyak hal bersama, dan jujur, aku tak bisa hidup tanpamu."Walau merasa gugup, tapi Pandu memberanikan diri untuk kembali melamar mantan istrinya di hadapan asisten dan sekretarisnya."Sekian lama kita berpisah, tapi cintaku padamu tidak pernah berubah. Walaupun dulu aku sempat sakit hati padamu karena kesalahpahaman, tapi cinta di hatiku tidak pernah pudar."Amanda menatap Pandu dengan wajah yang penuh keraguan, pikiran dan hatinya berkecamuk. Mengingat alasan di balik keputusan mereka berpisah membuat hati Amanda tersayat seperti belati. Dia tahu, kesalahan dan kesalahpahaman telah merusak cinta yang pernah mereka miliki."Tapi, Ma

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 112. Calon Istri Tama

    Tama sampai di rumahnya setelah Mahawira pulang. Ia berpapasan dengan Pandu yang akan pulang ke rumahnya."Bos, kapan kalian sampai?" tanya Tama."Kamu dari mana?" Bukannya menjawab, tapi Pandu malah balik bertanya kepada asistennya itu."Saya ...." Tama menghentikan ucapannya saat ponsel dalam sakunya berdering tanpa henti. Tama merogohnya dan melihat layar ponselnya. "Pak Jo. Sepertinya ada informasi penting," ucap Tama pada Pandu.Tama menjawab panggilan dari kepala pelayan di rumah sang bos."Tuan, ada informasi penting tentang Nyonya besar," ucap Pak Jo dari balik telepon."Kami akan ke sana sekarang. Kita bicarakan di rumah saja.""Apa Anda sudah kembali, Tuan?""Saya dan Bos sudah pulang," jawab Tama, "kami akan segera ke sana."Tama menutup teleponnya segera. "Bos, saya ganti pakaian dulu. Kita akan ke rumah Anda sekarang.""Baju kamu basah, memangnya kamu dari mana?" Pandu keheranan melihat baju asistennya basah."Tadi di sana hujan, saya kehujanan saat kembali ke mobil," jaw

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 111. Memaafkan

    "Terima kasih, Sayang." Tama mencium tangan Tiara berkali-kali."Sayang?" Tiara terkejut. "Kita belum menikah.""Kita bisa mulai membiasakan diri dari sekarang." Tama menatap Tiara sambil tersenyum. Ia tidak menyangka pilihan terakhir jatuh pada sekretaris sang bos. "Saya berjanji akan memperlakukanmu dengan baik."Tiara tersenyum sambil bergumam dalam hati. 'Semoga keputusan saya tidak salah.'Sementara di rumah Tama, Amanda dan anak-anaknya baru saja sampai di rumah setelah pulang dari luar negeri."Bu, kenapa Ayah baik tidak pulang bersama kita?" tanya Alana sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Ada pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh Ayah baik. Jadi, dia harus kembali lebih awal dari kita." Pandu mencoba memberi pengertian kepada anaknya. Padahal ia sendiri tidak tahu urusan penting apa yang membuat Tama begitu terburu-buru untuk segera kembali."Ayah baik itu banyak pekerjaan, lagi pula sekarang kita selalu ditemani Ayah Pandu. Jadi tidak kesepian lagi walaupun

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 110. Yakin

    "Saya ambilkan air minum dulu, pasti Bos haus." Tiara semakin gugup. "Silakan masuk!"Tiara membuka pintunya lebar-lebar dan bergegas ke ruang tamu. Tama mengikuti Tiara masuk ke dalam rumahnya.“Silakan duduk, Bos! Saya ambilkan minum dulu.”Tiara segera pergi ke dapur untuk mengambilkan air minum. Sesampainya di dapur, Tiara terkulai lemas dan duduk di lantai.“Ya Tuhan, apa yang harus saya lakukan?” Tiara memegangi dadanya sambil duduk berselonjor di lantai.Beberapa menit kemudian, ia bangun dan berdiri setelah lebih tenang. Kemudian, Tiara membawa segelas air putih untuk Tama.“Silakan di minum, Bos!”‘Dia berada di dapur selama sepuluh menit, tapi hanya membawakan air putih untuk saya. Aya yang dia lakukan di dapur selama itu?’ batin Tama.Tama mengambil gelas minum yang disediakan oleh Tiara. Ia meminum sampai habis air itu karena ia juga sedang gugup.“Airnya mau lagi, Bos?” tanya Tiara saat Tama menaruh gelas kosong di meja.“Boleh, tapi akan lebih bagus lagi kalau ada perasa

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 109. Melamar

    Tiara duduk di ruang tamu, tangan kanannya memegang ponsel dan tangan kirinya memegangi dada. Tiara merasa gugup dan hatinya berdebar-debar. Ia tidak tahu harus berbicara apa. Atasannya itu adalah laki-laki yang dingin terhadap wanita. Tidak mungkin seorang Tama bercanda dengannya seperti itu, tapi Tiara masih bingung. Apa dia salah dengar atau bagaimana? "Tiara ... kamu mendengar ucapan saya?" Tama memastikan kalau sambungan teleponnya masih terhubung. "I-iya, Bos." "Tiara, saya telah memikirkan ini dengan sangat serius. Saya telah mengenal dirimu cukup lama, dan saya yakin bahwa kamu adalah orang yang tepat untuk dijadikan seorang istri." Tiara merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat mendengar kata-kata Tama. Dia tidak bisa berpikir apa yang akan ia katakan pada atasannya itu. 'Ternyata saya tidak salah dengar,' ucap Tiara dalam hati. "Tiara, saya butuh pendapatmu." Tama butuh jawaban dari Tiara. Ia tidak mungkin berbicara terus tentang rencananya, sementara Tiara hanya

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 108. Mencari Calon Istri

    Setelah Nyonya Vena dan Tuan Bagaskara pulang, Amanda membawa anak-anak masuk ke kamar untuk beristirahat. Sedangkan Tama dan Pandu masih berada di ruang tamu.Pandu duduk berhadapan dengan Tama. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran ketika ia melihat ibunya tiba-tiba bersikap sangat baik kepada mantan menantunya, Amanda."Tama," panggil Pandu, lalu mengembuskan napas dengan kasar. "Aku masih tidak yakin dengan ibuku," ucapnya pelan.Asisten pribadinya, Tama mengerutkan kening. "Maksudnya apa, Bos?""Tama, kamu harus melakukan penyelidikan tentang ibuku," kata Pandu dengan suara serius. "Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan sikapnya kepada Amanda."Tama menatap Pandu dengan rasa keterkejutan. "Tapi, Bos, apakah boleh saya tahu alasan di balik permintaan ini? Apa Bos tahu kalau Nyonya Vena mempunyai rencana jahat terhadap si Kembar?"Pandu menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku yakin dia tidak akan menyakiti Alan atau Alana, tapi aku yakin dia merencanakan sesuatu yang ja

  • Rahasia Anak Kembar Sang CEO    Bab 107. Pertemuan

    "Amanda, apa anak-anak sudah bertemu dengan neneknya?" Tama mengalihkan pembicaraan. Ia sama sekali tidak tahu harus menjawab apa karena ia tidak mempunyai teman wanita."Belum," jawab Amanda, "kami akan bertemu hari ini di sini. Mungkin sebentar lagi ...." Ucapan Amanda terhenti saat mendengar bunyi bel di apartemen Tama. "Itu mungkin mereka.""Saya buka pintu dulu." Tama bergegas membuka pintu, dan benar saja, Nyonya Vena dan Tuan Bagaskara yang datang. "Silakan masuk, Tuan, Nyonya."Tama mundur beberapa langkah untuk memberikan jalan kepada orang tua bosnya."Tama, tolong bantu aku supaya kedua cucuku tidak membenciku," ucap Nyonya Vena pelan. Ia khawatir Alan dan Alana marah padanya karena pernah mencoba untuk mencelakai kedua cucunya.Amanda sudah mengizinkan mantan ibu mertuanya untuk menemui Alan dan Alana, tapi wanita itu baru siap bertemu hari ini. Itu juga harus ada pendampingan dari Tama karena ia yakin, suami dan anaknya tidak akan membela dirinya."Anda tenang saja, Nyony

DMCA.com Protection Status