SeattleChristian menatap Liam dengan tatapan membunuhnya, pria itu membanting gelas yang ia pegang hingga tak berbentuk di atas lantai. "Katakan kau sudah menemukannya Liam," ucap Christian dengan nada dingin plus sadisnya."M-maafkan aku Tuan, tapi kami tak bisa melacak nyonya sekarang.""AKU TAK MAU TAU! SUDAH SATU MINGGU DAN KALIAN TAK MENEMUKANNYA! BODOH KALIAN!""M-maafkan kami Tuan.""Cari istriku sampai dapat!""Baik." Liam beringsut pergi dari hadapan Christian meninggalkan pria itu dengan rasa sesak yang menyergap dadanya. Tangannya mengulur meraih sebuah foto di atas meja kerjanya, ia teliti senyum bahagia dari pemilik foto lalu tangannya kembali mengepal."Maafkan aku, aku salah dengan menuduhmu, maafkan aku Fio. Kembalilah, ku mohon. Kemana kau Fio!" geram Christian seraya menatap keatas.Tak lama ponsel pria itu bergetar, dengan gerakan malas ia meraih ponselnya dan melihat si penelepon dua detik setelah ia membaca nama si penelpon alisnya mengerut. Ia pun menggeser ikon
Arthur membalikkan tubuhnya dan menatap Tabitha lekat. "Katakan pada Fiorella dan beri ia pengertian untuk menerima Reoxane menjadi suaminya besok.""Tapi Arthur_""Aku tak ingin dibantah Tabitha, lakukan saja apa yang aku perintahkan," ucap Arthur seraya menampilkan wajah serius plus kejamnya.Tabitha menelan salivanya kasar melihat tatapan seribu asassin di dalam manik biru terang suaminya, ia hanya mampu mengangguk dan mendirkan tubuhnya berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar Fiorella. Sesampainya di kamar putrinya, Tabitha mengetuk pintu tiga kali dan disahuti oleh si empu kamar. Tabitha membuka knop pintu seraya menampilkan senyum manisnya. "Fio?""Ada apa Mom?" tanya wanita itu dengan menutup novel yang tengah ia baca. Tabitha berjalan mendekati Fiorella, lalu mendudukkan tubuhnya tepat di tepi ranjang berhadapan dengan putrinya, tangan wanita itu mengulur membelai pelan surai putrinya. "Ada apa Mom?" ulang Fiorella dengan tatapan penuh pertanyaan pada Tabitha."Fio, Mommy t
Fiorella mengusap air matanya yang jatuh lalu mendirikan tubuhnya, meneguhkan hatinya yang sudah hancur berkeping-keping. Wanita itu dengan kesenduan di matanya berjalan keluar seraya memperbaiki rambutnya yang tadi berantakan, ia berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga netranya menatap sang Mommy yang tengah melamun di atas sofa yang berhadapan dengan TV. Baru kali ini Fiorella merasakan aura kesedihan di sekitar Tabitha, dan ia tak suka atas semua itu. Dengan cepat Fiorella keluar dari mansion dan menaiki mobil Bugatti Veyron by Mansory Vivere miliknya. Dan dengan cepat mengemudikan mobil itu membelah jalanan menuju kantor sang Daddy.Sesampainya di De Lavega Group's Fiorella bergegas keluar dari mobilnya dan memasuki kantor sang Daddy mengabaikan beberapa karyawan yang menghentikan aktivitasnya lalu membungkukkan tubuhnya menghormati putri dari Arthur. Fiorella berlari lalu tangannya mengepal kala lift khusus yang menuju ruangan Arthur dulu ternyata sedang diperbaiki, wan
Hancur sudah pertahanan Leonardo, pria itu langsung melepaskan genggaman tangan Florence dan dalam sekejab.Bugh! Bugh!Leonardo meninju wajah lebam Christian lalu ditambah tendangan di perutnya tangannya kembali melayang untuk menghampiri wajah Christian namun teriakan adiknya menghentikan tangannya hingga mengudara. "HENTIKAN KAK!""Apa yang kau katakan, ia pantas mendapatkan semua itu.""Ku mohon Dad, aku bersedia bicara padanya," ucap Fiorella menyangkal ucapan Arthur."Aku setuju, biarkan putri kita memilih Arthur," timpal Tabitha membuat Arthur menghela napasnya kasar."Pergilah!" Fiorella melangkahkan kakinya mendekati Christian lalu menatap pria yang meringkuk di bawah kakinya saat ini."Ikut aku!""K-kau tega membiarkanku yang habis dihajar keluargamu ini berjalan sendirian?" tanya Christian dengan wajah memelasnya yang sialannya lagi menyentuh hati Fiorella. Fiorella perlahan membantu Christian berdiri dan memapah tubuh besar pria yang sialannya masih menjadi suaminya!"Lepa
"Bagaimana bisa Daddy mengiyakan permintaan gila Christian?! Kau tau Dad, kau baru saja menghantarkan relasi kita ke jurang kehancuran!""Daddy tau dan Daddy paham Leo, tapi tak ada pilihan lain.""Maksudmu tak ada pilihan lain?""Leo, adikmu tengah hamil dan resikonya tinggi apabila ia bercerai dengan Christian dan hamil tanpa seorang suami.""Oh baiklah, jadi Daddy berbalik arah? Bukankah tadi Daddy yang bersikukuh ingin menikahkan Fiorella dengan Reoxane?! Lalu sekarang apa Dad?!""Itu sebelum Daddy tau mengenai kehamilan adikmu, Leo. Mengertilah.""Kau tau Dad, aku bersumpah untuk terus menjaga Regnarok sampai aku benar-benar merasa aku tak lagi bisa menanggung beban ini, namun kau justru membubarkannya dibawah kepemimpinan ku Dad?! Yang benar saja!""Leo, tak ada pilihan lain!""Lalu apa Daddy pikir dengan Daddy mengambil keputusan ini itu akan menyelamatkan Fiorella, ya walaupun itu memang benar adanya namun harus Daddy tau bahwa setelah Daddy menyelamatkan Fiorella, namun Daddy
Sesampainya di hotel, Christian segera memasuki kamarnya. Pria itu bahkan melebarkan matanya kala melihat Fiorella tengah mengangkat sebuah kotak dan memindahkannya ke atas lemari. "Hei apa yang kau lakukan?!" Christian berseru seraya berlari mendekati Fiorella menghentikan kegiatan wanita itu dan menatapnya penuh tanya."Apa yang kau lakukan? Kenapa mengangkat beban berat?" tanya Christian lembut."Aku tak tau ini apa, jadi aku bereskan saja.""Tak usah, aku saja yang lakukan kau diam lah dan duduk saja dengan tenang," ujar Christian diangguki oleh Fiorella.Wanita itu berjalan dan mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang seraya menatap lekat suaminya yang tengah membereskan sisa kotak yang ia tak tau isinya, karena jujur ia tak tertarik untuk mengetahui isi kotak itu ia hanya merasa terganggu dan tak nyaman dengan beberapa kotak itu.Namun tanpa sepengetahuan Fiorella, kotak itu berisi bom dan beberapa granat untuk menyerang De'Eagler, ini semua adalah persiapan Christian untuk penyera
Seven months later ...Fiorella menatap sang suami dengan penuh cinta, Christian pria itu sudah sangat berubah semenjak kejadian pernikahan dulu. Terhitung sudah tujuh bulan Christian bertindak baik, Fiorella amat sangat bahagia dengan perubahan Christian. Pria itu tak lagi bermain tangan hanya ada tatapan cinta dan usapan lembut dari tangannya yang lebar. "Kau lapar honey?"Dan ya, panggilan itu tak pernah lepas dari bibir Christian. Seakan candu untuk di dengar oleh Fiorella, suara berat Christian saat memanggilnya semanis tadi membuat Fiorella kembali merasa jatuh cinta pada pria yang berstatus menjadi suaminya itu. "Fio, kau lapar?""Em, ya aku sedikit lapar.""Baiklah, aku siapkan makananmu.""Terimakasih.""Ya, diam disini.""Baiklah."Christian menjalankan kakinya menuju pantry, sosok Christian tak pernah lepas dari tatapan Fiorella. Wanita itu mengukir senyum lalu menjalankan kakinya menuju Christian ia peluk suaminya dan Christian pun tak berontak ia justru membalikkan tubuhn
Fiorella keluar dari area rumah sakit dan berhenti tepat di kursi panjang di depan rumah sakit, tangannya menyeka air mata yang terus menangis. Dengan menengadahkan kepalanya menatap langit malam yang cukup redup, air mata itu kembali mengalir deras. Tangannya meraih tas kecil miliknya lalu meraih ponselnya guna menghubungi sang Daddy. "Hallo Fio, apa kabarmu? Kau baik kan? Daddy senang sekali akhirnya kau hubungi Daddy setelah dua bulan yang lalu_""Dad.""Ya? Kenapa suaramu serak? Christian menyakitimu lagi?""Kenapa Daddy lakukan itu? Kenapa Daddy biarkan Christian mengambil alih apa yang menjadi hak Kak Leo? Ia bisa marah besar Dad, bahkan mungkin Kak Leo membenciku karena menjadi penyebab semua ini.""Sst, apa yang kau katakan?! Semuanya tak benar. Daddy lakukan hal ini karena Daddy memang sudah lelah mengurus Regnarok, lagipula kelompok itu sudah sangat tua, sudah seharusnya dibubarkan.""Dad, aku tak bisa membalasmu. Aku terlalu bodoh Dad, aku bersedia apabila harus bercerai de
Reoxane menatap Charlotte yang berada di hadapannya saat ini, mereka saat ini berada di resort mewah milik Arthur di Bali, yah Indonesia. Entah mengapa pak Tua itu memberikam hadiah ini untuk Charlotte dan Reoxane katanya sebagai ucapan permintaan maaf atas permintaan konyol Arthur pada Reoxane waktu itu yang berakhir menyakiti kedua insan itu. "Apa yang kau pikirkan?" tanya Reoxane seraya mengusap lengan Charlotte.Charlotte menggelengkan kepalanya pelan dan balik menggenggam tangan Reoxane. "Tak ada Kak Reo, hanya seperti mimpi bisa seperti ini denganmu. Ku rasa aku masih tinggal di hayalan," lirih Charlotte yang langsung menciptakan senyum misterius di bibir Reoxane.Tanpa di duga Reoxane mendaratkan kecupan singkatnya di pipi Charlotte yang membuat Charlotte membelalakan matanya bahkan semburat merah sudah menyebar di kedua pipi gadis itu. "Masihkah merasa mimpi?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Tapi lebih indah," jawabnya kemudian mulai memakan hidangan yang disaj
Two month leter...Reoxane mengusap kepala Charlotte yang bersandar di dadanya, ya mereka tengah menikmati angin malam di tepi pantai Maldives. Sebenarnya ini hanya liburan biasa sebagai hadiah peresmian hubungan mereka. Sebenarnya Reoxane ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada Fiorella tapi Charlotte menahannya karena memang keadaan rumah tangga sahabat mereka itu sedang renggang tetapi saat ini Reoxane mengernyitkan dahinya saat membaca pesan dari Christian."Ada apa?" tanya Charlotte penasaran dengan mimik wajah Reoxane yang seketika berubah."Christian mengirimkan pesan, aneh sekali.""Maksudmu?" tanya Charlotte langsung bangun dari baringannya kemudian Reoxane memberikan pesan yang dikirimkan oleh Christian. "Kurasa terjadi sesuatu dengan mereka, haruskah kita ke Seattle sekarang?" tanya Reoxane penuh kekhawatiran bagaimanapun Fiorella adalah anak dari tuannya dan meskipun rasa itu sudah tidak ada lagi tapi keadaan Fiorella masih penting untuk Reoxane."Ya, ayo." Charlotte m
"Kak Reo?" panggil Charlotte dengan suara seraknya, si empu nama pun segera melangkahkan kakinya mendekati Charlotte dan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya pelan. "Bagaimana kondisimu?" tanya Reoxane dibalas anggukan dari Charlotte."Aku baik Kak, apalagi melihatmu," ucapnya pelan."Aku akan menjagamu.""Terimakasih, tapi jika ini permintaan Fio lebih baik jangan Kak. Aku tak ingin merepotakanmu.""Sama sekali tidak, aku tak kerepotan sama sekali.""Terimakasih."Sejak saat itu keduanya lebih dekat, Reoxane selalu menggenggam tangan Charlotte saat gadis itu melakukan kemoterapi, perlahan perhatian Reoxane meningkat dan untuk meninggalkan Charlotte sendiri rasanya Reoxane tak mampu. Ia akan membawa Charlotte menikmati sunset di pagi hari meskipun gadis itu dengan kursi rodanya seperti saat ini. Reoxane meraih tangan Charlotte dan menyampingkan rambut gadis itu ke sisi kanan dan ia menumpukan dagunya di sisi kiri bahu Charlotte. "Apa kau masih mencintai ku?" tanya Reoxane yang
Charlotte POV Sejak melihatnya entah mengapa duniaku teralihkan, tatapan matanya yang tajam mengalihkan perhatianku pada yang lain, aku ingin ia menatapku penuh cinta seperti saat ia menatap mata sahabatku, Fiorella. Mungkin gila jika dipikirkan dan berharap aku akan tinggal di hatinya yang terlihat sudah memiliki pengisi, aku ingin menyerah dan berhenti mengharapkannya tapi apa daya rasanya duniaku adalah dia, pekerjaanku kadang ku lupakan hanya saat dia berada di dekatku hingga akhirnya sahabatku menikah aku bahagia sangat bahagia karena ia bahagia tapi ternyata itu hanya sementara kebahagiaan Fiorella terhenti saat sebuah fakta terkuak Christian, suami sahabatku itu menikahi Fiorella hanya untuk ajang balas dendam dan yang lebih menyakitkan untukku adalah bagaimana perhatian pria yang ku cintai tertuju pada satu nama dan itu hanya Fiorella.Hatiku menanas seketika tapi aku tak bisa berkata, aku hanya berharap penyakitku akan berhenti dan pergi dari tubuh lemahku yang sudah banyak
Christian dan Fiorella menuruni tangga dengan tangan yang saling menaut, terlihat jelas sekali ketakutan yang tergambar di wajah Christian tapi sekali lagi eratan tangan Fiorella berhasil membuat pria itu melupakan ketakutannya. "Kita jalani dan hadapi ini bersama, right?" bisik Fiorella diangguki oleh Christian.Arthur menatap putra putrinya dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya, hingga Fiorella dan Christian duduk dihadapannya saat ini. "Dad, aku ingin bicara," ucap Christian diangguki oleh Arthur."Katakan apa yang ingin kau katakan Christian, aku mendengarkan," jawab Arthur.Christian menghembuskan napasnya pelan lalu menatap Arthur kembali. "Aku bersedia bertemu dengan Uncle Gustav tapi aku minta tolong Dad.""Katakan apa yang kau butuhkan, son?""Aku butuh pengawalan ketat untukku dan Fiorella, kami hanya takut terjadi sesuatu dan Uncle Gustav justru menyakiti Fiorella maupun Axa," pinta Christian dianguki oleh Arthur. Pria yang sudah berumur itu meraih ponselnya dan
One years leter..."Jadi Christian, apa yang akan kau lakukan sekarang? Semua sudah berlalu setahun yang lalu dan percayalah kami sudah memaafkanmu," ujar Arthur dengan menepuk bahu Christian. Pria itu mengangguk lalu membalas tatapan mata ayah mertuanya, sudah satu tahun semenjak kejadian itu kini Christian terlihat sangat berbeda ia menjadi pria yang hangat dan tak ada lagi kekejaman di matanya, ia melupakan dunia hitamnya dan mengikuti langkah yang diambil oleh Arthur yaitu keluar dari dunia mafia dan berbalik memeluk keluarganya seakan tak pernah terlibat dalam masalah kejahatan dan sebagainya, ia mengangguk lalu tersenyum manis. "Seperti yang kau tau Dad, aku tak akan kembali ke dunia itu lagi, sudah cukup aku dimanfaatkan sedemikian rupa demi keberhasilan orang lain dan justru merugikanku," kata Christian dengan senyum tipisnya membuat Arthur mengangguk penuh bangga."Kau tau, aku selalu berpikir aku salah dengan menjerumuskan Leonardo di dalam kubangan itu tapi putraku itu te
Meeting Room, The Highest TableChristian menatap satu persatu para kepala mafia yang duduk dengan tatapan penuh pertanyaan padanya, mereka bertanya-tanya untuk apa Christian mengumpulkan mereka mendadak."Aku tau, mungkin kalian bingung mengapa aku mengumpulkan kalian lagi disini di ruang pertemuan ini. Selama aku menduduki kursi tertinggi The Highest Table aku menjadi pribadi yang kurang bersyukur dan tak memandang sekitar, aku selalu bekerja tanpa perasaan dan mengandalkan obsesiku. Semua gembong mafia besar sudah aku taklukan dengan kelompokku, Black Eclips. Aku tau mungkin ini cukup mengagetkan jika kalian dengar namun ini benar-benar keputusan terakhirku.""Aku mengambil alih The Highest Table dengan cara yang kurang baik tidak seperti Regnarok ataupun pemimpin sebelumnya. Aku tau, mungkin ini memang bukan milikku oleh karena itu aku akan memberikan kembali pada pemilik aslinya.""Aku Christian Xander memberikan The Highest Table kembali pada Regnarok, Leonardo De Lavega," ucap
Dua minggu sejak Christian sadar dari komanya, kini pria itu menatap malu-malu pada Fiorella entahlah ia hanya merasa seperti seorang gadis yang mabuk cinta, perasaan kurang ajar!"Christian," panggil Arthur pelan dan Christian pun menolehkan kepalanya menatap Arthur.Ya, sejak bayangan sang Mommy yang memintanya berhenti dendam pada pria yang tak lain adalah mertuanya itu, Christian benar-benar melupakan dendamnya meskipun setiap ia melihat manik Baby Axa ia terbayang kembali dengan sang Daddy, Damian. Namun Christian saat ini bisa dengan mudah mengontrol dirinya sendiri. "Ya Dad? Ada masalah?"Arthur melepaskan garpu dan sendok dari tangannya kemudian menyatukan tangannya di atas meja makan ia tatap menantunya dengan penuh kedinginan. "Daddy ingin bicara padamu, bisakan? Ada Leonardo juga tapi aku butuh tempat seperti markas? Kau bisakan memberi kami waktu untuk mengisi Black Eclips sebentar hanya untuk memberi mu sesuatu.""Ya Dad, tentu saja kapanpun Daddy butuhkan." Arthur mengan
2 month later...Fiorella menatap wajah suaminya yang sudah dua bulan ini tak membuka kelopak mata, wanita itu mencium telapak tangan Christian yang besar dan lumayan dingin, pria itu seakan sangat nyaman dalan tidurnya. Decit pintu berhasil membuat Fiorella menolehkan kepalanya dan menemukan Tabitha tengah menggendong Axa. "Sepertinya Axa haus, kau susui dulu.""Ya, baiklah." Fiorella menerima bayinya dengan hati-hati lalu kembali menatap Tabitha dengan sendu."Bersabarlah, Mommy yakin ia akan segera sadar.""Ya, semoga.""Mommy keluar dulu.""Terimakasih sudah menjaga Axa Mom.""Ya, sama-sama." Tabitha melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Christian kemudian berjalan menuju Arthur yang masih duduk dengan pandangan kosongnya.Kembali ke dalam ruangan Christian, Fiorella mulai menyusui Axalion sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Christian. "Cepat sadar Tian, aku merindukanmu," lirihnya dengan suara lembut seraya menatap sekilas pada wajah pucat Christian.