Share

RF5

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-03 18:34:42

Ruby mengangguk pelan. "Mau gimana lagi? Aku nggak mungkin tinggal di sini terus. Tom pasti akan datang ke sini mencariku."

"Kamu tidak mau bertemu dengannya lagi? Ayolah Ruby, katakan ada apa sebenarnya! Mengapa tindakanmu sangat tidak masuk akal begini. Bukankah kalian berdua saling mencintai?" Alena beringsut. Kini dua gadis itu duduk berdampingan.

Ruby mendesah. Sebuah tarikan napas panjang terdengar darinya. "Haruskah aku ceritakan semuanya sekarang? Aku harus segera berkemas." Mata Ruby terpaku pada jam dinding yang berdentang dua kali.

"Kalau kamu tidak mau menceritakan versi lengkap, ceritakan saja versi singkatnya. Setidaknya aku tahu apa yang terjadi padamu dan aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk itu." Alena mengusap punggung Ruby. Memberinya kekuatan.

Ruby terdiam. Bibirnya bergerak-gerak, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun tak sepatah katapun meluncur. Setelahnya, Ruby berpaling. Kedua sahabat itu saling memandang.

"Bolehkah aku bercerita nanti saja, Al? Sungguh aku sendiri masih belum bisa menerima apa yang kualami ini. Rasanya semua impianku itu hancur dalam sekejap." Ruby menekan dadanya. Bulir-bulir air bening meluncur begitu saja dari kedua sudut mata. Suara yang bergetar, seolah memberitahu Alena bahwa apa yang dialami Ruby memang sangat berat.

Tak mau memaksa sahabatnya, Alena menarik napas dalam dan mengangguk. "Baiklah. Kapan pun kau siap untuk bercerita, aku akan selalu ada untukmu."

Ruby mengangguk dan keduanya pun berpelukan. Alena mengusap-usap punggung Ruby, memberinya kekuatan.

Sementara itu, di rumah mewah milik George Smith, Tom sedang bicara serius dengan ayahnya.

"Bagaimana bisa kau membiarkan Ruby pergi begitu saja, Tom? Betapa sangat cerobohnya kamu! Aku tidak mau tahu, kau harus bisa menemukan Ruby secepat mungkin. Kalau tidak, perjanjian kita batal. Semua aset yang tadinya akan aku serahkan padamu, kuserahkan pada Clara dan Sarah." George memberi ultimatum yang membuat jantung Tom seperti melompat dari tempatnya.

"Jangan begitu, Pa. Tolong beri aku waktu! Aku pasti bisa menemukannya," jawab Tom memelas. Keringat dingin mengalir dari pori-pori di dahi. Menghadapi sang ayah, Tom seperti anak kecil saja. Tak mampu melawan.

George bangkit dan berjalan menuju jendela. Dipandanginya bukit Halley dari kejauhan. Sekilas terbayang peristiwa belasan tahun yang lalu dibenaknya. Peristiwa yang menyebabkannya hampir gila karena terus dihantui sesal.

"Aku hanya bisa memberimu waktu enam bulan saja. Lebih dari itu semua keputusanku tidak lagi bisa diganggu-gugat. Jangan salahkan aku jika kuserahkan semua aset pada dua saudara perempuanmu itu. Sebab …." George berkata dengan nada dingin.

"Tapi mereka itu kan …," sergah Tom.

George berpaling dan menatap Tom tajam. Membungkam mulut Tom.

"Jangan beralasan! Katakan, apakah kau bisa menemukan Ruby dan menikahinya?" 

Tom menunduk. Bahunya luruh. Lelaki tampan itu tampak tak bertenaga.

"Baiklah, Ayah. Aku akan menemukannya," ujar Tom lirih.

"Ingat, temukan Ruby dalam enam bulan dan buat dia bertekuk lutut padamu, bukan hanya sekedar sayang. Setelahnya, kau akan memiliki semua aset perusahaan yang aku janjikan." 

George berbalik dan melangkah menuju pintu, akan keluar ruangan. Namun sebelum membuka pintu dan keluar, George kembali berkata dengan nada mengancam. 

"Enam bulan atau tidak sama sekali!"

Tom mengacak rambutnya kasar.

"RUBY, DIMANA KAU?" teriaknya gusar.

Beberapa detik setelah berteriak, Tom tiba-tiba terdiam. Mata lelaki itu terbelalak setelah ia mengingat sesuatu.

Tom berdiri dan menyambar kunci mobil.

"Ruby pasti ke apartemennya," gumam Tom sambil berlari.

***

Peristiwa kaburnya Ruby di hari pertunangannya dengan Tom menjadi topik hangat di televisi. Saluran manapun yang dipilih, semuanya membahas periatiwa itu, seolah Ruby adalah selebriti yang beritanya pantas menjadi trending topik.

Awalnya Ruby tidak mengetahui hal itu, sebab dia terlalu sibuk membereskan barang-barang dan mengatur kepergiannya dari apartemen. Akan tetapi suara Alena yang berteriak mengejutkannya.

"Kurasa kau benar, Ruby. Mungkin Tom akan segera ke sini. Lihatlah itu! Bukankah itu berita tentang pertunanganmu dengan Tom?" Alena menunjuk televisi yang sedang menyiarkan berita tentang Ruby dari tempat kejadian.

Ruby melirik ke arah televisi. Akan tetapi gadis itu hanya mengangkat bahu, seolah tidak peduli dengan pemberitaan itu.

"Daripada kau hanya duduk di situ dan menonton tivi, akan lebih menyenangkan kalau kau mau membantuku, Al. Meski barang-barangku tidak terlalu banyak, tapi aku butuh bantuanmu karena aku sedang terburu-buru," tukas Ruby. Ia berbicara sambil mondar-mandir di sekitar Alena.

Alena memandangi Ruby dan tersenyum canggung. "Ma-maaf, Rub. Oke, aku akan membantumu."

Ruby yang sedang menunduk sambil memasukkan sweater ke dalam koper, tersenyum dan mengangguk.

Alena mendekat. "Apa yang bisa kubantu, Rub?"

"Sebetulnya tidak banyak lagi yang harus dikerjakan, mengingat barang-barangku juga tidak banyak." Ruby berlari ke kamar dan mengambil beberapa pasang sepatu, lalu memasukkannya ke dalam kantong plastik sebelum ia letakkan di dalam koper.

"Tolong pesankan tiket pesawat untukku, Al."

"Hah? Tiket pesawat? Memangnya kau mau kemana?" Alena terbelalak. Seketika gerakan tangannya yang sedang mengunci koper Ruby, terhenti.

"Hampton."

"Kenapa? Ada apa di sana?"

Ruby mendengkus. "Tolong pesankan saja, okey? Aku butuh bantuan, bukan butuh protesmu!"

Alena menarik napas panjang. Merasa menyesal telah menanyakan hal yang mungkin sensitif bagi Ruby saat itu.

Ponsel Ruby berdering. Nama Tom tertera di layarnya.

"RUBY! TOM MENELPON!" teriak Alena. 

Ruby yang saat itu sedang berada di kamar mandi, buru-buru keluar dan menyambar ponsel yang ia letakkan di atas meja ruang tamu. 

Tanpa banyak bicara, Ruby mematikan ponselnya lalu menghembuskan napas.

"Kau lupa ya?" tanya Alena sambil terkekeh.

Ruby tidak menjawab. Ia duduk begitu saja di lantai di sebelah Alena. Jantungnya berdebar kencang. Kemudian ditekuknya kedua lutut ke atas, setelahnya kedua tangan Ruby memeluk lutut.

Alena menepuk pundak Ruby.

"Rub, kurasa kita memesan tiket pesawat di dalam taksi saja. Kalau firasatku benar, sebentar lagi Tom akan sampai di sini."

Ruby terkesiap. Ia tersadar dan melihat ke jam dinding. 

Sementara itu, mobil Tom sudah berada di persimpangan terakhir sebelum sampai apartemen Ruby. 

Tom terus berusaha menelpon Ruby. Akan tetapi, hanya suara tut panjang yang terdengar.

Lampu merah telah berganti hijau. Tom menekan pedal gas kuat-kuat. Laju mobilnya begitu cepat menyalip beberapa mobil yang ada di hadapannya.

"Kau tidak bisa kabur lagi, Ruby! Aku pasti akan menemukanmu!" geram Tom sambil mengerem. Ia kini telah sampai di depan apartemen Ruby.

Tom bergegas keluar mobil dan berlari menaiki tangga. Dibukanya pintu masuk apartemen dengan tergesa-gesa. Lalu ia berlari menaiki tangga menuju lantai tiga secepat mungkin.

"Aku datang, Ruby," gumam Tom dengan senyum terangkai di bibirnya. Pria itu sudah sampai di depan pintu. Dari dalam ruangan, terdengar suara-suara bising.

"Baiklah, Ruby. Aku akan memberimu kejutan," ujar Tom sambil membuka pintu itu dengan tiba-tiba.

Dua kepala menoleh dan terkejut begitu mereka melihat Tom.

Bab terkait

  • RUNAWAY FIANCEE   RF6

    Tanpa mengetuk, Tom membuka apartemen Ruby. Wajahnya berubah begitu pintu itu terbuka. Ada dua orang wanita berada di dalam sana. Tom mengedarkan pandang ke penjuru apartemen, lalu mengeryit. Kemudian lelaki itu melongok keluar pintu. Melihat lagi angka yang tergantung di pintu.32 E.Tom tertegun sejenak. Ini kamar apartemen Ruby. Apa yang sedang terjadi?"Ini nomor 32 E kan?" tanya Tom pada kedua wanita yang ia jumpai di sana. Ingin memastikan.Kedua wanita tersebut berpandangan. Kemudian tanpa dikomando, mereka kembali melihat Tom."Benar. Ada yang bisa kami bantu, Tuan?""Bukankah ini apartemen Ruby?" tanya Tom heran.Salah satu wanita itu menjawab, "iya, tadinya, Tuan. Tapi sekarang Nona Ruby sudah pindah.""Pindah? Bagaimana mungkin? Tadi pagi saya menjemput dia ke sini. Dia tidak bilang kalau mau pindah hari ini," jawab Tom. Ia berusaha terlihat tenang agar dua wanita yang ada di depannya tidak curiga."Memang Nona Ruby nampak sangat buru-buru tadi, Tuan.""Begitu ya?" timpal

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • RUNAWAY FIANCEE   RF7

    Dalam kejadian yang begitu cepat, Tom terserempet mobil jeep yang melaju tak terkendali. Pria itu terhempas di aspal, tergeletak tak berdaya. Seketika jalanan yang tadinya sepi, menjadi ramai oleh orang-orang yang keluar dari bangunan di sekitar tempat kejadian.Sebuah ambulans datang setelah seseorang berinisiatif menelponnya. Nahasnya, pada saat kejadian, Tom tidak membawa tanda pengenal. Hanya ada sebuah dompet dengan uang seratus dollar di dalamnya. Uang terakhir yang ia terima dari George, sebagai modal untuk melanjutkan hidup, setelah semua fasilitas untuknya dibekukan oleh George akibat kesalahan Tom sendiri.Seorang polisi yang hadir di tempat itu mengatakan pada petugas medis bahwa tidak ada seorang pun yang mengenal Tom. Sehingga dengan terpaksa Tom harus dibawa ke rumah sakit tanpa pendampingan siapa pun.Akan tetapi saat pintu belakang ambulan ditutup dan mesin mobil itu dinyalakan, Ruby - yang saat itu baru saja keluar dari restoran seusai bekerja di restoran yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • RUNAWAY FIANCEE   RF8

    Alena menatap Ruby dan mengerlingkan sebelah mata. Beberapa saat kemudian, sahabat Ruby tersebut melanjutkan investigasinya."Memangnya apa yang Bapak lihat? Apakah itu film, Pak?" "Bukan, Nona. Ah, itu hanya berita gossip saja sebenarnya.""Gossip apa, Pak?" Alena semakin mengejar."Katanya ada seorang gadis. Kalau nggak salah dia bernama Ruby. Dia bertunangan dengan seorang CEO dari perusahaan bonafid. Tetapi di hari pertunangan mereka, si gadis melarikan diri." Alex menggelengkan kepalanya. "Sungguh aneh."Ruby membelalakkan matanya. "CEO?" ujarnya spontan."Ya. Katanya begitu," kata Alex. Matanya kembali mengawasi Ruby dari kaca spion tengah."Aneh apanya, Pak?" Alena menggeser duduknya agar lebih dekat dengan kursi supir. Seketika ia menjadi tertarik dengan penuturan sang supir."Ya aneh. Masa diajak tunangan sama CEO perusahaan bonafid malah kabur. Kalo perempuan normal, nggak mungkin begitu. Pasti malah senang ibarat mendadak dapat lotre." Alex menambahkan."Oh gitu. Iya sih.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • RUNAWAY FIANCEE   RF9

    Taksi yang ditumpangi Ruby dan Alena sampai di sebuah bandara kecil di kota Hampton. Dua gadis itu bersiap turun begitu mobil kecil itu melambat.“Apakah nona-nona ini mau pergi ke luar kota?” tanya Alex. Tangannya membuka kunci pintu otomatis yang ada di sampingnya, kemudian dibukanya sabuk pengaman dan memutar tubuh, menghadap ke belakang, ke arah Ruby dan Alena.Alena mendongak, lalu menoleh ke samping. Ruby sedang mengangkat ranselnya dari lantai taksi.“Rub ….” Alena menyikut lengan Ruby.“Eh, apa?” Ruby menatap Alena dan Alex bergantian.“Apa kita mau ke luar kota?” tanya Alena. Memberikan kode dengan lirikan matanya yang mengarah ke Alex.“Eh, ya ya. Maaf saya tadi tidak dengar. Bagaimana, Pak?” ujar Ruby. Tangannya sibuk menutup retsluiting tas ranselnya.Kening Alex berkerut. Tersenyum canggung. “Ah, tidak. Lupakan saja,” jawab Alex. Ekor matanya melirik ponsel yang ada dalam genggaman Alena. Sedetik kemudian wajah pria itu berubah pias.“Kita turun di sini, Rub?” Alena kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • RUNAWAY FIANCEE   RF1

    Dua jam yang lalu."Gaun yang ini sangat cocok untukmu, sayang. Lihatlah, kau tampak seperti seorang putri." Tom berkata spontan sambil menatap gadis yang sedang mematut diri di depan cermin."Masa? Kau pikir begitu?" tanya Ruby manja. Matanya melirik Tom yang duduk di belakangnya. Jemari Ruby menelusuri bordiran pada leher dan dada yang dihiasi mutiara. "Tapi gaun ini sangat mahal. Terlampau mewah. Kita tidak punya uang untuk membelinya," imbuh gadis itu.Tom tersenyum. Ia menoleh dan memanggil pramuniaga toko yang tadi melayani Ruby."Berapa harga gaun itu? Kami ingin membelinya," ujar Tom sambil menunjuk Ruby yang tampak masih mengagumi gaun yang ia pakai."Tom! Kita tidak punya uang untuk membelinya," protes Ruby. Ia berbalik dan melotot. "Nona, tolong bawakan gaun lain yang lebih sederhana," perintah Ruby pada pramuniaga yang masih berdiri di tempatnya. Lalu ia mengambil tas ransel berisi pakaian yang tadi ia kenakan sebelum menggantinya dengan gaun yang kini sedang ia pakai."Ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • RUNAWAY FIANCEE   RF2

    Mobil Dodge sewaan yang ditumpangi Tom dan Ruby sampai di sebuah rumah besar. Tom yang duduk di samping Ruby, tersenyum ketika melihat sekumpulan orang yang ada di sana. Di dada mereka tersemat name tage yang bertuliskan nama dan nama beberapa stasiun tivi.Ruby memandang Tom sejenak begitu dia melihat pemandangan yang sama. Lalu ia mengerutkan alis saat mobil itu berhenti dan orang-orang yang dilihatnya tadi segera mengerumuni mobil yang mereka tumpangi."Tom, mengapa banyak orang di sini? Mereka seperti wartawan. Sedang menunggu siapakah mereka itu? Apakah salah satu anggota keluarga atau kerabatmu ada yang pejabat atau selebriti?" Ruby mendekatkan kepalanya ke jendela. Diamatinya seorang wanita yang berdiri tepat di depan jendela kaca di sampingnya. "Apakah kaca ini tidak tembus pandang dan mereka tidak bisa melihat siapa yang ada di sini?" tanya Ruby lagi setelah ia menyadari bahwa senyuman yang tadi ia berikan untuk wartawati yang ada di depan jendelanya, ternyata tidak bersamb

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • RUNAWAY FIANCEE   RF3

    Ya Tuhan. Demi apa mereka berkata seperti itu? Sungguh menyakitkan. Belum juga mengenalku, sudah seenaknya saja mereka bicara. Apakah karena aku hanya seorang pelayan restoran, jadi mereka menganggapku begitu rendah? Memang aku tidak sekaya apalagi setenar adik Tom yang bernama Clara itu. Tapi aku juga berhak dihargai. Ruby membatin. Hati Ruby terasa pedih mendengar penghinaan Clara dan Sarah. Seketika ia merasa tidak perlu tahu yang mana adik Tom yang bernama Clara itu. Di pikirannya, pasti Clara adalah salah satu dari dua gadis yang berdiri di tangga paling atas teras rumah besar itu."Ruby!" panggil Tom.Ruby tersentak. Ia menoleh. Dilihatnya Tom sedang berlari kecil ke arahnya."Ayo kita berfoto sebentar," ajak Tom. Diraihnya tangan Ruby dan membawanya kembali turun ke anak tangga pertama."Tunggu, Tom. Nanti aku jatuh," protes Ruby. Ditariknya tangan kanannya yang diseret Tom.Tom terkesiap. Baru menyadari bahwa dirinya terlalu kasar memperlakukan Ruby. "Maaf," ujar Tom.Dua sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • RUNAWAY FIANCEE   RF4

    Ruby terus berjalan cepat meninggalkan Tom dan semua orang yang ada di rumah besar itu.Begitu Ruby sampai di pinggir jalan raya, ia celingak-celinguk mencari taksi yang mungkin saja lewat di jalan raya di depannya. Namun, belum lagi ada taksi yang lewat, Ruby melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Ruby mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di samping mulutnya."Alena!" teriak Ruby sekuat tenaga.Di seberang jalan, seorang gadis sebaya Ruby nampak bingung. Ia menoleh ke kiri dan kanan mencari-cari sumber suara."Hei! Aku di sini!" Ruby melambaikan kedua tangannya. Melompat-lompat di tempat sebagaimana seorang anak kecil yang melihat ayahnya pulang ke rumah."Ruby?" Alena berteriak ketika ia menyadari bahwa Ruby lah yang memanggilnya. Dengan sigap sahabat Ruby yang saat itu mengenakan dress selutut menyeberang jalan. Napasnya ngos-ngosan begitu ia tiba di depan Ruby.Sambil membungkukkan badan dan menahan bobot tubuh dengan kedua tangan yang berpangku di lutut, Alena bertany

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03

Bab terbaru

  • RUNAWAY FIANCEE   RF9

    Taksi yang ditumpangi Ruby dan Alena sampai di sebuah bandara kecil di kota Hampton. Dua gadis itu bersiap turun begitu mobil kecil itu melambat.“Apakah nona-nona ini mau pergi ke luar kota?” tanya Alex. Tangannya membuka kunci pintu otomatis yang ada di sampingnya, kemudian dibukanya sabuk pengaman dan memutar tubuh, menghadap ke belakang, ke arah Ruby dan Alena.Alena mendongak, lalu menoleh ke samping. Ruby sedang mengangkat ranselnya dari lantai taksi.“Rub ….” Alena menyikut lengan Ruby.“Eh, apa?” Ruby menatap Alena dan Alex bergantian.“Apa kita mau ke luar kota?” tanya Alena. Memberikan kode dengan lirikan matanya yang mengarah ke Alex.“Eh, ya ya. Maaf saya tadi tidak dengar. Bagaimana, Pak?” ujar Ruby. Tangannya sibuk menutup retsluiting tas ranselnya.Kening Alex berkerut. Tersenyum canggung. “Ah, tidak. Lupakan saja,” jawab Alex. Ekor matanya melirik ponsel yang ada dalam genggaman Alena. Sedetik kemudian wajah pria itu berubah pias.“Kita turun di sini, Rub?” Alena kem

  • RUNAWAY FIANCEE   RF8

    Alena menatap Ruby dan mengerlingkan sebelah mata. Beberapa saat kemudian, sahabat Ruby tersebut melanjutkan investigasinya."Memangnya apa yang Bapak lihat? Apakah itu film, Pak?" "Bukan, Nona. Ah, itu hanya berita gossip saja sebenarnya.""Gossip apa, Pak?" Alena semakin mengejar."Katanya ada seorang gadis. Kalau nggak salah dia bernama Ruby. Dia bertunangan dengan seorang CEO dari perusahaan bonafid. Tetapi di hari pertunangan mereka, si gadis melarikan diri." Alex menggelengkan kepalanya. "Sungguh aneh."Ruby membelalakkan matanya. "CEO?" ujarnya spontan."Ya. Katanya begitu," kata Alex. Matanya kembali mengawasi Ruby dari kaca spion tengah."Aneh apanya, Pak?" Alena menggeser duduknya agar lebih dekat dengan kursi supir. Seketika ia menjadi tertarik dengan penuturan sang supir."Ya aneh. Masa diajak tunangan sama CEO perusahaan bonafid malah kabur. Kalo perempuan normal, nggak mungkin begitu. Pasti malah senang ibarat mendadak dapat lotre." Alex menambahkan."Oh gitu. Iya sih.

  • RUNAWAY FIANCEE   RF7

    Dalam kejadian yang begitu cepat, Tom terserempet mobil jeep yang melaju tak terkendali. Pria itu terhempas di aspal, tergeletak tak berdaya. Seketika jalanan yang tadinya sepi, menjadi ramai oleh orang-orang yang keluar dari bangunan di sekitar tempat kejadian.Sebuah ambulans datang setelah seseorang berinisiatif menelponnya. Nahasnya, pada saat kejadian, Tom tidak membawa tanda pengenal. Hanya ada sebuah dompet dengan uang seratus dollar di dalamnya. Uang terakhir yang ia terima dari George, sebagai modal untuk melanjutkan hidup, setelah semua fasilitas untuknya dibekukan oleh George akibat kesalahan Tom sendiri.Seorang polisi yang hadir di tempat itu mengatakan pada petugas medis bahwa tidak ada seorang pun yang mengenal Tom. Sehingga dengan terpaksa Tom harus dibawa ke rumah sakit tanpa pendampingan siapa pun.Akan tetapi saat pintu belakang ambulan ditutup dan mesin mobil itu dinyalakan, Ruby - yang saat itu baru saja keluar dari restoran seusai bekerja di restoran yang ada di

  • RUNAWAY FIANCEE   RF6

    Tanpa mengetuk, Tom membuka apartemen Ruby. Wajahnya berubah begitu pintu itu terbuka. Ada dua orang wanita berada di dalam sana. Tom mengedarkan pandang ke penjuru apartemen, lalu mengeryit. Kemudian lelaki itu melongok keluar pintu. Melihat lagi angka yang tergantung di pintu.32 E.Tom tertegun sejenak. Ini kamar apartemen Ruby. Apa yang sedang terjadi?"Ini nomor 32 E kan?" tanya Tom pada kedua wanita yang ia jumpai di sana. Ingin memastikan.Kedua wanita tersebut berpandangan. Kemudian tanpa dikomando, mereka kembali melihat Tom."Benar. Ada yang bisa kami bantu, Tuan?""Bukankah ini apartemen Ruby?" tanya Tom heran.Salah satu wanita itu menjawab, "iya, tadinya, Tuan. Tapi sekarang Nona Ruby sudah pindah.""Pindah? Bagaimana mungkin? Tadi pagi saya menjemput dia ke sini. Dia tidak bilang kalau mau pindah hari ini," jawab Tom. Ia berusaha terlihat tenang agar dua wanita yang ada di depannya tidak curiga."Memang Nona Ruby nampak sangat buru-buru tadi, Tuan.""Begitu ya?" timpal

  • RUNAWAY FIANCEE   RF5

    Ruby mengangguk pelan. "Mau gimana lagi? Aku nggak mungkin tinggal di sini terus. Tom pasti akan datang ke sini mencariku.""Kamu tidak mau bertemu dengannya lagi? Ayolah Ruby, katakan ada apa sebenarnya! Mengapa tindakanmu sangat tidak masuk akal begini. Bukankah kalian berdua saling mencintai?" Alena beringsut. Kini dua gadis itu duduk berdampingan.Ruby mendesah. Sebuah tarikan napas panjang terdengar darinya. "Haruskah aku ceritakan semuanya sekarang? Aku harus segera berkemas." Mata Ruby terpaku pada jam dinding yang berdentang dua kali."Kalau kamu tidak mau menceritakan versi lengkap, ceritakan saja versi singkatnya. Setidaknya aku tahu apa yang terjadi padamu dan aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk itu." Alena mengusap punggung Ruby. Memberinya kekuatan.Ruby terdiam. Bibirnya bergerak-gerak, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun tak sepatah katapun meluncur. Setelahnya, Ruby berpaling. Kedua sahabat itu saling memandang."Bolehkah aku bercerita nanti saja, Al? Sungguh

  • RUNAWAY FIANCEE   RF4

    Ruby terus berjalan cepat meninggalkan Tom dan semua orang yang ada di rumah besar itu.Begitu Ruby sampai di pinggir jalan raya, ia celingak-celinguk mencari taksi yang mungkin saja lewat di jalan raya di depannya. Namun, belum lagi ada taksi yang lewat, Ruby melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Ruby mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya di samping mulutnya."Alena!" teriak Ruby sekuat tenaga.Di seberang jalan, seorang gadis sebaya Ruby nampak bingung. Ia menoleh ke kiri dan kanan mencari-cari sumber suara."Hei! Aku di sini!" Ruby melambaikan kedua tangannya. Melompat-lompat di tempat sebagaimana seorang anak kecil yang melihat ayahnya pulang ke rumah."Ruby?" Alena berteriak ketika ia menyadari bahwa Ruby lah yang memanggilnya. Dengan sigap sahabat Ruby yang saat itu mengenakan dress selutut menyeberang jalan. Napasnya ngos-ngosan begitu ia tiba di depan Ruby.Sambil membungkukkan badan dan menahan bobot tubuh dengan kedua tangan yang berpangku di lutut, Alena bertany

  • RUNAWAY FIANCEE   RF3

    Ya Tuhan. Demi apa mereka berkata seperti itu? Sungguh menyakitkan. Belum juga mengenalku, sudah seenaknya saja mereka bicara. Apakah karena aku hanya seorang pelayan restoran, jadi mereka menganggapku begitu rendah? Memang aku tidak sekaya apalagi setenar adik Tom yang bernama Clara itu. Tapi aku juga berhak dihargai. Ruby membatin. Hati Ruby terasa pedih mendengar penghinaan Clara dan Sarah. Seketika ia merasa tidak perlu tahu yang mana adik Tom yang bernama Clara itu. Di pikirannya, pasti Clara adalah salah satu dari dua gadis yang berdiri di tangga paling atas teras rumah besar itu."Ruby!" panggil Tom.Ruby tersentak. Ia menoleh. Dilihatnya Tom sedang berlari kecil ke arahnya."Ayo kita berfoto sebentar," ajak Tom. Diraihnya tangan Ruby dan membawanya kembali turun ke anak tangga pertama."Tunggu, Tom. Nanti aku jatuh," protes Ruby. Ditariknya tangan kanannya yang diseret Tom.Tom terkesiap. Baru menyadari bahwa dirinya terlalu kasar memperlakukan Ruby. "Maaf," ujar Tom.Dua sej

  • RUNAWAY FIANCEE   RF2

    Mobil Dodge sewaan yang ditumpangi Tom dan Ruby sampai di sebuah rumah besar. Tom yang duduk di samping Ruby, tersenyum ketika melihat sekumpulan orang yang ada di sana. Di dada mereka tersemat name tage yang bertuliskan nama dan nama beberapa stasiun tivi.Ruby memandang Tom sejenak begitu dia melihat pemandangan yang sama. Lalu ia mengerutkan alis saat mobil itu berhenti dan orang-orang yang dilihatnya tadi segera mengerumuni mobil yang mereka tumpangi."Tom, mengapa banyak orang di sini? Mereka seperti wartawan. Sedang menunggu siapakah mereka itu? Apakah salah satu anggota keluarga atau kerabatmu ada yang pejabat atau selebriti?" Ruby mendekatkan kepalanya ke jendela. Diamatinya seorang wanita yang berdiri tepat di depan jendela kaca di sampingnya. "Apakah kaca ini tidak tembus pandang dan mereka tidak bisa melihat siapa yang ada di sini?" tanya Ruby lagi setelah ia menyadari bahwa senyuman yang tadi ia berikan untuk wartawati yang ada di depan jendelanya, ternyata tidak bersamb

  • RUNAWAY FIANCEE   RF1

    Dua jam yang lalu."Gaun yang ini sangat cocok untukmu, sayang. Lihatlah, kau tampak seperti seorang putri." Tom berkata spontan sambil menatap gadis yang sedang mematut diri di depan cermin."Masa? Kau pikir begitu?" tanya Ruby manja. Matanya melirik Tom yang duduk di belakangnya. Jemari Ruby menelusuri bordiran pada leher dan dada yang dihiasi mutiara. "Tapi gaun ini sangat mahal. Terlampau mewah. Kita tidak punya uang untuk membelinya," imbuh gadis itu.Tom tersenyum. Ia menoleh dan memanggil pramuniaga toko yang tadi melayani Ruby."Berapa harga gaun itu? Kami ingin membelinya," ujar Tom sambil menunjuk Ruby yang tampak masih mengagumi gaun yang ia pakai."Tom! Kita tidak punya uang untuk membelinya," protes Ruby. Ia berbalik dan melotot. "Nona, tolong bawakan gaun lain yang lebih sederhana," perintah Ruby pada pramuniaga yang masih berdiri di tempatnya. Lalu ia mengambil tas ransel berisi pakaian yang tadi ia kenakan sebelum menggantinya dengan gaun yang kini sedang ia pakai."Ti

DMCA.com Protection Status