Leonardo mendekati kedua orang wanita yang tengah membeku di tempatnya saat ini karena mendengar pertanyaannya barusan. Pria itu memegang bahu Fiorella dan menatap penuh pertanyaan pada Charlotte saat ini. "Hal apa Fio?" Tanya Leonardo dengan nada yang super lembutnya."Kak.""Apa Charlotte?""Itu hal, maksud ku Fio.""Jangan sembunyikan apapun padaku Charlotte, katakan apa yang kalian bicarakan hingga kalian tampak pias seperti ini?""Fio hanya bercerita masalahnya kak," ucap Charlotte pelan."Apa yang kau katakan pada Charlotte, Fio?" tanya Leonardo kini menatap Fiorella lekat."Aku hanya mengatakan tentang perlakuan kasar Christian, Kak.""Hanya itu?""Ya." Leonardo mengangguk paham, pria itu tau ada yang tak beres dengan adiknya dan ia harus bersabar hingga Fiorella mau dan mampu menceritakan yang sebenarnya pada dirinya."Baiklah, kau lapar Fio?" tanya Leonardo lagi namun dibalas gelengan dari Leonardo."Baiklah, Charlotte tolong jaga Fio dulu, aku ada sedikit urusan lagi.""Iya
Florence terus mengusap lembut kepala adik iparnya dan memanggil Karin agar dibuatkan teh hangat untuk Fiorella yang masih menangis saat ini. Manik Florence beradu dengan manik biru terang Leonardo, terukir dengan jelas sekali di sana kemarahan pria itu yang belum surut sepenuhnya, Florence yang paham langsung memberi kode untuk suaminya agar meninggalkannya dengan Fiorella yang syukurnya di mengerti oleh Leonardo.Kini Florence melepas pelukan Fiorella dan merangkum wajah Fiorella sekaligus menghapus sisa air mata di wajah sembab adik Leonardo itu. "Fio ingin cerita pada Kakak?" tanya Florence lembut yang tak dibalas oleh Fiorella.Wanita itu mengerti mungkin Fiorella butuh ruang untuk menyendiri, akhirnya Florence menuntun Fiorella menuju kamar milik wanita itu sendiri dan mengusap lembut surai Fiorella sayang. "Istirahatlah Fio, kau pasti sangat lelah," ucap Florence dibalas anggukan pelan dari Fiorella.Florence mendirikan tubuhnya dan perlahan keluar dari kamar Fiorella dan menuj
Leonardo menatap penuh picingan pada sang adik yang berlari menaiki tangga dan memasuki kamarnya tanpa mendengar sapaan pria itu, lalu Leonardo menatap Reoxane yang baru saja memasuki area mansion. "Apa yang sudah kau lakukan hingga adikku menangis, Reo?" tanya Leonardo tanpa menatap wajah sendu Reoxane. Pria itu menatap sekilas pada Leonardo lalu mendudukkan tubuhnya tepat di depan bossnya."Aku hanya mengungkapkan perasaanku padanya.""Lalu? Dia menerimamu?""Tidak.""Kenapa?""Dia tak menjawab dengan pasti, tapi yang jelas setelah aku memeluknya ia menangis dan pergi meninggalkanku." Leonardo mendirikan tubuhnya, ia berjalan mendekati area taman dan memasukkan kedua telapak tangannya kemudian menghembuskan napasnya pelan."Kau tau, aku berjanji pada Daddy untuk menjaga dan melindungi Fio. Bayangkan jika Daddy tau masalah ini, aku tak bisa berpikir.""Apa kau tak berniat mengatakan hal ini pada Uncle Arthur? Kurasa sudah cukup menyembunyikan Fiorella selama satu minggu di mansionmu.
SeattleChristian menatap Liam dengan tatapan membunuhnya, pria itu membanting gelas yang ia pegang hingga tak berbentuk di atas lantai. "Katakan kau sudah menemukannya Liam," ucap Christian dengan nada dingin plus sadisnya."M-maafkan aku Tuan, tapi kami tak bisa melacak nyonya sekarang.""AKU TAK MAU TAU! SUDAH SATU MINGGU DAN KALIAN TAK MENEMUKANNYA! BODOH KALIAN!""M-maafkan kami Tuan.""Cari istriku sampai dapat!""Baik." Liam beringsut pergi dari hadapan Christian meninggalkan pria itu dengan rasa sesak yang menyergap dadanya. Tangannya mengulur meraih sebuah foto di atas meja kerjanya, ia teliti senyum bahagia dari pemilik foto lalu tangannya kembali mengepal."Maafkan aku, aku salah dengan menuduhmu, maafkan aku Fio. Kembalilah, ku mohon. Kemana kau Fio!" geram Christian seraya menatap keatas.Tak lama ponsel pria itu bergetar, dengan gerakan malas ia meraih ponselnya dan melihat si penelepon dua detik setelah ia membaca nama si penelpon alisnya mengerut. Ia pun menggeser ikon
Arthur membalikkan tubuhnya dan menatap Tabitha lekat. "Katakan pada Fiorella dan beri ia pengertian untuk menerima Reoxane menjadi suaminya besok.""Tapi Arthur_""Aku tak ingin dibantah Tabitha, lakukan saja apa yang aku perintahkan," ucap Arthur seraya menampilkan wajah serius plus kejamnya.Tabitha menelan salivanya kasar melihat tatapan seribu asassin di dalam manik biru terang suaminya, ia hanya mampu mengangguk dan mendirkan tubuhnya berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar Fiorella. Sesampainya di kamar putrinya, Tabitha mengetuk pintu tiga kali dan disahuti oleh si empu kamar. Tabitha membuka knop pintu seraya menampilkan senyum manisnya. "Fio?""Ada apa Mom?" tanya wanita itu dengan menutup novel yang tengah ia baca. Tabitha berjalan mendekati Fiorella, lalu mendudukkan tubuhnya tepat di tepi ranjang berhadapan dengan putrinya, tangan wanita itu mengulur membelai pelan surai putrinya. "Ada apa Mom?" ulang Fiorella dengan tatapan penuh pertanyaan pada Tabitha."Fio, Mommy t
Fiorella mengusap air matanya yang jatuh lalu mendirikan tubuhnya, meneguhkan hatinya yang sudah hancur berkeping-keping. Wanita itu dengan kesenduan di matanya berjalan keluar seraya memperbaiki rambutnya yang tadi berantakan, ia berjalan keluar dari kamarnya dan menuruni tangga netranya menatap sang Mommy yang tengah melamun di atas sofa yang berhadapan dengan TV. Baru kali ini Fiorella merasakan aura kesedihan di sekitar Tabitha, dan ia tak suka atas semua itu. Dengan cepat Fiorella keluar dari mansion dan menaiki mobil Bugatti Veyron by Mansory Vivere miliknya. Dan dengan cepat mengemudikan mobil itu membelah jalanan menuju kantor sang Daddy.Sesampainya di De Lavega Group's Fiorella bergegas keluar dari mobilnya dan memasuki kantor sang Daddy mengabaikan beberapa karyawan yang menghentikan aktivitasnya lalu membungkukkan tubuhnya menghormati putri dari Arthur. Fiorella berlari lalu tangannya mengepal kala lift khusus yang menuju ruangan Arthur dulu ternyata sedang diperbaiki, wan
Hancur sudah pertahanan Leonardo, pria itu langsung melepaskan genggaman tangan Florence dan dalam sekejab.Bugh! Bugh!Leonardo meninju wajah lebam Christian lalu ditambah tendangan di perutnya tangannya kembali melayang untuk menghampiri wajah Christian namun teriakan adiknya menghentikan tangannya hingga mengudara. "HENTIKAN KAK!""Apa yang kau katakan, ia pantas mendapatkan semua itu.""Ku mohon Dad, aku bersedia bicara padanya," ucap Fiorella menyangkal ucapan Arthur."Aku setuju, biarkan putri kita memilih Arthur," timpal Tabitha membuat Arthur menghela napasnya kasar."Pergilah!" Fiorella melangkahkan kakinya mendekati Christian lalu menatap pria yang meringkuk di bawah kakinya saat ini."Ikut aku!""K-kau tega membiarkanku yang habis dihajar keluargamu ini berjalan sendirian?" tanya Christian dengan wajah memelasnya yang sialannya lagi menyentuh hati Fiorella. Fiorella perlahan membantu Christian berdiri dan memapah tubuh besar pria yang sialannya masih menjadi suaminya!"Lepa
"Bagaimana bisa Daddy mengiyakan permintaan gila Christian?! Kau tau Dad, kau baru saja menghantarkan relasi kita ke jurang kehancuran!""Daddy tau dan Daddy paham Leo, tapi tak ada pilihan lain.""Maksudmu tak ada pilihan lain?""Leo, adikmu tengah hamil dan resikonya tinggi apabila ia bercerai dengan Christian dan hamil tanpa seorang suami.""Oh baiklah, jadi Daddy berbalik arah? Bukankah tadi Daddy yang bersikukuh ingin menikahkan Fiorella dengan Reoxane?! Lalu sekarang apa Dad?!""Itu sebelum Daddy tau mengenai kehamilan adikmu, Leo. Mengertilah.""Kau tau Dad, aku bersumpah untuk terus menjaga Regnarok sampai aku benar-benar merasa aku tak lagi bisa menanggung beban ini, namun kau justru membubarkannya dibawah kepemimpinan ku Dad?! Yang benar saja!""Leo, tak ada pilihan lain!""Lalu apa Daddy pikir dengan Daddy mengambil keputusan ini itu akan menyelamatkan Fiorella, ya walaupun itu memang benar adanya namun harus Daddy tau bahwa setelah Daddy menyelamatkan Fiorella, namun Daddy