Seven months later ...Fiorella menatap sang suami dengan penuh cinta, Christian pria itu sudah sangat berubah semenjak kejadian pernikahan dulu. Terhitung sudah tujuh bulan Christian bertindak baik, Fiorella amat sangat bahagia dengan perubahan Christian. Pria itu tak lagi bermain tangan hanya ada tatapan cinta dan usapan lembut dari tangannya yang lebar. "Kau lapar honey?"Dan ya, panggilan itu tak pernah lepas dari bibir Christian. Seakan candu untuk di dengar oleh Fiorella, suara berat Christian saat memanggilnya semanis tadi membuat Fiorella kembali merasa jatuh cinta pada pria yang berstatus menjadi suaminya itu. "Fio, kau lapar?""Em, ya aku sedikit lapar.""Baiklah, aku siapkan makananmu.""Terimakasih.""Ya, diam disini.""Baiklah."Christian menjalankan kakinya menuju pantry, sosok Christian tak pernah lepas dari tatapan Fiorella. Wanita itu mengukir senyum lalu menjalankan kakinya menuju Christian ia peluk suaminya dan Christian pun tak berontak ia justru membalikkan tubuhn
Fiorella keluar dari area rumah sakit dan berhenti tepat di kursi panjang di depan rumah sakit, tangannya menyeka air mata yang terus menangis. Dengan menengadahkan kepalanya menatap langit malam yang cukup redup, air mata itu kembali mengalir deras. Tangannya meraih tas kecil miliknya lalu meraih ponselnya guna menghubungi sang Daddy. "Hallo Fio, apa kabarmu? Kau baik kan? Daddy senang sekali akhirnya kau hubungi Daddy setelah dua bulan yang lalu_""Dad.""Ya? Kenapa suaramu serak? Christian menyakitimu lagi?""Kenapa Daddy lakukan itu? Kenapa Daddy biarkan Christian mengambil alih apa yang menjadi hak Kak Leo? Ia bisa marah besar Dad, bahkan mungkin Kak Leo membenciku karena menjadi penyebab semua ini.""Sst, apa yang kau katakan?! Semuanya tak benar. Daddy lakukan hal ini karena Daddy memang sudah lelah mengurus Regnarok, lagipula kelompok itu sudah sangat tua, sudah seharusnya dibubarkan.""Dad, aku tak bisa membalasmu. Aku terlalu bodoh Dad, aku bersedia apabila harus bercerai de
Fiorella menatap pantulan dirinya di cermin, kantung mata dan lingkaran hitam begitu terlihat dimatanya, semalam untuk tidur saja rasanya ia tak bisa. Kebiasaan saat sebelum tidurnya bersama Christian mengganggu Fiorella, bahkan wanita itu hampir menangis kala rasa ingin mendekap tubuh besar Christian begitu menggebu di dadanya namun luka yang Christian torehkan rasanya belum sama sekali kering membuatnya menelan bulat-bulat keinginan dan kerinduannya terhadap pria itu. Tiba-tiba pintu apartemen terbuka, Fiorella yang mendengar decit pintu segera bergegas keluar dari kamarnya dan matanya menangkap dengan jelas sepatu hitam mengkilap yang berada di ambang pintu apartemen saat ini.Fiorella menaikan penglihatannya dan matanya sedikit memicing pada sosok pria yang berdiri diambang pintu. "Mau apa lagi anda kemari Mr. Xander? Kurasa saya sudah tak ada urusan lagi dengan anda," ucap Fiorella dengan nada formalnya."Kenapa nada bicaramu berubah?" tanya Christian dengan suaa rendahnya."Maaf
Pagi yang cerah untuk kedua pasangan yang sejak semalam sudah bisa menerima satu sama lain, Fiorella memandang Christian yang masih lelap dalam tidurnya, pria itu bahkan menggeliat pelan lalu membuka kelopak matanya, netra mereka saling bertemu dan tak ada satupun diantara mereka yang berniat melepaskannya. "Morning.""Morning," balas Fiorella dengan senyum manisnya.Christian mengulurkan tangannya dan berhenti tepat di pusar sang istri seraya mengusapnya pelan. "Morning Baby."Fiorella menanggapi sapaan Christian dengan senyum manisnya dan itu tak luput dari pandangan Christian pria itu bahkan mengacak-acak rambut Fiorella pelan lalu menciumnya. "Mandilah dan sarapan, hari ini kita akan kembali ke mansion.""Baiklah." Setelah selesai bersiap, kini Fiorella menatap sang suami yang sudah berdiri dengan jas licin yang melekat di tubuh atletisnya, pria itu mengarahkan dua bodyguardnya untuk memindahkan barang-barang Fiorella menuju mobil. Sesaat setelah semua barang milik Fiorella sudah
Fiorella mendekati Christian lalu mencengkeram kerah kemeja Christian, bahkan dengan air matanya yang terus mengalir ia menatap Christian penuh kesakitan. "Aku mencintaimu Christian, sangat mencintaimu. Tapi jika mencintaimu sampai semenyakitkan ini, kurasa aku sudah tak kuat lagi. Aku menyerah Christian, aku menyerah.""Dengarkan aku Fiorella, bukan aku yang menembak Daddy mu.""Kita memang tak bisa bersama, kemarin sekarang atau besok. Tak akan pernah bisa bersama." Fiorella langsung berjalan secepat yang ia bisa menuju kamarnya meninggalkan Christian dengan keterpakuannya, ia sangat merasa sesak saat mendengar kata-kata Fiorella, jantungnya berdegup tak karuan. kecepatan tinggi, pria itu berlari menaiki tangga dan menuju kamarnya, sesampainya di sana ia melihat Fiorella tengah memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. "Hei, dengarkan aku. Beri aku kesempatan untuk bicara.""Tak ada lagi yang harus kau katakan, aku sudah mengerti semuanya. Kau sudah cukup menyakiti aku dan keluargaku
"Bangunlah, ku mohon Tian," lirih Fiorella melemas dan benar saja di detik selanjutnya tubuh itu meluruh untung saja Liam segera menangkap tubuh sang Nyonya."Tolong bawa kembali Nyonya," ucap Liam dengan suara rendahnya."Baik," kata Dokter tersebut seraya mendudukkan tubuh Fiorella ke kursi roda kemudian mendorongnya keluar memasuki ruangan Fiorella sendiri.Liam menatap sang Tuan yang berada di hadapannya saat ini, ia mendekati tubuh Christian lalu menghembuskan napasnya sekilas. "Anda harus kembali Tuan, anda tak bisa meninggalkan Nyonya. Ia sangat terluka Tuan, bukalah matamu, katakan pada dunia bahwa kau belum menyerah.""Jangan melemah Tuan, kembalilah." Namun semua hanya sia-sia karena nyatanya Christian tetap menutup matanya dengan damai. Liam kembali menghembuskan napasnya kasar lalu ia pun meraih ponselnya guna menghubungi seseorang."Maaf Tuan.""Ada apa?""Ini tentang Tuan dan Nyonya.""Kenapa dengan adikku?""Tuan, mansion di serang tadi sesaat setelah Tuan pulang dari I
2 month later...Fiorella menatap wajah suaminya yang sudah dua bulan ini tak membuka kelopak mata, wanita itu mencium telapak tangan Christian yang besar dan lumayan dingin, pria itu seakan sangat nyaman dalan tidurnya. Decit pintu berhasil membuat Fiorella menolehkan kepalanya dan menemukan Tabitha tengah menggendong Axa. "Sepertinya Axa haus, kau susui dulu.""Ya, baiklah." Fiorella menerima bayinya dengan hati-hati lalu kembali menatap Tabitha dengan sendu."Bersabarlah, Mommy yakin ia akan segera sadar.""Ya, semoga.""Mommy keluar dulu.""Terimakasih sudah menjaga Axa Mom.""Ya, sama-sama." Tabitha melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Christian kemudian berjalan menuju Arthur yang masih duduk dengan pandangan kosongnya.Kembali ke dalam ruangan Christian, Fiorella mulai menyusui Axalion sementara tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Christian. "Cepat sadar Tian, aku merindukanmu," lirihnya dengan suara lembut seraya menatap sekilas pada wajah pucat Christian.
Dua minggu sejak Christian sadar dari komanya, kini pria itu menatap malu-malu pada Fiorella entahlah ia hanya merasa seperti seorang gadis yang mabuk cinta, perasaan kurang ajar!"Christian," panggil Arthur pelan dan Christian pun menolehkan kepalanya menatap Arthur.Ya, sejak bayangan sang Mommy yang memintanya berhenti dendam pada pria yang tak lain adalah mertuanya itu, Christian benar-benar melupakan dendamnya meskipun setiap ia melihat manik Baby Axa ia terbayang kembali dengan sang Daddy, Damian. Namun Christian saat ini bisa dengan mudah mengontrol dirinya sendiri. "Ya Dad? Ada masalah?"Arthur melepaskan garpu dan sendok dari tangannya kemudian menyatukan tangannya di atas meja makan ia tatap menantunya dengan penuh kedinginan. "Daddy ingin bicara padamu, bisakan? Ada Leonardo juga tapi aku butuh tempat seperti markas? Kau bisakan memberi kami waktu untuk mengisi Black Eclips sebentar hanya untuk memberi mu sesuatu.""Ya Dad, tentu saja kapanpun Daddy butuhkan." Arthur mengan