Share

RF6

last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 16:11:36

Tanpa mengetuk, Tom membuka apartemen Ruby. Wajahnya berubah begitu pintu itu terbuka. 

Ada dua orang wanita berada di dalam sana. 

Tom mengedarkan pandang ke penjuru apartemen, lalu mengeryit. Kemudian lelaki itu melongok keluar pintu. Melihat lagi angka yang tergantung di pintu.

32 E.

Tom tertegun sejenak. Ini kamar apartemen Ruby. Apa yang sedang terjadi?

"Ini nomor 32 E kan?" tanya Tom pada kedua wanita yang ia jumpai di sana. Ingin memastikan.

Kedua wanita tersebut berpandangan. Kemudian tanpa dikomando, mereka kembali melihat Tom.

"Benar. Ada yang bisa kami bantu, Tuan?"

"Bukankah ini apartemen Ruby?" tanya Tom heran.

Salah satu wanita itu menjawab, "iya, tadinya, Tuan. Tapi sekarang Nona Ruby sudah pindah."

"Pindah? Bagaimana mungkin? Tadi pagi saya menjemput dia ke sini. Dia tidak bilang kalau mau pindah hari ini," jawab Tom. Ia berusaha terlihat tenang agar dua wanita yang ada di depannya tidak curiga.

"Memang Nona Ruby nampak sangat buru-buru tadi, Tuan."

"Begitu ya?" timpal Tom. Diliriknya meja di dekat tivi yang nampak kosong, lalu kembali menatap wanita di depannya. "Apa dia bilang mau pindah kemana?"

Wanita tersebut menggeleng. "Tidak, Tuan. Nona Ruby tidak bilang apa-apa. Omong-omong, Tuan siapa?"

Tom menautkan kedua alisnya. "Memangnya kenapa?"

"Apa Tuan yang bernama Tuan Tom, tunangan Nona Ruby?" Wanita yang tadi hanya memperhatikan interaksi antara dua manusia di depannya itu, ikut menimpali. 

Tom mendengkus. "Iya benar."

Wanita yang sedang memegang kemoceng memandang temannya itu sekilas lalu merogoh saku celemeknya.

"Ini ada surat dari Nona Ruby. Kalau Tuan yang bernama Tom. Mungkin Tuan adalah orang yang dimaksud Nona Ruby." Wanita tersebut menjelaskan sambil memberikan sebuah kertas yang terlipat pada Tom.

Dengan pikiran yang kacau Tom menerima surat yang diberikan kepadanya.'

"Terima kasih," jawab Tom.

Kedua wanita tersebut mengangguk dan Tom pun menutup pintu apartemen Ruby.

Tom menyandarkan punggung di dinding. Pria itu kemudian membuka sebuah kertas dengan tulisan yang acak-acakan di dalamnya. Sebuah cincin jatuh menggelinding di lantai bersamaan dengan terbukanya surat itu.

Tom berjongkok dan mengambil cincin itu. Kemudian tanpa merubah posisinya, lelaki itu membaca rangkaian kata-kata yang tertulis di sana.

Dear Tom,

maaf aku pergi buru-buru. Tidak perlu mencariku, Tom. Silakan kamu cari penggantiku saja.

Ruby.

Singkat. Surat itu begitu singkat tapi isinya membuat Tom ingin pingsan saja.

Ruby pergi dan dia tidak ingin bertemu denganku lagi. Apakah dia mengetahui sesuatu? Bagaimana dengan rencanaku selanjutnya yang sudah pasti akan gagal. Tom membatin.

Genggaman tangan lelaki itu melemas. Surat yang ada di tangannya  jatuh ke tangga. Melayang tertiup angin dan berakhir di anak tangga paling bawah.

"Ruby ….," lirih Tom. 

Ia mendongak. Tetiba matanya terasa penuh oleh cairan bening. Beberapa kali lelaki itu mengerjap, demi mencegah cairan itu menganak sungai.

Ya, benar. Tom patah hati.

Biar bagaimana pun, Tom sangat mencintai Ruby. Sekian lama lelaki itu menahan diri, menjaga hatinya agar tidak jatuh cinta, akhirnya dia gagal juga.

Pesona Ruby begitu memikat. Gadis itu begitu sederhana dengan pandangan hidup yang begitu bersahaja. 

Akan tetapi karena Tom dibesarkan dalam kemewahan George Smith, lelaki itu begitu mengagungkan status sosial, meskipun dia bukan anak kandung George sendiri, melainkan anak sahabatnya. 

Cinta Tom membuatnya lupa saat ada banyak wartawan datang ke rumah George. Dia membual begitu  hebat. Begitu ingin Ruby dipandang tinggi secara status sosial, agar sepadan dengannya. Agar tidak ada yang meremehkan dan membuatnya bernasib  sama seperti kedua tunangan Tom sebelumnya. Namun Tom lupa bahwa Ruby bukan wanita yang gila status sosial maupun materi. Tunangannya itu ingin dicintai apa adanya.

Memandangi cincin pertunangan milik Ruby yag tadi pagi baru saja ia sematkan di jari manis wanita itu - yang kini ada di tangannya - Tom bermonolog. "Ruby, kamu salah paham. Kamu pasti salah paham."

Tom mencium cincin itu selama beberapa saat. Kedua matanya terpejam. Nampak pundakn

ya turun naik saat ia melakukannya.

Tom memutuskan untuk duduk selama beberapa saat. Mengenang pertemuan pertamanya dengan Ruby.

Kenangan yang nyaris membuat hidupnya berubah 180 derajat. Seandainya tidak ada drama kaburnya Ruby 

***

Hari sudah larut. Jalanan mulai sepi. Hilir mudik kendaraan berpacu dengan kabut yang perlahan turun menyelimuti.

Kota Woodstock malam itu tampak lebih lengang dari biasanya. Awal musim dingin mengantarkan angin dingin bertiup menusuk tulang.

Seorang pria berjalan gontai dengan kepala tertunduk. Mantel abu-abu yang ia pakai sesekali melambai tertiup angin. Membuat pria itu merapatkan mantel tersebut guna melindungi dirinya dari hawa dingin. 

Tom Smith nama lelaki itu.

Ia baru saja diskors oleh sang ayah - George Smith - yang notabene adalah pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Kata-kata sang ayah saat mengusirnya dari kantor terngiang-ngiang di telinganya.

"Bagaimana kamu bisa memimpin perusahaan kalau kamu tidak bisa memimpin dirimu sendiri? Sekarang keluar dan cari wanita ini! Aku ingin kamu menikah dengannya. Hanya dengan cara itu kamu akan bisa kembali ke perusahaan dan menduduki jabatan yang sama. Bahkan bila pernikahan kalian lancar, aku akan memberikan warisan 80 persen dari semua aset milikku."

George melemparkan sebuah foto yang menempel pada kertas berisi catatan.

Tom memungut foto itu, lalu bertanya, "siapa dia?"

"Kau tidak perlu bertanya. Temukan saja gadis itu dan nikahi dia. Pengetahuanmu sudah cukup sampai situ!"

Tom tersenyum sinis.

"Kau ingin aku membeli kucing dalam karung? Menikahi wanita yang bahkan aku sendiri tidak tahu siapa dia."

"Jangan lupakan statusmu yang hanya anak angkat, Tom! Aku bisa dengan serta merta mencoret namamu dari daftar keluarga. Kalau bukan karena aku berutang budi pada ayahmu, mungkin sudah sejak bertahun lalu aku mendepakmu dari kartu keluarga."

Wajah George memerah. Pria paruh baya itu tak kalah murkanya dengan Tom.

Tangan Tom mengepal. Lelaki itu ingin berteriak, memprotes jalan hidupnya yang begitu rumit. Tapi apa daya? Sifat dasar Tom yang begitu peduli dengan status sosial dan uang menghalanginya.

"Oke, sekarang katakan dimana dia?" Tom membuang muka saat mengatakan itu.

"Dia ada di kota ini. Aku ingin kau mendekatinya secara alami. Jangan buat dia curiga akan dirimu. Buatlah dirimu seolah-olah pria biasa yang tak punya kekuatan apa-apa. Baik harta maupun jabatan. Nanti ada waktunya semua rahasia itu akan terbuka. Bersikap normal dan jangan katakan apapun tentang keluarga kita!" 

"Apakah dia satu orang dengan dua nama? Catherin Willow dan Ruby Thompson?"

"Ya," sahut George datar.

Ingatan Tom kembali ke masa sekarang. Dipandanginya lampu-lampu gedung yang menyala memperindah kota.

Tom mengusap peluh yang hadir di kening. Hal yang aneh, sebab udara saat itu begitu dingin namun Tom berpeluh.

Tangan kiri Tom memegangi mantel yang ia kenakan. Tangan kanannya terjulur masuk saku mantel dan mengeluarkan selembar foto dan secarik kertas berisi catatan.

"Dimana aku bisa menemukanmu, Catherine Willow atau Ruby Thompson?" bisik Tom menyebut dua nama yang tertera dalam catatan itu.

"Catherine Willow. Ruby Thompson." Tom menyebut kedua nama itu sekali lagi. Lalu dia mengangkat kepala, menatap awan di angkasa yang malam itu berarak pelan di langit.

Langkah gontai Tom membawanya ke persimpangan. Persimpangan yang sudah ratusan bahkan ribuan kali ia lewati dengan kendaraannya. Persimpangan yang biasa saja dengan lampu lalu lintas menggantung di atas jalan.

Tom berdiri menunggu lampu penyebrangan untuk pejalan kaki berganti warna menjadi hijau. Setelahnya ia akan melangkah menyusuri zebra cross yang ada di sana menuju sisi jalan lainnya.

Beberapa saat kemudian lampu bagi pejalan kaki itu pun brubah menjadi hijau. Saatnya Tom menyebrang jalan.

Tom berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Otaknya yang kusut terlupa untuk memberinya instruksi agar dia mengecek keadaan lalu lintas dengan menoleh ke kanan dan kiri.

Saat Tom baru saja melangkah, tiba-tiba ada sebuah jip melaju zigzag ke arahnya. Lelaki yang sedang sibuk dengan pikkirannya sendiru itu tidak menyadari bahaya yang sedang mengincarnya.

Bab terkait

  • RUNAWAY FIANCEE   RF7

    Dalam kejadian yang begitu cepat, Tom terserempet mobil jeep yang melaju tak terkendali. Pria itu terhempas di aspal, tergeletak tak berdaya. Seketika jalanan yang tadinya sepi, menjadi ramai oleh orang-orang yang keluar dari bangunan di sekitar tempat kejadian.Sebuah ambulans datang setelah seseorang berinisiatif menelponnya. Nahasnya, pada saat kejadian, Tom tidak membawa tanda pengenal. Hanya ada sebuah dompet dengan uang seratus dollar di dalamnya. Uang terakhir yang ia terima dari George, sebagai modal untuk melanjutkan hidup, setelah semua fasilitas untuknya dibekukan oleh George akibat kesalahan Tom sendiri.Seorang polisi yang hadir di tempat itu mengatakan pada petugas medis bahwa tidak ada seorang pun yang mengenal Tom. Sehingga dengan terpaksa Tom harus dibawa ke rumah sakit tanpa pendampingan siapa pun.Akan tetapi saat pintu belakang ambulan ditutup dan mesin mobil itu dinyalakan, Ruby - yang saat itu baru saja keluar dari restoran seusai bekerja di restoran yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • RUNAWAY FIANCEE   RF8

    Alena menatap Ruby dan mengerlingkan sebelah mata. Beberapa saat kemudian, sahabat Ruby tersebut melanjutkan investigasinya."Memangnya apa yang Bapak lihat? Apakah itu film, Pak?" "Bukan, Nona. Ah, itu hanya berita gossip saja sebenarnya.""Gossip apa, Pak?" Alena semakin mengejar."Katanya ada seorang gadis. Kalau nggak salah dia bernama Ruby. Dia bertunangan dengan seorang CEO dari perusahaan bonafid. Tetapi di hari pertunangan mereka, si gadis melarikan diri." Alex menggelengkan kepalanya. "Sungguh aneh."Ruby membelalakkan matanya. "CEO?" ujarnya spontan."Ya. Katanya begitu," kata Alex. Matanya kembali mengawasi Ruby dari kaca spion tengah."Aneh apanya, Pak?" Alena menggeser duduknya agar lebih dekat dengan kursi supir. Seketika ia menjadi tertarik dengan penuturan sang supir."Ya aneh. Masa diajak tunangan sama CEO perusahaan bonafid malah kabur. Kalo perempuan normal, nggak mungkin begitu. Pasti malah senang ibarat mendadak dapat lotre." Alex menambahkan."Oh gitu. Iya sih.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • RUNAWAY FIANCEE   RF9

    Taksi yang ditumpangi Ruby dan Alena sampai di sebuah bandara kecil di kota Hampton. Dua gadis itu bersiap turun begitu mobil kecil itu melambat.“Apakah nona-nona ini mau pergi ke luar kota?” tanya Alex. Tangannya membuka kunci pintu otomatis yang ada di sampingnya, kemudian dibukanya sabuk pengaman dan memutar tubuh, menghadap ke belakang, ke arah Ruby dan Alena.Alena mendongak, lalu menoleh ke samping. Ruby sedang mengangkat ranselnya dari lantai taksi.“Rub ….” Alena menyikut lengan Ruby.“Eh, apa?” Ruby menatap Alena dan Alex bergantian.“Apa kita mau ke luar kota?” tanya Alena. Memberikan kode dengan lirikan matanya yang mengarah ke Alex.“Eh, ya ya. Maaf saya tadi tidak dengar. Bagaimana, Pak?” ujar Ruby. Tangannya sibuk menutup retsluiting tas ranselnya.Kening Alex berkerut. Tersenyum canggung. “Ah, tidak. Lupakan saja,” jawab Alex. Ekor matanya melirik ponsel yang ada dalam genggaman Alena. Sedetik kemudian wajah pria itu berubah pias.“Kita turun di sini, Rub?” Alena kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • RUNAWAY FIANCEE   RF1

    Dua jam yang lalu."Gaun yang ini sangat cocok untukmu, sayang. Lihatlah, kau tampak seperti seorang putri." Tom berkata spontan sambil menatap gadis yang sedang mematut diri di depan cermin."Masa? Kau pikir begitu?" tanya Ruby manja. Matanya melirik Tom yang duduk di belakangnya. Jemari Ruby menelusuri bordiran pada leher dan dada yang dihiasi mutiara. "Tapi gaun ini sangat mahal. Terlampau mewah. Kita tidak punya uang untuk membelinya," imbuh gadis itu.Tom tersenyum. Ia menoleh dan memanggil pramuniaga toko yang tadi melayani Ruby."Berapa harga gaun itu? Kami ingin membelinya," ujar Tom sambil menunjuk Ruby yang tampak masih mengagumi gaun yang ia pakai."Tom! Kita tidak punya uang untuk membelinya," protes Ruby. Ia berbalik dan melotot. "Nona, tolong bawakan gaun lain yang lebih sederhana," perintah Ruby pada pramuniaga yang masih berdiri di tempatnya. Lalu ia mengambil tas ransel berisi pakaian yang tadi ia kenakan sebelum menggantinya dengan gaun yang kini sedang ia pakai."Ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • RUNAWAY FIANCEE   RF2

    Mobil Dodge sewaan yang ditumpangi Tom dan Ruby sampai di sebuah rumah besar. Tom yang duduk di samping Ruby, tersenyum ketika melihat sekumpulan orang yang ada di sana. Di dada mereka tersemat name tage yang bertuliskan nama dan nama beberapa stasiun tivi.Ruby memandang Tom sejenak begitu dia melihat pemandangan yang sama. Lalu ia mengerutkan alis saat mobil itu berhenti dan orang-orang yang dilihatnya tadi segera mengerumuni mobil yang mereka tumpangi."Tom, mengapa banyak orang di sini? Mereka seperti wartawan. Sedang menunggu siapakah mereka itu? Apakah salah satu anggota keluarga atau kerabatmu ada yang pejabat atau selebriti?" Ruby mendekatkan kepalanya ke jendela. Diamatinya seorang wanita yang berdiri tepat di depan jendela kaca di sampingnya. "Apakah kaca ini tidak tembus pandang dan mereka tidak bisa melihat siapa yang ada di sini?" tanya Ruby lagi setelah ia menyadari bahwa senyuman yang tadi ia berikan untuk wartawati yang ada di depan jendelanya, ternyata tidak bersamb

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • RUNAWAY FIANCEE   RF3

    Ya Tuhan. Demi apa mereka berkata seperti itu? Sungguh menyakitkan. Belum juga mengenalku, sudah seenaknya saja mereka bicara. Apakah karena aku hanya seorang pelayan restoran, jadi mereka menganggapku begitu rendah? Memang aku tidak sekaya apalagi setenar adik Tom yang bernama Clara itu. Tapi aku juga berhak dihargai. Ruby membatin. Hati Ruby terasa pedih mendengar penghinaan Clara dan Sarah. Seketika ia merasa tidak perlu tahu yang mana adik Tom yang bernama Clara itu. Di pikirannya, pasti Clara adalah salah satu dari dua gadis yang berdiri di tangga paling atas teras rumah besar itu."Ruby!" panggil Tom.Ruby tersentak. Ia menoleh. Dilihatnya Tom sedang berlari kecil ke arahnya."Ayo kita berfoto sebentar," ajak Tom. Diraihnya tangan Ruby dan membawanya kembali turun ke anak tangga pertama."Tunggu, Tom. Nanti aku jatuh," protes Ruby. Ditariknya tangan kanannya yang diseret Tom.Tom terkesiap. Baru menyadari bahwa dirinya terlalu kasar memperlakukan Ruby. "Maaf," ujar Tom.Dua sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • RUNAWAY FIANCEE   RF4

    Ruby terus berjalan cepat meninggalkan Tom dan semua orang yang ada di rumah besar itu.Begitu Ruby sampai di pinggir jalan raya, ia celingak-celinguk mencari taksi yang mungkin saja lewat di jalan raya di depannya. Namun, belum lagi ada taksi yang lewat, Ruby melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Ruby mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di samping mulutnya."Alena!" teriak Ruby sekuat tenaga.Di seberang jalan, seorang gadis sebaya Ruby nampak bingung. Ia menoleh ke kiri dan kanan mencari-cari sumber suara."Hei! Aku di sini!" Ruby melambaikan kedua tangannya. Melompat-lompat di tempat sebagaimana seorang anak kecil yang melihat ayahnya pulang ke rumah."Ruby?" Alena berteriak ketika ia menyadari bahwa Ruby lah yang memanggilnya. Dengan sigap sahabat Ruby yang saat itu mengenakan dress selutut menyeberang jalan. Napasnya ngos-ngosan begitu ia tiba di depan Ruby.Sambil membungkukkan badan dan menahan bobot tubuh dengan kedua tangan yang berpangku di lutut, Alena bertany

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • RUNAWAY FIANCEE   RF5

    Ruby mengangguk pelan. "Mau gimana lagi? Aku nggak mungkin tinggal di sini terus. Tom pasti akan datang ke sini mencariku.""Kamu tidak mau bertemu dengannya lagi? Ayolah Ruby, katakan ada apa sebenarnya! Mengapa tindakanmu sangat tidak masuk akal begini. Bukankah kalian berdua saling mencintai?" Alena beringsut. Kini dua gadis itu duduk berdampingan.Ruby mendesah. Sebuah tarikan napas panjang terdengar darinya. "Haruskah aku ceritakan semuanya sekarang? Aku harus segera berkemas." Mata Ruby terpaku pada jam dinding yang berdentang dua kali."Kalau kamu tidak mau menceritakan versi lengkap, ceritakan saja versi singkatnya. Setidaknya aku tahu apa yang terjadi padamu dan aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk itu." Alena mengusap punggung Ruby. Memberinya kekuatan.Ruby terdiam. Bibirnya bergerak-gerak, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun tak sepatah katapun meluncur. Setelahnya, Ruby berpaling. Kedua sahabat itu saling memandang."Bolehkah aku bercerita nanti saja, Al? Sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03

Bab terbaru

  • RUNAWAY FIANCEE   RF9

    Taksi yang ditumpangi Ruby dan Alena sampai di sebuah bandara kecil di kota Hampton. Dua gadis itu bersiap turun begitu mobil kecil itu melambat.“Apakah nona-nona ini mau pergi ke luar kota?” tanya Alex. Tangannya membuka kunci pintu otomatis yang ada di sampingnya, kemudian dibukanya sabuk pengaman dan memutar tubuh, menghadap ke belakang, ke arah Ruby dan Alena.Alena mendongak, lalu menoleh ke samping. Ruby sedang mengangkat ranselnya dari lantai taksi.“Rub ….” Alena menyikut lengan Ruby.“Eh, apa?” Ruby menatap Alena dan Alex bergantian.“Apa kita mau ke luar kota?” tanya Alena. Memberikan kode dengan lirikan matanya yang mengarah ke Alex.“Eh, ya ya. Maaf saya tadi tidak dengar. Bagaimana, Pak?” ujar Ruby. Tangannya sibuk menutup retsluiting tas ranselnya.Kening Alex berkerut. Tersenyum canggung. “Ah, tidak. Lupakan saja,” jawab Alex. Ekor matanya melirik ponsel yang ada dalam genggaman Alena. Sedetik kemudian wajah pria itu berubah pias.“Kita turun di sini, Rub?” Alena kem

  • RUNAWAY FIANCEE   RF8

    Alena menatap Ruby dan mengerlingkan sebelah mata. Beberapa saat kemudian, sahabat Ruby tersebut melanjutkan investigasinya."Memangnya apa yang Bapak lihat? Apakah itu film, Pak?" "Bukan, Nona. Ah, itu hanya berita gossip saja sebenarnya.""Gossip apa, Pak?" Alena semakin mengejar."Katanya ada seorang gadis. Kalau nggak salah dia bernama Ruby. Dia bertunangan dengan seorang CEO dari perusahaan bonafid. Tetapi di hari pertunangan mereka, si gadis melarikan diri." Alex menggelengkan kepalanya. "Sungguh aneh."Ruby membelalakkan matanya. "CEO?" ujarnya spontan."Ya. Katanya begitu," kata Alex. Matanya kembali mengawasi Ruby dari kaca spion tengah."Aneh apanya, Pak?" Alena menggeser duduknya agar lebih dekat dengan kursi supir. Seketika ia menjadi tertarik dengan penuturan sang supir."Ya aneh. Masa diajak tunangan sama CEO perusahaan bonafid malah kabur. Kalo perempuan normal, nggak mungkin begitu. Pasti malah senang ibarat mendadak dapat lotre." Alex menambahkan."Oh gitu. Iya sih.

  • RUNAWAY FIANCEE   RF7

    Dalam kejadian yang begitu cepat, Tom terserempet mobil jeep yang melaju tak terkendali. Pria itu terhempas di aspal, tergeletak tak berdaya. Seketika jalanan yang tadinya sepi, menjadi ramai oleh orang-orang yang keluar dari bangunan di sekitar tempat kejadian.Sebuah ambulans datang setelah seseorang berinisiatif menelponnya. Nahasnya, pada saat kejadian, Tom tidak membawa tanda pengenal. Hanya ada sebuah dompet dengan uang seratus dollar di dalamnya. Uang terakhir yang ia terima dari George, sebagai modal untuk melanjutkan hidup, setelah semua fasilitas untuknya dibekukan oleh George akibat kesalahan Tom sendiri.Seorang polisi yang hadir di tempat itu mengatakan pada petugas medis bahwa tidak ada seorang pun yang mengenal Tom. Sehingga dengan terpaksa Tom harus dibawa ke rumah sakit tanpa pendampingan siapa pun.Akan tetapi saat pintu belakang ambulan ditutup dan mesin mobil itu dinyalakan, Ruby - yang saat itu baru saja keluar dari restoran seusai bekerja di restoran yang ada di

  • RUNAWAY FIANCEE   RF6

    Tanpa mengetuk, Tom membuka apartemen Ruby. Wajahnya berubah begitu pintu itu terbuka. Ada dua orang wanita berada di dalam sana. Tom mengedarkan pandang ke penjuru apartemen, lalu mengeryit. Kemudian lelaki itu melongok keluar pintu. Melihat lagi angka yang tergantung di pintu.32 E.Tom tertegun sejenak. Ini kamar apartemen Ruby. Apa yang sedang terjadi?"Ini nomor 32 E kan?" tanya Tom pada kedua wanita yang ia jumpai di sana. Ingin memastikan.Kedua wanita tersebut berpandangan. Kemudian tanpa dikomando, mereka kembali melihat Tom."Benar. Ada yang bisa kami bantu, Tuan?""Bukankah ini apartemen Ruby?" tanya Tom heran.Salah satu wanita itu menjawab, "iya, tadinya, Tuan. Tapi sekarang Nona Ruby sudah pindah.""Pindah? Bagaimana mungkin? Tadi pagi saya menjemput dia ke sini. Dia tidak bilang kalau mau pindah hari ini," jawab Tom. Ia berusaha terlihat tenang agar dua wanita yang ada di depannya tidak curiga."Memang Nona Ruby nampak sangat buru-buru tadi, Tuan.""Begitu ya?" timpal

  • RUNAWAY FIANCEE   RF5

    Ruby mengangguk pelan. "Mau gimana lagi? Aku nggak mungkin tinggal di sini terus. Tom pasti akan datang ke sini mencariku.""Kamu tidak mau bertemu dengannya lagi? Ayolah Ruby, katakan ada apa sebenarnya! Mengapa tindakanmu sangat tidak masuk akal begini. Bukankah kalian berdua saling mencintai?" Alena beringsut. Kini dua gadis itu duduk berdampingan.Ruby mendesah. Sebuah tarikan napas panjang terdengar darinya. "Haruskah aku ceritakan semuanya sekarang? Aku harus segera berkemas." Mata Ruby terpaku pada jam dinding yang berdentang dua kali."Kalau kamu tidak mau menceritakan versi lengkap, ceritakan saja versi singkatnya. Setidaknya aku tahu apa yang terjadi padamu dan aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk itu." Alena mengusap punggung Ruby. Memberinya kekuatan.Ruby terdiam. Bibirnya bergerak-gerak, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun tak sepatah katapun meluncur. Setelahnya, Ruby berpaling. Kedua sahabat itu saling memandang."Bolehkah aku bercerita nanti saja, Al? Sungguh

  • RUNAWAY FIANCEE   RF4

    Ruby terus berjalan cepat meninggalkan Tom dan semua orang yang ada di rumah besar itu.Begitu Ruby sampai di pinggir jalan raya, ia celingak-celinguk mencari taksi yang mungkin saja lewat di jalan raya di depannya. Namun, belum lagi ada taksi yang lewat, Ruby melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Ruby mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di samping mulutnya."Alena!" teriak Ruby sekuat tenaga.Di seberang jalan, seorang gadis sebaya Ruby nampak bingung. Ia menoleh ke kiri dan kanan mencari-cari sumber suara."Hei! Aku di sini!" Ruby melambaikan kedua tangannya. Melompat-lompat di tempat sebagaimana seorang anak kecil yang melihat ayahnya pulang ke rumah."Ruby?" Alena berteriak ketika ia menyadari bahwa Ruby lah yang memanggilnya. Dengan sigap sahabat Ruby yang saat itu mengenakan dress selutut menyeberang jalan. Napasnya ngos-ngosan begitu ia tiba di depan Ruby.Sambil membungkukkan badan dan menahan bobot tubuh dengan kedua tangan yang berpangku di lutut, Alena bertany

  • RUNAWAY FIANCEE   RF3

    Ya Tuhan. Demi apa mereka berkata seperti itu? Sungguh menyakitkan. Belum juga mengenalku, sudah seenaknya saja mereka bicara. Apakah karena aku hanya seorang pelayan restoran, jadi mereka menganggapku begitu rendah? Memang aku tidak sekaya apalagi setenar adik Tom yang bernama Clara itu. Tapi aku juga berhak dihargai. Ruby membatin. Hati Ruby terasa pedih mendengar penghinaan Clara dan Sarah. Seketika ia merasa tidak perlu tahu yang mana adik Tom yang bernama Clara itu. Di pikirannya, pasti Clara adalah salah satu dari dua gadis yang berdiri di tangga paling atas teras rumah besar itu."Ruby!" panggil Tom.Ruby tersentak. Ia menoleh. Dilihatnya Tom sedang berlari kecil ke arahnya."Ayo kita berfoto sebentar," ajak Tom. Diraihnya tangan Ruby dan membawanya kembali turun ke anak tangga pertama."Tunggu, Tom. Nanti aku jatuh," protes Ruby. Ditariknya tangan kanannya yang diseret Tom.Tom terkesiap. Baru menyadari bahwa dirinya terlalu kasar memperlakukan Ruby. "Maaf," ujar Tom.Dua sej

  • RUNAWAY FIANCEE   RF2

    Mobil Dodge sewaan yang ditumpangi Tom dan Ruby sampai di sebuah rumah besar. Tom yang duduk di samping Ruby, tersenyum ketika melihat sekumpulan orang yang ada di sana. Di dada mereka tersemat name tage yang bertuliskan nama dan nama beberapa stasiun tivi.Ruby memandang Tom sejenak begitu dia melihat pemandangan yang sama. Lalu ia mengerutkan alis saat mobil itu berhenti dan orang-orang yang dilihatnya tadi segera mengerumuni mobil yang mereka tumpangi."Tom, mengapa banyak orang di sini? Mereka seperti wartawan. Sedang menunggu siapakah mereka itu? Apakah salah satu anggota keluarga atau kerabatmu ada yang pejabat atau selebriti?" Ruby mendekatkan kepalanya ke jendela. Diamatinya seorang wanita yang berdiri tepat di depan jendela kaca di sampingnya. "Apakah kaca ini tidak tembus pandang dan mereka tidak bisa melihat siapa yang ada di sini?" tanya Ruby lagi setelah ia menyadari bahwa senyuman yang tadi ia berikan untuk wartawati yang ada di depan jendelanya, ternyata tidak bersamb

  • RUNAWAY FIANCEE   RF1

    Dua jam yang lalu."Gaun yang ini sangat cocok untukmu, sayang. Lihatlah, kau tampak seperti seorang putri." Tom berkata spontan sambil menatap gadis yang sedang mematut diri di depan cermin."Masa? Kau pikir begitu?" tanya Ruby manja. Matanya melirik Tom yang duduk di belakangnya. Jemari Ruby menelusuri bordiran pada leher dan dada yang dihiasi mutiara. "Tapi gaun ini sangat mahal. Terlampau mewah. Kita tidak punya uang untuk membelinya," imbuh gadis itu.Tom tersenyum. Ia menoleh dan memanggil pramuniaga toko yang tadi melayani Ruby."Berapa harga gaun itu? Kami ingin membelinya," ujar Tom sambil menunjuk Ruby yang tampak masih mengagumi gaun yang ia pakai."Tom! Kita tidak punya uang untuk membelinya," protes Ruby. Ia berbalik dan melotot. "Nona, tolong bawakan gaun lain yang lebih sederhana," perintah Ruby pada pramuniaga yang masih berdiri di tempatnya. Lalu ia mengambil tas ransel berisi pakaian yang tadi ia kenakan sebelum menggantinya dengan gaun yang kini sedang ia pakai."Ti

DMCA.com Protection Status