Alexa sudah tiba di kantor Wear Me Clothing. Di sana, Alexa disambut oleh Sisi sebagai salah satu kru yang bertugas pada pemotretan hari ini
“Selamat sore, Mbak Alexa! Saya Sisi salah satu kru yang bertugas hari ini.” Sisi menyapa Alexa ramah.
“Halo,salam kenal, Mbak Sisi!” Alexa tersenyum ramah.
Alexa menjabat tangan Sisi, lalu Sisi memberikan pengarahan kepada Alexa. Setelah memastikan Alexa paham, Sisi mempersilahkan Alexa untuk bersiap-siap. Sementara itu, di ruangan lain Danish sedang marah-marah tidak jelas.
“Aduh, bajunya jelek banget!” Danish menatap Sisi dengan tatapan sadisnya segalak setan.
“Eh, Mas Lio! Emang begini kali. Ya udah deh, Mas Lio pilih aja pakaian yang dirasa cocok. Saya gak akan berkomentar lagi.” Sisi hanya menunduk pasrah.
“Hmmm, Ya udah, gue pilih dulu! Awas, loe jangan komentar atau gue gak mau ikut pemotretan!” Danish semakin sadis memberikan ancaman kepada Sisi.
Danish marah-marah karena pakaian yang dipilihkannya untuk pemotretan dirasa kurang cocok. Danish memainkan ponselnya untuk mengecek katalog Wear Me Clothing untuk melihat pakaian lainnya sambil meminum segelas es cappuccino favoritnya. Tidak lama kemudian, Danish kembali berteriak kepada pada Sisi.
“Sisi! Mana model ceweknya?” kata Danish dengan nada tinggi.
“Soal itu Mas Lio. Belum ada,nih!” kata Sisi dengan tampang sedih.
“Ya ampun! Makanya cari model itu yang bener! Jangan sampe cewek yang dipilih itu cewek yang engga fashionable dan fotonya cantik karena pake filter. Masa dia dateng mau photoshoot dengan santainya pake daster sama sandal jepit!” Danish sudah kesal maksimal.
“Aduh, saya kurang tau. Model ceweknya dipilih sama Mas Dudu.” Sisi berusaha membela diri.
Danish mengoceh panjang lebar layaknya Ibu-Ibu yang marah-marah karena tidak terima jika harga sembako mengalami kenaikkan di pasar. Sisi hanya berusaha tersenyum mendengar ocehan Danish, walau sebenarnya sudah sangat kesal dan ingin memukul Danish.
“Oh ya, tadi nama modelnya siapa?” Danish berusaha mengingatnya.
“Tuti, Mas, namanya Tuti! Model cewek yang pake daster sama sandal jepit itu, kan? Orangnya udah saya suruh pulang aja dan gak boleh ikut seleksi lagi. Sudah saya blokir juga nomornya!” Sisi merinding mengingat kejadian tersebut.
“Nah, iya dia Tuti,” kata Danish.
Danish tidak menghiraukan lagi Sisi dan menggelengkan kepalanya kesal. Danish sudah sengaja datang lebih awal ke lokasi ini, namun photoshoot belum dapat dimulai karena belum mendapatkan model perempuannya.
Sisi bingung dengan kelakuan Lio alias Danish Adelio sekarang. Sisi langsung berpikir cara mendapatkan model perempuan pengganti sekarang. Mata Sisi langsung tertuju kepada Alexa yang sedang bercermin.
“Mbak Alexa!” Sisi memanggil Alexa dengan sopan.
“Iya? Ada yang bisa saya bantu, Kak Sisi?” Alexa ikut bertanya sopan.
“Hari ini Mbak Alexa pemotretan sama Mas Lio, ya!” kata Sisi.
Alexa mengangguk walaupun belum mengerti arti ucapan Sisi. Alexa memutuskan untuk tidak banyak bertanya dan hanya mengekor di belakang Sisi yang membawanya ke sebuah ruangan. Alexa tambah bingung ketika melihat seorang pria yang sedang sibuk memainkan ponselnya dan di sebelahnya terdapat es cappuccino dan martabak manis. Alexa langsung menduga pria tersebut adalah sang model, namun hobi mengonsumsi makanan manis.
Alexa menatap seksama pria tersebut. Pria tersebut sepertinya layak mendapatkan nilai sempurna untuk urusan ketampanan dan kegagahan.
“Mas Lio, ini model perempuannya.” Sisi menatap Danish lalu memberikan isyarat kepada Alexa untuk memperkenalkan dirinya kepada Danish.
Danish seketika meletakkan ponselnya dan menatap Alexa. Untungnya, Danish tidak memberikan tatapan sinis seperti pemain antagonis dalam sebuah sinetron.
“Ya sudah, ayo mulai pemotretan sekarang! Gue gak punya banyak waktu!” kata Danish.
“Mas Lio udah pilih bajunya?” Sisi menatap Danish dengan ragu dan takut kalau Danish kembali marah.
“Pake yang tadi aja ,deh!” kata Danish pelan.
Sisi hanya mengangguk kemudian mempersilahkan Danish untuk bersiap-siap. Danish sama sekali tidak protes lagi sekarang. Danish memang aneh. Sisi berpikir mungkin tadi Danish marah-marah karena telah menunggu terlalu lama dan model perempuan yang bernama Tuti tidak sesuai dengan ekspektasinya. Beberapa saat kemudian, sesi pemotretan pun dimulai.
“Satu … dua … tiga …” Fotografer memberikan aba-aba kepada Danish dan Alexa.
Alexa mengambil beberapa pose dan masih canggung pada pemotretan perdananya. Danish beberapa kali menatap Alexa dan memberikan kritik tajam kalau Alexa melakukan kesalahan. Namun, Danish ternyata bisa bersikap sabar kepada Alexa hari ini.
Setelah semuanya selesai, Sisi tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Danish dan Alexa. Sisi mengacungkan kedua jempolnya, kemudian pergi meninggalkan Danish dan Alexa berdua.
Alexa tersenyum karena Sisi memujinya kalau Alexa sebenarnya memiliki bakat yang perlu dikembangkan. Alexa melirik jam tangannya dan memutuskan untuk pulang, namun tiba-tiba Danish memanggilnya.
“Hai!” Danish menyapa Alexa dengan suara maskulinnya.
“Iya! Anda manggil saya?” tanya Alexa polos.
Alexa membalikkan badannya dan jantungya berdebar kencang saat melihat Danish berjalan ke arahnya. Alexa menatap Danish dari ujung rambut ke ujung kaki.
“Iya, gue manggil loe. Manggil siapa lagi coba?” Danish melipat kedua tangannya.
“Iya, ada yang bisa dibantu?” Alexa merasa canggung.
“Nama loe siapa?” tanya Danish pelan.
“Alexandra Adrienne Amora.” Alexa menjawab pertanyaan Danish sambil menunduk.
“Kenalin, gue Lio.. Empat hari yang lalu gue baru merayakan ulang tahun gue. Salam kenal!” Danish menyelesaikan kalimatnya.
Danish tersenyum dan menjabat tangan Alexa. Sekali lagi Alexa bersumpah bahwa Danish adalah pria paling tampan yang pernah ditemuinya di muka bumi ini.
“Loe pasti masih sekolah, ya? Kelihatan masih muda,” kata Danish.
“Hmm, iya. Enaknya aku manggil Kakak atau Mas?” tanya Alexa sopan.
“Panggil Kakak sebagai wujud penghormatan!” kata Danish.
“Oke, Kak Lio! Salam kenal. Maaf kalau aku belum pintar foto-foto.” Alexa menunduk malu.
“Tidak apa-apa. Makasih udah bantuin gue!” kata Danish pelan.
Alexa bermaksud berpamitan pulang pada Danish sekarang. Saat Alexa ingin membalikkan badannya, Danish menepuk pundak Alexa dan menyerahkan ponselnya kepada Alexa.
“Gue minta nomor ponsel loe,” kata Danish.
“Baik, Kak!” kata Alexa canggung.
Alexa memasukkan nomor ponselnya di Iphone milik Danish. Alexa kemudian fokus pada aroma parfum yang dikenakan pria tampan bertubuh tegap yang sedang berdiri di hadapannya. Sepertinya, aroma parfum tersebut mengingatkan Alexa pada seseorang. Setelah menuliskan nomor ponselnya, Alexa menyerahkan kembali ponsel Danish.
“Sekarang, gue missed call, ya! Simpan nomor gue!” kata Danish.
“Oke, Kak!” Alexa tersenyum sambil mengangguk sopan.
Alexa melihat ada panggilan tidak terjawab dari Danish. Alexa kembali mengangguk dan menyimpan nomor tersebut dengan nama Lio. Setelah merasa semuanya selesai untuk hari ini, Alexa memutuskan berpamitan pulang pada Danish. Namun, tiba-tiba otak Alexa kembali teringat pada pria misterius di lift dengan aroma parfum yang sama seperti Lio.
Mungkinkah Lio adalah pria misterius yang ditemuinya di lift? Alexa belum menemukan jawabannya, tetapi jantungnya kini berdebar sangat kencang.
Danish sedang duduk berhadapan dengan Lyra di sebuah restoran. Lyra adalah seorang gadis yang diduga kuat salah satu korban aksi playboy kelas lele Danish Adelio. Lyra menatap Danish dengan kesal dan tiba-tiba menamparnya.“Kamu jahat, Lio!” Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya.“Loe bilang gue jahat? Eh, selama ini kita engga pacaran. Makanya, jangan kebanyakan halu, deh!” Danish terlihat santai.“Udah berapa cewek yang kamu deketin dan engga pernah dijadiin pacar. Dasar playboy kelas lele! Aku benci kamu, Lio!” Lyra benar-benar marah pada Danish.“Eh, gue terlalu tampan buat cewek biasa aja kayak loe! Terserah loe mau pergi atau apa, gue masih punya sejuta cewek lagi yang cinta mati sama gue,” kata Danish dengan santainya. Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya lagi dan hendak kembali menampar pipi Danish. Danish masih nampak santai dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalahnya. Tiba-tiba, terdengar suara seorang gadis lagi bernama Kiara yang diduga kuat adalah
Alexa masih tidak mengerti dengan dirinya sendiri sekarang. Alexa selalu saja senyum-senyum sendiri saat terbayang aroma parfum yang dikenakan oleh Lio. Alexa juga menyadari bahwa Lio memiliki wajah yang sangat tampan dan layak dikategorikan sebagai pangeran. Lamunan Alexa terhenti saat Belle memanggilnya.“Ra, gimana pemotretannya kemarin?” tanya Belle.“Seru! Terus aku juga ketemu sama …” kata Alexa. Alexa belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan memilih untuk diam sejenak. Belle menatap Alexa heran dan menyadari perubahan raut wajah Alexa.“Ketemu sama siapa, Ra?” tanya Belle penasaran.“Ah, engga-engga. Gak ketemu sama siapa-siapa,” kata Alexa. Belle masih menatap Alexa. Belle berpikir pasti Alexa sedang menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin menceritakannya. Alexa nampak salah tingkah. Untungnya, Kayla datang membawa cireng yang dibelinya di kantin.“Nih, cireng. Kalian mau, kan?” Kayla menyimpan cirengnya di atas meja.“Mau, ya! Makasih banyak.” Alexa me
Alexa sudah tiba di kamarnya, lalu melemparkan barang-barangnya secara asal ke seluruh penjuru kamar. Jantung Alexa berdebar sangat kencang dan Alexa tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.“Omaygad, omaygad, omaygad! Aku harus gimana sekarang? Apa aku telepon aja, ya? Danish Adelio si manusia super tampan itu. Astaga!” Kedua pipi Alexa bersemu kemerahan. Alexa hendak langsung menekan nomor ponsel Danish, namun menghentikan aksinya sejenak. Danish memang yang terlebih dahulu meminta nomor ponsel Alexa, namun Danish tidak pernah menghubungi Alexa. Sepertinya, Danish meminta nomor ponsel Alexa hanya sebagai formalitas saja.“Tapi, dia gak pernah nelepon atau chat aku,” kata Alexa kecewa. Alexa menghela napasnya dan bermaksud untuk melupakan Danish. Namun, Danish tetap saja sangat tampan dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ini adalah peluang paling menyenangkan dan sangat sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Hitung-hitung iseng-iseng berhadiah
Alexa sudah tiba di depan Warung Pecel Lele Pak Sabar yang dipilihnya sebagai tempat untuk kencan perdananya dengan Danish. Alexa berkali-kali melirik jam tangannya dan merasa ragu akan kehadiran Danish. Alexa takut kalau Danish menganggapnya aneh dan memilih untuk tidak datang menemui Alexa. Kecemasan Alexa berubah menjadi keceriaan saat terdengar sebuah suara maskulin menyebut nama lengkapnya.“Alexandra Adrienne Amora!” Danish berdiri di belakang Alexa. Alexa membalikkan badannya dan melihat Danish berdiri tepat di belakangnya. Alexa terdiam dan mengamati penampilan Danish yang sangat istimewa, serta wajahnya yang begitu tampan lengkap dengan aroma parfum maskulin yang dikenakannya. Alexa tidak mampu berkata apa-apa kepada Danish. Danish menatapnya heran.“Alexa? Ada yang salah dari gue?” tanya Danish.“Engga! Kak Danish cuma …” kata Alexa. Sial! Rupanya Alexa kehabisan kata-katanya dan tidak kuasa melihat ketampanan paripurna Danish. Alexa ingat kalau semal
Danish terus menarik lengan Alexa hingga tiba di depan mobilnya. Alexa mengerang kesakitan karena perlakuan Danish yang kasar dan tidak berakhlak seperti itu.“Kak Danish, lepasin!” Alexa kesal bukan main.“Salah sendiri loe yang bikin gue kesel duluan,” kata Danish.“Jadi, Kak Danish marah sama aku? Oke, aku bakal minta maaf. Maafin aku, ya, Kak Danish yang paling tampan dan paling keren sedunia,” kata Alexa. Danish hanya mampu menggelengkan kepalanya dan menghela napasnya berkali-kali. Danish menatap Alexa lekat-lekat. Alexa terdiam dan benar-benar takut kalau Danish marah padanya.“Alexa, ikut gue sekarang!” Danish kembali menarik lengan Alexa untuk masuk ke dalam mobilnya.“Hah?” Alexa hanya bisa pasrah.-- Danish menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengemudi dalam diam. Alexa yang duduk di sebelah Danish tidak hentinya menatap Danish. Alexa takut kalau Danish marah padanya, apalagi Danish langsung diam seribu bahasa seperti ini. Alexa berdeham
Alexa berjalan keluar Nice Sushi sambil tidak hentinya tersenyum seperti habis meraih nilai sempurna untuk ujian Matematika. Danish menatap Alexa heran dan bertanya kepada Alexa.“Ra, ngapain loe senyum-senyum sendiri kayak gitu? Aneh banget!” Danish menatap Alexa heran.“Engga! Aku cuma terharu ternyata aku bisa pergi kencan sama Kak Danish dan dibayarin makan,” kata Alexa.“Hah? Loe pikir yang tadi gratis? Nih!” Danish memberikan struk Nice Sushi kepada Alexa. Alexa menerimanya dan balas menatap Danish bingung. Danish melayangkan tatapan sadisnya kepada Alexa hingga membuat Alexa langsung cemberut.“Loe lihat yang tadi loe pesan! Baked dragon roll sushi sama ocha dingin. Loe hitung jumlahnya jadi berapa terus loe transfer ke gue! Enak aja loe bilang ini gratis,” kata Danish.“Hah? Jadi aku harus bayar?” Alexa tidak percaya.“Iya, karena gue bukan pacar loe! Sekarang, loe tolong beliin gue kopi sama croissant di sana! Gue males antre,” kata Danish. Danish menu
Danish menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Alexa. Danish mempersilahkan Alexa untuk turun dari mobilnya, tetapi Alexa malah diam dan tersenyum penuh makna.“Alexa, what are you waiting for? Cepat turun!” kata Danish.“Nothing, aku cuma mau bilang terima kasih buat hari ini. Apa Kak Danish pikir ini kencan pertama kita?” Alexa terlihat percaya diri.“Hah? Kencan?” Danish bingung.“Iya, aku bercanda. Terserah Kak Danish mau anggap apa,” kata Alexa.Alexa tertawa terbahak-bahak melihat Danish kebingungan. Danish tetap saja ganteng dan menggemaskan dalam segala situasi. Alexa hendak membuka pintu mobil Danish, namun pandagannya tertuju pada sebuah benda di hadapannya. Benda tersebut tidak lain adalah parfum milik Danish yang tergeletak tidak jauh dari tas selempang Danish di atas jok mobil. Tanpa permisi, Alexa langsung mengambilnya dan tersenyum puas.“Nah, ketemu! Akhirnya, aku tahu juga parfum Kak Danish,” kata Alexa.“Eh, kembaliin! Itu parfum mahal dari Perancis,” kata Danish.
“Ra, kamu udah ngerjain PR Fisika? Pinjam, dong!” Kayla memohon kepada Alexa.“Nih, dasar kamu! Hobinya nyalin PR aja terus,” kata Alexa. Kayla hanya nyengir kuda. Alexa cemberut dan menyerahkan buku PR Fisika miliknya kepada Kayla. Untungnya, suasana hati Alexa sedang baik hari ini sehingga Alexa tidak perlu mengomeli Kayla yang tidak pernah mengerjakan PR sendiri.“Makasih Alexa cantik,” kata Kayla.“Iya, sama-sama,” kata Alexa. Alexa melirik jam dinding di kelasnya. Alexa memainkan ponselnya dan membuka Whatsapp miliknya. Alexa senyum-senyum sendiri ketika membuka percakapannya dengan Danish kemarin. Alexa ingat saat pertama kali nekat menelepon Danish hingga nekat mengajaknya kencan ke Warung Pecel Lele Pak Sabar.“Kak Danish? Kak Danish kangen gak sama aku?” Alexa menatap layar ponselnya. Alexa berharap kalau Danish tiba-tiba meneleponnya atau sekedar mengirimkan pesan Whatsapp untuk memberi Alexa semangat menghadapi hari Senin. Kencan pertaman
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera