"Bagaimana bisa Daddy mengiyakan permintaan gila Christian?! Kau tau Dad, kau baru saja menghantarkan relasi kita ke jurang kehancuran!""Daddy tau dan Daddy paham Leo, tapi tak ada pilihan lain.""Maksudmu tak ada pilihan lain?""Leo, adikmu tengah hamil dan resikonya tinggi apabila ia bercerai dengan Christian dan hamil tanpa seorang suami.""Oh baiklah, jadi Daddy berbalik arah? Bukankah tadi Daddy yang bersikukuh ingin menikahkan Fiorella dengan Reoxane?! Lalu sekarang apa Dad?!""Itu sebelum Daddy tau mengenai kehamilan adikmu, Leo. Mengertilah.""Kau tau Dad, aku bersumpah untuk terus menjaga Regnarok sampai aku benar-benar merasa aku tak lagi bisa menanggung beban ini, namun kau justru membubarkannya dibawah kepemimpinan ku Dad?! Yang benar saja!""Leo, tak ada pilihan lain!""Lalu apa Daddy pikir dengan Daddy mengambil keputusan ini itu akan menyelamatkan Fiorella, ya walaupun itu memang benar adanya namun harus Daddy tau bahwa setelah Daddy menyelamatkan Fiorella, namun Daddy
Sesampainya di hotel, Christian segera memasuki kamarnya. Pria itu bahkan melebarkan matanya kala melihat Fiorella tengah mengangkat sebuah kotak dan memindahkannya ke atas lemari. "Hei apa yang kau lakukan?!" Christian berseru seraya berlari mendekati Fiorella menghentikan kegiatan wanita itu dan menatapnya penuh tanya."Apa yang kau lakukan? Kenapa mengangkat beban berat?" tanya Christian lembut."Aku tak tau ini apa, jadi aku bereskan saja.""Tak usah, aku saja yang lakukan kau diam lah dan duduk saja dengan tenang," ujar Christian diangguki oleh Fiorella.Wanita itu berjalan dan mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang seraya menatap lekat suaminya yang tengah membereskan sisa kotak yang ia tak tau isinya, karena jujur ia tak tertarik untuk mengetahui isi kotak itu ia hanya merasa terganggu dan tak nyaman dengan beberapa kotak itu.Namun tanpa sepengetahuan Fiorella, kotak itu berisi bom dan beberapa granat untuk menyerang De'Eagler, ini semua adalah persiapan Christian untuk penyera
Seven months later ...Fiorella menatap sang suami dengan penuh cinta, Christian pria itu sudah sangat berubah semenjak kejadian pernikahan dulu. Terhitung sudah tujuh bulan Christian bertindak baik, Fiorella amat sangat bahagia dengan perubahan Christian. Pria itu tak lagi bermain tangan hanya ada tatapan cinta dan usapan lembut dari tangannya yang lebar. "Kau lapar honey?"Dan ya, panggilan itu tak pernah lepas dari bibir Christian. Seakan candu untuk di dengar oleh Fiorella, suara berat Christian saat memanggilnya semanis tadi membuat Fiorella kembali merasa jatuh cinta pada pria yang berstatus menjadi suaminya itu. "Fio, kau lapar?""Em, ya aku sedikit lapar.""Baiklah, aku siapkan makananmu.""Terimakasih.""Ya, diam disini.""Baiklah."Christian menjalankan kakinya menuju pantry, sosok Christian tak pernah lepas dari tatapan Fiorella. Wanita itu mengukir senyum lalu menjalankan kakinya menuju Christian ia peluk suaminya dan Christian pun tak berontak ia justru membalikkan tubuhn
Fiorella keluar dari area rumah sakit dan berhenti tepat di kursi panjang di depan rumah sakit, tangannya menyeka air mata yang terus menangis. Dengan menengadahkan kepalanya menatap langit malam yang cukup redup, air mata itu kembali mengalir deras. Tangannya meraih tas kecil miliknya lalu meraih ponselnya guna menghubungi sang Daddy. "Hallo Fio, apa kabarmu? Kau baik kan? Daddy senang sekali akhirnya kau hubungi Daddy setelah dua bulan yang lalu_""Dad.""Ya? Kenapa suaramu serak? Christian menyakitimu lagi?""Kenapa Daddy lakukan itu? Kenapa Daddy biarkan Christian mengambil alih apa yang menjadi hak Kak Leo? Ia bisa marah besar Dad, bahkan mungkin Kak Leo membenciku karena menjadi penyebab semua ini.""Sst, apa yang kau katakan?! Semuanya tak benar. Daddy lakukan hal ini karena Daddy memang sudah lelah mengurus Regnarok, lagipula kelompok itu sudah sangat tua, sudah seharusnya dibubarkan.""Dad, aku tak bisa membalasmu. Aku terlalu bodoh Dad, aku bersedia apabila harus bercerai de
Fiorella menatap pantulan dirinya di cermin, kantung mata dan lingkaran hitam begitu terlihat dimatanya, semalam untuk tidur saja rasanya ia tak bisa. Kebiasaan saat sebelum tidurnya bersama Christian mengganggu Fiorella, bahkan wanita itu hampir menangis kala rasa ingin mendekap tubuh besar Christian begitu menggebu di dadanya namun luka yang Christian torehkan rasanya belum sama sekali kering membuatnya menelan bulat-bulat keinginan dan kerinduannya terhadap pria itu. Tiba-tiba pintu apartemen terbuka, Fiorella yang mendengar decit pintu segera bergegas keluar dari kamarnya dan matanya menangkap dengan jelas sepatu hitam mengkilap yang berada di ambang pintu apartemen saat ini.Fiorella menaikan penglihatannya dan matanya sedikit memicing pada sosok pria yang berdiri diambang pintu. "Mau apa lagi anda kemari Mr. Xander? Kurasa saya sudah tak ada urusan lagi dengan anda," ucap Fiorella dengan nada formalnya."Kenapa nada bicaramu berubah?" tanya Christian dengan suaa rendahnya."Maaf
Pagi yang cerah untuk kedua pasangan yang sejak semalam sudah bisa menerima satu sama lain, Fiorella memandang Christian yang masih lelap dalam tidurnya, pria itu bahkan menggeliat pelan lalu membuka kelopak matanya, netra mereka saling bertemu dan tak ada satupun diantara mereka yang berniat melepaskannya. "Morning.""Morning," balas Fiorella dengan senyum manisnya.Christian mengulurkan tangannya dan berhenti tepat di pusar sang istri seraya mengusapnya pelan. "Morning Baby."Fiorella menanggapi sapaan Christian dengan senyum manisnya dan itu tak luput dari pandangan Christian pria itu bahkan mengacak-acak rambut Fiorella pelan lalu menciumnya. "Mandilah dan sarapan, hari ini kita akan kembali ke mansion.""Baiklah." Setelah selesai bersiap, kini Fiorella menatap sang suami yang sudah berdiri dengan jas licin yang melekat di tubuh atletisnya, pria itu mengarahkan dua bodyguardnya untuk memindahkan barang-barang Fiorella menuju mobil. Sesaat setelah semua barang milik Fiorella sudah
Fiorella mendekati Christian lalu mencengkeram kerah kemeja Christian, bahkan dengan air matanya yang terus mengalir ia menatap Christian penuh kesakitan. "Aku mencintaimu Christian, sangat mencintaimu. Tapi jika mencintaimu sampai semenyakitkan ini, kurasa aku sudah tak kuat lagi. Aku menyerah Christian, aku menyerah.""Dengarkan aku Fiorella, bukan aku yang menembak Daddy mu.""Kita memang tak bisa bersama, kemarin sekarang atau besok. Tak akan pernah bisa bersama." Fiorella langsung berjalan secepat yang ia bisa menuju kamarnya meninggalkan Christian dengan keterpakuannya, ia sangat merasa sesak saat mendengar kata-kata Fiorella, jantungnya berdegup tak karuan. kecepatan tinggi, pria itu berlari menaiki tangga dan menuju kamarnya, sesampainya di sana ia melihat Fiorella tengah memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. "Hei, dengarkan aku. Beri aku kesempatan untuk bicara.""Tak ada lagi yang harus kau katakan, aku sudah mengerti semuanya. Kau sudah cukup menyakiti aku dan keluargaku
"Bangunlah, ku mohon Tian," lirih Fiorella melemas dan benar saja di detik selanjutnya tubuh itu meluruh untung saja Liam segera menangkap tubuh sang Nyonya."Tolong bawa kembali Nyonya," ucap Liam dengan suara rendahnya."Baik," kata Dokter tersebut seraya mendudukkan tubuh Fiorella ke kursi roda kemudian mendorongnya keluar memasuki ruangan Fiorella sendiri.Liam menatap sang Tuan yang berada di hadapannya saat ini, ia mendekati tubuh Christian lalu menghembuskan napasnya sekilas. "Anda harus kembali Tuan, anda tak bisa meninggalkan Nyonya. Ia sangat terluka Tuan, bukalah matamu, katakan pada dunia bahwa kau belum menyerah.""Jangan melemah Tuan, kembalilah." Namun semua hanya sia-sia karena nyatanya Christian tetap menutup matanya dengan damai. Liam kembali menghembuskan napasnya kasar lalu ia pun meraih ponselnya guna menghubungi seseorang."Maaf Tuan.""Ada apa?""Ini tentang Tuan dan Nyonya.""Kenapa dengan adikku?""Tuan, mansion di serang tadi sesaat setelah Tuan pulang dari I