“Astaga, Alexandra Adrienne Amora! Kenapa kamu senyum-senyum terus hari ini?” Kayla menatap Alexa dengan penasaran.
“Lagi nunggu buat dapet endorse dan jadi model terkenal, nih!” kata Alexa bersemangat.
“Omaygad! Akhirnya ikutan juga,tuh? Good luck,ya! Aku yakin kamu pasti kepilih, deh! Kalo menang, jangan lupa traktir kita, oke?” kata Kayla antusias.
“Traktir ramen murah mangkok jumbo plus es teh manis aja,ya! Gak usah yang mahal-mahal. Sebagai generasi muda Indonesia kita itu harus irit dan rajin menabung.” Alexa tertawa meledek.
“Yah, kali-kali juga kan kita pengen makan enak kali.” Kayla memohon kepada Alexa.
Alexa tidak menjawab pertanyaan Kayla, namun hanya memberikan isyarat dengan mengangguk sambil tersenyum. Kayla ikut tersenyum dan mengacungkan kedua jempolnya kepada Alexa. Akhirnya, sahabatnya ini bisa berani untuk mencoba hal baru yang bisa mengembangkan hobinya.
Ponsel Alexa berdering. Rupanya, panggilan dari nomor tidak dikenal. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut.
“Halo, selamat siang! Apakah ini dengan Mbak Alexandra Adrienne Amora?” tanya penelepon di seberang sana.
“Iya betul saya sendiri.” Alexa menjawabnya dengan ramah.
“Baik, Mbak Alexa! Perkenalkan saya Dudu dari Wear Me Clothing. Selamat sebelumnya, Mbak Alexa lolos seleksi dan bisa ikut pemotretan kami minggu depan ya! Untuk alamat dan waktu pemotretan akan saya informasikan melalui pesan W******p,” kata Dudu.
“Hah? Beneran saya lolos? Ini bener Alexandra Adrienne Amora, kan?” tanya Alexa.
“Iya betul, Mbak! Selamat ya sebelumnya!” kata Dudu.“Wah, terima kasih banyak! Baik Mas Dudu, saya akan datang!” kata Alexa penuh semangat.
Setelah panggilan telepon tersebut berakhir, Alexa tersenyum lebar ke arah Belle dan Kayla yang sedang duduk bersamanya di kantin sekolah. Belle dan Kayla seolah langsung memahami isyarat tersebut.
“Selamat! Alexa keren!” kata Belle.
“Ah, baru aja mulai. Ya udah, itu seblak dan bakso aku aja yang bayar!” kata Alexa.
Belle dan Kayla sama-sama mengangguk dengan girangnya dan merasa bersyukur karena bisa ditraktir oleh si pelit Alexa. Pokoknya, Alexa benar-benar sudah tidak sabar untuk mengikuti pemotretan tersebut.
--
“Asik, resolusi taun ini jadi terkenal, jadi pacar pangeran ganteng, jadi paling cantik di sekolah, jadi paling pintar di sekolah, pasti semuanya bakal tercapai! Semangat Alexa!” seru Alexa sambil makan es krim rasa Oreo favoritnya.
Sepulang sekolah, Alexa mampir dulu ke salah satu pusat perbelanjaan di pusat Kota Jakarta untuk sekedar membeli es krim dan window shopping. Cuaca Kota Jakarta sangat panas sehingga butuh kesegaran yang hakiki seperti es krim. Alexa sengaja pergi sendirian supaya Kayla dan Belle tidak minta ditraktir makan es krim. Masih sambil memegang es krim Oreo miliknya, Alexa masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai atas, tempat window shopping langganannya, yaitu butik-butik yang menyediakan aneka pakaian yang super cantik. Di situlah Alexa akan kembali berkhayal segera punya uang banyak agar bisa memborong semuanya.
Sementara itu, di salah satu apartemen di Kota Jakarta juga, Danish sedang panik karena terlambat untuk pergi shooting. Alasannya begitu konyol, yaitu Danish terlalu lama main game hingga lupa waktu. Oleh karena itu, Danish jadi super buru-buru karena tidak mau dimarahi oleh Pak Damar jika terlambat datang ke lokasi shooting.
Kebetulan, shooting hari ini dilaksanakan di salah satu pusat perbelanjaan di pusat Kota Jakarta. Danish yang sudah sangat terburu-buru sampai rela mengendarai motor sport miliknya agar tidak terkena macet di Kota Jakarta. Sesampainya di basement, Danish langsung memarkirkan motornya dan belum sempat membuka helm dan jaketnya.
“Aduh, bisa matoy gue! Bakal terlambat ini. Males banget kalo gue dihukum lagi sama Pak Damar!” Raut wajah Danish menunjukkan kepanikan yang luar biasa.
Danish berlari dan langsung menekan tombol lift berkali-kali dan berharap pintu lift segera terbuka. Namun, lagi-lagi nasib buruk seperti menimpa Danish hari ini karena pintu lift tidak kunjung terbuka lama sekali.
Saat pintu lift terbuka, Danish bisa sedikit bernapas lega karena lift dalam keadaan kosong dan hanya ada seorang gadis yang masih mengenakan seragam SMA, berambut panjang diikat satu dan sedang asik makan es krim rasa Oreo. Tanpa permisi Danish langsung masuk ke dalam lift.
Alexa yang sedang asik makan es krim rupanya menyadari keberadaan seorang pria yang masih mengenakan helm dan jaket seperti habis turun dari motor. Alexa tidak bisa melihat wajah Danish. Namun, Alexa sekilas bisa mencium aroma parfum yang sangat maskulin dan mempesona. Alexa sempat senyum-senyum sendiri sambil curi-curi pandang ke arah Danish. Danish hanya cuek saja tanpa sedikit pun curi-curi pandang kepada Alexa.
Lift pun berjalan dan beberapa menit kemudian, pintu lift sudah terbuka kembali. Danish langsung keluar dari lift dan berlari sekencang mungkin agar bisa segera sampai di lokasi shooting. Alexa masih melamun selama sekian detik, serta langsung senyum-senyum sendiri karena teringat aroma parfum yang dipakai oleh Danish.
“Oh, ya ampun, pasti kayaknya itu cowok ganteng, deh. Sayangnya gak sempet kenalan sama dia. Aroma parfumnya aja, unchhhh … “ kata Alexa sambil kembali menikmati es krim rasa Oreo miliknya yang sudah mulai mencair.
Es krim tersebut mencair layaknya hati Alexa yang langsung mencair setiap kali mengingat aroma parfum pria tersebut. Alexa langsung senyum-senyum sendiri dan tidak mampu melupakan kejadian menyenangkan di lift tersebut.
--
“Lio, dari mana saja kamu? Terlambat aja terus!” Pak Damar langsung menjewer telinga Danish.
“Aduh, Pak! Saya lupa nyimpen kunci mobil saya di mana. Karena gak ketemu-ketemu, akhirnya terpaksa kegantengan saya luntur karena saya harus nyetir motor di tengah panasnya Kota Jakarta ini,” kata Danish dengan polosnya.
“Saya engga percaya! Kamu pasti kebanyakan main game, kan? Cepat kamu siap-siap atau gak saya hukum kamu!” Pak Damar berteriak marah.
Danish hanya mengangguk pasrah dan langsung bersiap-siap untuk shooting hari ini. Pak Damar memang mengakui Danish Adelio sebenarnya memiliki bakat istimewa dalam dunia akting, namun terkadang Danish itu sifatnya sangat tengil, bandel, dan sulit diatur.
Setelah melihat Pak Damar sudah berjalan menjauh darinya, Danish langsung kembali cengar-cengir dan langsung menyemprotkan kembali parfum miliknya. Hanya sedikit saja, semerbak harum parfum maskulin Danish sudah memenuhi seisi ruangan. Beberapa kru wanita di sana langsung senyum-senyum, berbisik-bisik, dan memandangi Danish. Melihat kejadian itu, Danish malah memasang tampang sok kerennya kemudian pura-pura tidak melihat sekelilingnya.
“Emang susah kalau punya wajah super ganteng kayak gue!” Danish tersenyum dengan begitu percaya diri.
Danish yang sedang asik senyum-senyum sendiri langsung kembali memasang tampang seriusnya saat kembali mendengar teriakan Pak Damar. Danish berharap semoga Pak Damar tidak memarahinya lagi.
Alexa sudah tiba di kantor Wear Me Clothing. Di sana, Alexa disambut oleh Sisi sebagai salah satu kru yang bertugas pada pemotretan hari ini“Selamat sore, Mbak Alexa! Saya Sisi salah satu kru yang bertugas hari ini.” Sisi menyapa Alexa ramah.“Halo,salam kenal, Mbak Sisi!” Alexa tersenyum ramah. Alexa menjabat tangan Sisi, lalu Sisi memberikan pengarahan kepada Alexa. Setelah memastikan Alexa paham, Sisi mempersilahkan Alexa untuk bersiap-siap. Sementara itu, di ruangan lain Danish sedang marah-marah tidak jelas.“Aduh, bajunya jelek banget!” Danish menatap Sisi dengan tatapan sadisnya segalak setan.“Eh, Mas Lio! Emang begini kali. Ya udah deh, Mas Lio pilih aja pakaian yang dirasa cocok. Saya gak akan berkomentar lagi.” Sisi hanya menunduk pasrah.“Hmmm, Ya udah, gue pilih dulu! Awas, loe jangan komentar atau gue gak mau ikut pemotretan!” Danish semakin sadis memberikan ancaman kepada Sisi. Danish marah-marah karena pakaian yang dipilihkannya untuk pemotreta
Danish sedang duduk berhadapan dengan Lyra di sebuah restoran. Lyra adalah seorang gadis yang diduga kuat salah satu korban aksi playboy kelas lele Danish Adelio. Lyra menatap Danish dengan kesal dan tiba-tiba menamparnya.“Kamu jahat, Lio!” Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya.“Loe bilang gue jahat? Eh, selama ini kita engga pacaran. Makanya, jangan kebanyakan halu, deh!” Danish terlihat santai.“Udah berapa cewek yang kamu deketin dan engga pernah dijadiin pacar. Dasar playboy kelas lele! Aku benci kamu, Lio!” Lyra benar-benar marah pada Danish.“Eh, gue terlalu tampan buat cewek biasa aja kayak loe! Terserah loe mau pergi atau apa, gue masih punya sejuta cewek lagi yang cinta mati sama gue,” kata Danish dengan santainya. Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya lagi dan hendak kembali menampar pipi Danish. Danish masih nampak santai dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalahnya. Tiba-tiba, terdengar suara seorang gadis lagi bernama Kiara yang diduga kuat adalah
Alexa masih tidak mengerti dengan dirinya sendiri sekarang. Alexa selalu saja senyum-senyum sendiri saat terbayang aroma parfum yang dikenakan oleh Lio. Alexa juga menyadari bahwa Lio memiliki wajah yang sangat tampan dan layak dikategorikan sebagai pangeran. Lamunan Alexa terhenti saat Belle memanggilnya.“Ra, gimana pemotretannya kemarin?” tanya Belle.“Seru! Terus aku juga ketemu sama …” kata Alexa. Alexa belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan memilih untuk diam sejenak. Belle menatap Alexa heran dan menyadari perubahan raut wajah Alexa.“Ketemu sama siapa, Ra?” tanya Belle penasaran.“Ah, engga-engga. Gak ketemu sama siapa-siapa,” kata Alexa. Belle masih menatap Alexa. Belle berpikir pasti Alexa sedang menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin menceritakannya. Alexa nampak salah tingkah. Untungnya, Kayla datang membawa cireng yang dibelinya di kantin.“Nih, cireng. Kalian mau, kan?” Kayla menyimpan cirengnya di atas meja.“Mau, ya! Makasih banyak.” Alexa me
Alexa sudah tiba di kamarnya, lalu melemparkan barang-barangnya secara asal ke seluruh penjuru kamar. Jantung Alexa berdebar sangat kencang dan Alexa tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.“Omaygad, omaygad, omaygad! Aku harus gimana sekarang? Apa aku telepon aja, ya? Danish Adelio si manusia super tampan itu. Astaga!” Kedua pipi Alexa bersemu kemerahan. Alexa hendak langsung menekan nomor ponsel Danish, namun menghentikan aksinya sejenak. Danish memang yang terlebih dahulu meminta nomor ponsel Alexa, namun Danish tidak pernah menghubungi Alexa. Sepertinya, Danish meminta nomor ponsel Alexa hanya sebagai formalitas saja.“Tapi, dia gak pernah nelepon atau chat aku,” kata Alexa kecewa. Alexa menghela napasnya dan bermaksud untuk melupakan Danish. Namun, Danish tetap saja sangat tampan dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ini adalah peluang paling menyenangkan dan sangat sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Hitung-hitung iseng-iseng berhadiah
Alexa sudah tiba di depan Warung Pecel Lele Pak Sabar yang dipilihnya sebagai tempat untuk kencan perdananya dengan Danish. Alexa berkali-kali melirik jam tangannya dan merasa ragu akan kehadiran Danish. Alexa takut kalau Danish menganggapnya aneh dan memilih untuk tidak datang menemui Alexa. Kecemasan Alexa berubah menjadi keceriaan saat terdengar sebuah suara maskulin menyebut nama lengkapnya.“Alexandra Adrienne Amora!” Danish berdiri di belakang Alexa. Alexa membalikkan badannya dan melihat Danish berdiri tepat di belakangnya. Alexa terdiam dan mengamati penampilan Danish yang sangat istimewa, serta wajahnya yang begitu tampan lengkap dengan aroma parfum maskulin yang dikenakannya. Alexa tidak mampu berkata apa-apa kepada Danish. Danish menatapnya heran.“Alexa? Ada yang salah dari gue?” tanya Danish.“Engga! Kak Danish cuma …” kata Alexa. Sial! Rupanya Alexa kehabisan kata-katanya dan tidak kuasa melihat ketampanan paripurna Danish. Alexa ingat kalau semal
Danish terus menarik lengan Alexa hingga tiba di depan mobilnya. Alexa mengerang kesakitan karena perlakuan Danish yang kasar dan tidak berakhlak seperti itu.“Kak Danish, lepasin!” Alexa kesal bukan main.“Salah sendiri loe yang bikin gue kesel duluan,” kata Danish.“Jadi, Kak Danish marah sama aku? Oke, aku bakal minta maaf. Maafin aku, ya, Kak Danish yang paling tampan dan paling keren sedunia,” kata Alexa. Danish hanya mampu menggelengkan kepalanya dan menghela napasnya berkali-kali. Danish menatap Alexa lekat-lekat. Alexa terdiam dan benar-benar takut kalau Danish marah padanya.“Alexa, ikut gue sekarang!” Danish kembali menarik lengan Alexa untuk masuk ke dalam mobilnya.“Hah?” Alexa hanya bisa pasrah.-- Danish menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengemudi dalam diam. Alexa yang duduk di sebelah Danish tidak hentinya menatap Danish. Alexa takut kalau Danish marah padanya, apalagi Danish langsung diam seribu bahasa seperti ini. Alexa berdeham
Alexa berjalan keluar Nice Sushi sambil tidak hentinya tersenyum seperti habis meraih nilai sempurna untuk ujian Matematika. Danish menatap Alexa heran dan bertanya kepada Alexa.“Ra, ngapain loe senyum-senyum sendiri kayak gitu? Aneh banget!” Danish menatap Alexa heran.“Engga! Aku cuma terharu ternyata aku bisa pergi kencan sama Kak Danish dan dibayarin makan,” kata Alexa.“Hah? Loe pikir yang tadi gratis? Nih!” Danish memberikan struk Nice Sushi kepada Alexa. Alexa menerimanya dan balas menatap Danish bingung. Danish melayangkan tatapan sadisnya kepada Alexa hingga membuat Alexa langsung cemberut.“Loe lihat yang tadi loe pesan! Baked dragon roll sushi sama ocha dingin. Loe hitung jumlahnya jadi berapa terus loe transfer ke gue! Enak aja loe bilang ini gratis,” kata Danish.“Hah? Jadi aku harus bayar?” Alexa tidak percaya.“Iya, karena gue bukan pacar loe! Sekarang, loe tolong beliin gue kopi sama croissant di sana! Gue males antre,” kata Danish. Danish menu
Danish menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Alexa. Danish mempersilahkan Alexa untuk turun dari mobilnya, tetapi Alexa malah diam dan tersenyum penuh makna.“Alexa, what are you waiting for? Cepat turun!” kata Danish.“Nothing, aku cuma mau bilang terima kasih buat hari ini. Apa Kak Danish pikir ini kencan pertama kita?” Alexa terlihat percaya diri.“Hah? Kencan?” Danish bingung.“Iya, aku bercanda. Terserah Kak Danish mau anggap apa,” kata Alexa.Alexa tertawa terbahak-bahak melihat Danish kebingungan. Danish tetap saja ganteng dan menggemaskan dalam segala situasi. Alexa hendak membuka pintu mobil Danish, namun pandagannya tertuju pada sebuah benda di hadapannya. Benda tersebut tidak lain adalah parfum milik Danish yang tergeletak tidak jauh dari tas selempang Danish di atas jok mobil. Tanpa permisi, Alexa langsung mengambilnya dan tersenyum puas.“Nah, ketemu! Akhirnya, aku tahu juga parfum Kak Danish,” kata Alexa.“Eh, kembaliin! Itu parfum mahal dari Perancis,” kata Danish.
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera