Home / Romansa / RETAK / 7. Kehidupan Baru

Share

7. Kehidupan Baru

Author: Imouni29
last update Last Updated: 2021-10-01 23:28:54

Hari pertama Vitaloka berkerja di perusahaan televisi baru berjalan dengan baik. Walaupun ada satu hal yang menganggu dirinya, hingga membuat dia tidak nyaman. Yakni tatapan tidak suka dari para senior. Mereka menatap sebelah mata, karena merasa sudah kalah saing dengan dirinya. Baru bekerja, sudah mendapatkan poin tambahan dari sang direktur. 

Namun, dia tak lupa juga bersyukur, masih memiliki seorang teman. Ya, walaupun cuma sebatas formalitas saja. Notifikasi pesan masuk membuyarkan lamunan Vitaloka. Dia mengecek ponselnya melihat siapa yang mengiriminya pesan. 

Vitaloka mengembuskan napas kasar sesudah membuka pesan sekaligus membacanya. Sederet kata yang tertulis dalam ponsel itu membuat dia mual serta jijik terhadap laki-laki itu. Sudah beristri masih saja berharap bisa berbalikan dengan dirinya. 

Vitaloka menyumpahi Sebastian dengan kata-kata kurang ajar. Sudah terlalu kesal pada laki-laki itu, yang tidak memiliki rasa tanggung jawab sam

Imouni29

Seru enggak sih ceritanya? Yok, komen yok, biar aku tahu:(

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • RETAK    1. Bertemu kembali

    Vitaloka memandang lekat manik mata cokelat bening milik laki-laki berambut hitam dengan gaya Man-Bun. Ditambah lagi jabang halus yang ada di sekitar rahang laki-laki itu. Tampak begitu berkarisma dan tampan di pandang mata.Suara bising suasana kafe tidak memedulikan sepasang kekasih itu melepas rindu. Apalagi saling menatap dengan dalam. Keduanya baru dipertemukan kembali setelah lima bulan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas membentuk senyuman kecil. Vitaloka yang melihat senyuman itupun ikut membalas. Dia selalu saja luluh hanya karena melihat senyuman memabukkan milik Sebastian."Gimana pekerjaan kamu? Sudah selesai, 'kan?" Suara berat Sebastian menyapa indra pendengaran Vitaloka. Lima bulan rasanya seperti lima tahun tak bertemu."Alhamdulillah lancar. Lagian aku juga sudah izin cuti sama pak Bambang untuk persiapkan pernikahan kita," balas Vitaloka.Vitaloka bekerja sebagai seorang staf editor di

    Last Updated : 2021-05-01
  • RETAK    2. Si laki-laki berandal

    Vitaloka sampai di rumah setelah salat magrib. Dia mampir ke mushola terdekat terlebih dulu untuk menunaikan ibadah salatnya. Setelah itu melanjutkan perjalanan pulang di rumah. "Sudah pulang, Vi? Gimana pertemuan kamu sama Sebastian?" Seorang wanita paruh baya dengan pakaian gamis serta hijab syar'i menyapa kala Vitaloka sudah sampai di ruang tamu. Mata Vitaloka membulat terkejut melihat kakak dari sang ibu ada di sana. Bahkan kerabat yang lain pun sudah datang. Segera Vitaloka menghampiri, lalu mencium tangan mereka dengan takzim. "Uwa, kok, cepet sampainya. Teh Ika enggak ikut?" Vitaloka bertanya pada Diana---kakak kandung dari sang ibu. "Teteh kamu ke sini pas hari pernikahan kamu sama suaminya," balas Diana mengulas senyum ramah. "Vi, sudah salat magrib?" Suara lembut sang ibu membuat atensi Vitaloka tertuju padanya. "Sudah, Ummi. Tadi mampir dulu di mushola terdekat sebelum pulang." "Syukurlah. Sana mandi, setelah itu mak

    Last Updated : 2021-05-07
  • RETAK    3. Pernikahan yang gagal

    "Astagfirullah, Vi. Kamu basah kuyup gini." Suara lembut sang ibu menggema di ruang tamu.Diana dan Santia segera datang menghampiri Vitaloka. Diana mengambil alih plastik hitam yang berisi label yang dibeli. Lalu Santia memberikan handuk kering kepada Vitaloka. Kemudian, menuntun perempuan itu masuk lebih dalam lagi."Mandi dulu, gih. Biar enggak demam," kata Santia dengan lembut.Vitaloka mengangguk, menaiki tangga agar bisa sampai di kamarnya. Pintu tertutup, dia membuka jaket di tubuhnya. Sorot mata Vitaloka terpaku pada jaket tersebut, wajah sanggar, rahang kokoh, sikap dewasa, serta tegas sangat kentara. Belum lagi wajahnya tampak seperti orang blasteran. Namun, sayang cara berpakaian laki-laki itu sama seperti berandal atau preman lebih tepatnya.Setelah selesai mandi, Vitaloka memutuskan merebahkan diri di atas ranjang. Tangannya sibuk mengecek gawai, membaca chat random dari teman pekerjaannya. Entah apa yang sedang mereka bahas sampai beribu-rib

    Last Updated : 2021-05-12
  • RETAK    4. Rajaswala Laksamana

    Tubuh Vitaloka menegang kala melihat siapa yang berdiri di depannya sekarang. Dia meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah, mengedarkan pandangan ke sekitar. Perasaan dia tidak mengundang laki-laki yang beritanya tengah menghangat di dunia maya. "Dari cara kamu menatap saya, sepertinya kamu tahu siapa saya." Suara tegas penuh menuntut itu kembali menyapa di indra pendengaran Vitaloka. Vitaloka memberanikan diri menatap laki-laki itu yang juga tengah menatap dirinya dengan alis terangkat satu. Sungguh, Rajaswala tampil berbeda sekarang. Tak ada penampilan yang berantakan lagi. Laki-laki itu memakai kaos distro dipadukan oleh celana jeans hitam dan sneaker hitam. Sangat kontras sekali penampilannya di acara pernikahan Nesya. "K--kamu ngapain ke sini?" Vitaloka terbata-bata. Merasa tak nyaman berdiri berduaan dengan Rajaswala. "Saya tanya sekali lagi sama kamu. Kamu tahu tentang latar belakang saya?" Vitaloka merasakan tatapan

    Last Updated : 2021-06-01
  • RETAK    5. Sikap kurang ajar Sebastian

    Vitaloka yang mendengar suara sang ibu. Buru-buru bergegas keluar kamar, merasa gugup ditatap sedemikian tajam oleh Santia."Kenapa ada laki-laki yang berani masuk ke kamar kamu, Vi?" Santia memicingkan matanya, menatap curiga pada Vitaloka.Rajaswala mengulas senyum ramah. Menyalimi tangan Santia dengan takzim. "Perkenalkan saya Rajaswala rekan kerja Vitaloka. Kami satu departemen yang sama."Vitaloka tak berkata apa pun. Terkejut bahwa Rajaswala begitu ahli dalam berakting melabui keluarganya sendiri. Lalu dia yang turut ikut dalam sandiwara itu hanya mengangguk mengiakan."M--maaf, Ummi. Tadi kami sedang berdiskusi mengenai buku biografi yang akan diterbitkan. Karena di luar banyak tamu, jadi Vita memilih di kamar karena laptopnya ada di kamar sambil di cas."Santia hanya mengangguk mengerti meski jawaban yang diberikan Vitaloka masih belum membuat dirinya puas."Saya permisi, Bu." Rajaswala pamit setel

    Last Updated : 2021-06-11
  • RETAK    6. Pindah dari rumah sendiri

    Vitaloka masih menyimpan rasa kesal pada Sebastian. Bukan karena laki-laki itu menikahi sang adik. Melainkan foto yang dikirimkan oleh Sebastian sangatlah tidak pantas. Mengingat status keduanya kini sebagai iparan. Namun, laki-laki itu malah menganggap dia sebagai kekasihnya. Mengambil cuti kembali dari kantor untuk membantu sang ummi bebenah di rumah, rasanya begitu berat. Terlebih lagi sekarang, dia satu rumah dengan Sebastian serta Nesya. Vitaloka bukan bermaksud ingin mengusir Nesya setelah pernikahan, tetapi ia merasa tidak nyaman saja. "Wes, pengantin baru. Jam segini baru banget, puas toh bermalam berduaan?" Pandangan Vitaloka kini tertuju pada Nesya yang tengah berjalan menghampiri di ruang tamu. Entah mengapa sudut bibir Vitaloka tertarik membentuk senyuman tipis. Mendengar kata 'bermalam' dari mulut Weni---kakak dari sang ayah---membuat pikiran Vitaloka berkecamuk. Merasa kalau Nesya sudah bolong sebelum malam pertama itu terjadi.

    Last Updated : 2021-09-17

Latest chapter

  • RETAK    7. Kehidupan Baru

    Hari pertama Vitaloka berkerja di perusahaan televisi baru berjalan dengan baik. Walaupun ada satu hal yang menganggu dirinya, hingga membuat dia tidak nyaman. Yakni tatapan tidak suka dari para senior. Mereka menatap sebelah mata, karena merasa sudah kalah saing dengan dirinya. Baru bekerja, sudah mendapatkan poin tambahan dari sang direktur. Namun, dia tak lupa juga bersyukur, masih memiliki seorang teman. Ya, walaupun cuma sebatas formalitas saja. Notifikasi pesan masuk membuyarkan lamunan Vitaloka. Dia mengecek ponselnya melihat siapa yang mengiriminya pesan. Vitaloka mengembuskan napas kasar sesudah membuka pesan sekaligus membacanya. Sederet kata yang tertulis dalam ponsel itu membuat dia mual serta jijik terhadap laki-laki itu. Sudah beristri masih saja berharap bisa berbalikan dengan dirinya. Vitaloka menyumpahi Sebastian dengan kata-kata kurang ajar. Sudah terlalu kesal pada laki-laki itu, yang tidak memiliki rasa tanggung jawab sam

  • RETAK    6. Pindah dari rumah sendiri

    Vitaloka masih menyimpan rasa kesal pada Sebastian. Bukan karena laki-laki itu menikahi sang adik. Melainkan foto yang dikirimkan oleh Sebastian sangatlah tidak pantas. Mengingat status keduanya kini sebagai iparan. Namun, laki-laki itu malah menganggap dia sebagai kekasihnya. Mengambil cuti kembali dari kantor untuk membantu sang ummi bebenah di rumah, rasanya begitu berat. Terlebih lagi sekarang, dia satu rumah dengan Sebastian serta Nesya. Vitaloka bukan bermaksud ingin mengusir Nesya setelah pernikahan, tetapi ia merasa tidak nyaman saja. "Wes, pengantin baru. Jam segini baru banget, puas toh bermalam berduaan?" Pandangan Vitaloka kini tertuju pada Nesya yang tengah berjalan menghampiri di ruang tamu. Entah mengapa sudut bibir Vitaloka tertarik membentuk senyuman tipis. Mendengar kata 'bermalam' dari mulut Weni---kakak dari sang ayah---membuat pikiran Vitaloka berkecamuk. Merasa kalau Nesya sudah bolong sebelum malam pertama itu terjadi.

  • RETAK    5. Sikap kurang ajar Sebastian

    Vitaloka yang mendengar suara sang ibu. Buru-buru bergegas keluar kamar, merasa gugup ditatap sedemikian tajam oleh Santia."Kenapa ada laki-laki yang berani masuk ke kamar kamu, Vi?" Santia memicingkan matanya, menatap curiga pada Vitaloka.Rajaswala mengulas senyum ramah. Menyalimi tangan Santia dengan takzim. "Perkenalkan saya Rajaswala rekan kerja Vitaloka. Kami satu departemen yang sama."Vitaloka tak berkata apa pun. Terkejut bahwa Rajaswala begitu ahli dalam berakting melabui keluarganya sendiri. Lalu dia yang turut ikut dalam sandiwara itu hanya mengangguk mengiakan."M--maaf, Ummi. Tadi kami sedang berdiskusi mengenai buku biografi yang akan diterbitkan. Karena di luar banyak tamu, jadi Vita memilih di kamar karena laptopnya ada di kamar sambil di cas."Santia hanya mengangguk mengerti meski jawaban yang diberikan Vitaloka masih belum membuat dirinya puas."Saya permisi, Bu." Rajaswala pamit setel

  • RETAK    4. Rajaswala Laksamana

    Tubuh Vitaloka menegang kala melihat siapa yang berdiri di depannya sekarang. Dia meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah, mengedarkan pandangan ke sekitar. Perasaan dia tidak mengundang laki-laki yang beritanya tengah menghangat di dunia maya. "Dari cara kamu menatap saya, sepertinya kamu tahu siapa saya." Suara tegas penuh menuntut itu kembali menyapa di indra pendengaran Vitaloka. Vitaloka memberanikan diri menatap laki-laki itu yang juga tengah menatap dirinya dengan alis terangkat satu. Sungguh, Rajaswala tampil berbeda sekarang. Tak ada penampilan yang berantakan lagi. Laki-laki itu memakai kaos distro dipadukan oleh celana jeans hitam dan sneaker hitam. Sangat kontras sekali penampilannya di acara pernikahan Nesya. "K--kamu ngapain ke sini?" Vitaloka terbata-bata. Merasa tak nyaman berdiri berduaan dengan Rajaswala. "Saya tanya sekali lagi sama kamu. Kamu tahu tentang latar belakang saya?" Vitaloka merasakan tatapan

  • RETAK    3. Pernikahan yang gagal

    "Astagfirullah, Vi. Kamu basah kuyup gini." Suara lembut sang ibu menggema di ruang tamu.Diana dan Santia segera datang menghampiri Vitaloka. Diana mengambil alih plastik hitam yang berisi label yang dibeli. Lalu Santia memberikan handuk kering kepada Vitaloka. Kemudian, menuntun perempuan itu masuk lebih dalam lagi."Mandi dulu, gih. Biar enggak demam," kata Santia dengan lembut.Vitaloka mengangguk, menaiki tangga agar bisa sampai di kamarnya. Pintu tertutup, dia membuka jaket di tubuhnya. Sorot mata Vitaloka terpaku pada jaket tersebut, wajah sanggar, rahang kokoh, sikap dewasa, serta tegas sangat kentara. Belum lagi wajahnya tampak seperti orang blasteran. Namun, sayang cara berpakaian laki-laki itu sama seperti berandal atau preman lebih tepatnya.Setelah selesai mandi, Vitaloka memutuskan merebahkan diri di atas ranjang. Tangannya sibuk mengecek gawai, membaca chat random dari teman pekerjaannya. Entah apa yang sedang mereka bahas sampai beribu-rib

  • RETAK    2. Si laki-laki berandal

    Vitaloka sampai di rumah setelah salat magrib. Dia mampir ke mushola terdekat terlebih dulu untuk menunaikan ibadah salatnya. Setelah itu melanjutkan perjalanan pulang di rumah. "Sudah pulang, Vi? Gimana pertemuan kamu sama Sebastian?" Seorang wanita paruh baya dengan pakaian gamis serta hijab syar'i menyapa kala Vitaloka sudah sampai di ruang tamu. Mata Vitaloka membulat terkejut melihat kakak dari sang ibu ada di sana. Bahkan kerabat yang lain pun sudah datang. Segera Vitaloka menghampiri, lalu mencium tangan mereka dengan takzim. "Uwa, kok, cepet sampainya. Teh Ika enggak ikut?" Vitaloka bertanya pada Diana---kakak kandung dari sang ibu. "Teteh kamu ke sini pas hari pernikahan kamu sama suaminya," balas Diana mengulas senyum ramah. "Vi, sudah salat magrib?" Suara lembut sang ibu membuat atensi Vitaloka tertuju padanya. "Sudah, Ummi. Tadi mampir dulu di mushola terdekat sebelum pulang." "Syukurlah. Sana mandi, setelah itu mak

  • RETAK    1. Bertemu kembali

    Vitaloka memandang lekat manik mata cokelat bening milik laki-laki berambut hitam dengan gaya Man-Bun. Ditambah lagi jabang halus yang ada di sekitar rahang laki-laki itu. Tampak begitu berkarisma dan tampan di pandang mata.Suara bising suasana kafe tidak memedulikan sepasang kekasih itu melepas rindu. Apalagi saling menatap dengan dalam. Keduanya baru dipertemukan kembali setelah lima bulan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas membentuk senyuman kecil. Vitaloka yang melihat senyuman itupun ikut membalas. Dia selalu saja luluh hanya karena melihat senyuman memabukkan milik Sebastian."Gimana pekerjaan kamu? Sudah selesai, 'kan?" Suara berat Sebastian menyapa indra pendengaran Vitaloka. Lima bulan rasanya seperti lima tahun tak bertemu."Alhamdulillah lancar. Lagian aku juga sudah izin cuti sama pak Bambang untuk persiapkan pernikahan kita," balas Vitaloka.Vitaloka bekerja sebagai seorang staf editor di

DMCA.com Protection Status