Danish sedang duduk berhadapan dengan Lyra di sebuah restoran. Lyra adalah seorang gadis yang diduga kuat salah satu korban aksi playboy kelas lele Danish Adelio. Lyra menatap Danish dengan kesal dan tiba-tiba menamparnya.
“Kamu jahat, Lio!” Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya.
“Loe bilang gue jahat? Eh, selama ini kita engga pacaran. Makanya, jangan kebanyakan halu, deh!” Danish terlihat santai.
“Udah berapa cewek yang kamu deketin dan engga pernah dijadiin pacar. Dasar playboy kelas lele! Aku benci kamu, Lio!” Lyra benar-benar marah pada Danish.
“Eh, gue terlalu tampan buat cewek biasa aja kayak loe! Terserah loe mau pergi atau apa, gue masih punya sejuta cewek lagi yang cinta mati sama gue,” kata Danish dengan santainya.
Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya lagi dan hendak kembali menampar pipi Danish. Danish masih nampak santai dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalahnya. Tiba-tiba, terdengar suara seorang gadis lagi bernama Kiara yang diduga kuat adalah korban lainnya dari aksi playboy kelas lele Danish.
“Oh, jadi kamu di sini? Pantesan telepon aku gak diangkat! Kamu asik ngobrol sama cewek lain rupanya!” Kiara berdiri tepat di belakang Danish.
Danish menatap Kiara dengan kaget. Danish berusaha menyembunyikan kepanikannya dan masih memasang tampang cuek seolah tidak bersalah.
“Kiara, kamu gak lihat aku lagi sibuk? Lagi pula, handphone aku habis baterai.” Danish menunjukkan ponselnya kepada Kiara.
Sialnya, jelas-jelas Kiara melihat ponsel Danish masih memiliki baterai 80% alias masih cukup penuh. Kiara langsung kembali berteriak pada Danish.
“Bohong! Jelas-jelas itu baterainya masih 80%. Kamu mau bilang baterai handphone kamu habis?” Kiara semakin kesal karena kebohongan Danish.
“Aduh, Kiara sayang, kamu ngapain nyariin aku? Lagian, kamu gak punya hak untuk nyariin aku. Kita gak pernah pacaran! Ngerti kamu?” Danish melirik Kiara.
“Alasan! Jadi, dugaan aku gak pernah salah. Dasar kamu playboy kelas lele!” Kiara menampar pipi Danish tanpa aba-aba.
Danish terdiam sejenak dan menatap Lyra dan Kiara secara bergantian. Begitu pula Kiara dan Lyra yang saling bertatapan bingung sekaligus kesal karena tahu bahwa keduanya adalah korban playboy kelas lele Danish.
“Oh, jadi betul, kan? Kiara siapa lagi? Dasar kamu playboy kelas lele!” seru Lyra.
“Aku bisa jelasin. Aku bisa jelasin semuanya,” kata Danish.
Bukannya memberi penjelasan, Danish langsung berdiri dari kursinya dan berlari secepat kilat untuk kabur menghindari serangan Lyra dan Kiara. Untungnya suasana restoran tersebut sedang sangat sepi, sehingga tidak ada pengujung lain yang menonton kejadian ini. Lyra dan Kiara tidak tinggal diam, tetapi ikut mengejar Danish dan membuat Danish semakin panik.
“Aduh, matoy gue! Perasaan hari ini seharusnya hari keberuntungan untuk para orang ganteng,” kata Danish.
Danish berusaha mengatur napasnya dan berlari sekencang mungkin hingga sampai di depan toilet pria. Danish segera masuk ke dalam toilet pria dan mengunci pintu salah satu bilik toilet rapat-rapat. Danish berpikir inilah tempat paling aman karena Lyra dan Kiara pasti tidak akan masuk ke dalam. Danish berusaha mengatur napasnya dan masih terdengar suara teriakan Kiara dan Lyra dari luar sana.
“Lio, open the door!” Lyra mengetuk pintu dengan kasar.
“Lio, playboy kelas lele! Jangan anggap kita kalah!” Kiara berteriak marah.
Danish memilih untuk diam dan menunggu hingga Lyra dan Kiara lelah. Namun, ternyata Kiara dan Lyra tidak menyerah sampai di situ saja. Danish benar-benar putus asa sekarang. Tiba-tiba, ponselnya berdering karena Garry meneleponnya. Danish tersenyum karena berpikir Garry akan menolongnya.
“Halo, Garry! Ah, loe dateng tepat waktu. Loe pasti mau nolongin gue saat gue lagi bener-bener putus asa dan gue baru sadar kalau kunci mobil gue ketinggalan di meja,” kata Danish.
“Lio! Udah berapa ribu cewek yang hatinya loe patahin termasuk Lyra? Gila! Lyra itu sepupu gue tau!” seru Garry.
“Hah, apa loe bilang? Eh, tapi-tapi … gue sama Lyra emang gak pernah pacaran tau.” Danish masih membela dirinya.
“Alasan aja! Dasar playboy kelas lele! Sekarang urus diri loe sendiri. Mau kunci mobil loe ketinggalan atau apa juga, gue gak peduli!” Garry menutup sambungan telepon.
“Garry … Garry …” kata Danish panik.
Garry benar-benar mematikan sambungan teleponnya. Danish panik dan putus asa dan melirik jam tangannya. Danish seharusnya sudah berada di lokasi shooting, namun kini masih harus terjebak di sini karena kesialannya. Danish langsung bisa menebak bahwa setelah ini pasti akan kena ceramah Pak Damar karena terlambat shooting. Lagi-lagi, terdengar suara teriakan Lyra.
“Lio, kalau kamu mau kunci mobil kamu balik, sini hadepin kita dulu!” teriak Lyra.
Danish benar-benar panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Danish akhirnya menekan nomor ponsel Pak Damar dan berharap Pak Damar adalah satu-satunya orang yang bisa membantunya sekarang.
--
Danish duduk berhadapan dengan Pak Damar. Danish memberikan isyarat permohonan maaf dan ucapan terima kasih kepada Pak Damar yang telah menyelamatkannya hari ini. Tidak lupa, Danish ingin mengambil kunci mobilnya yang kini berada di tangan Pak Damar.
“Ah, kamu pasti mau ambil ini, kan?” Pak Damar memperlihatkan kunci mobil Danish.
“Iya, Pak. Boleh?” Danish sedikit membungkukkan badannya.
Baru saja Danish hendak mengambil kunci mobilnya, Pak Damar langsung menarik kembali kunci mobil Danish. Danish langsung cemberut bagaikan seekor anak kucing yang gagal mendapatkan makanan kesukaannya. Pak Damar melayangkan tatapan sadis kepada Danish.
“Lio, udah berapa kali saya bilang? Kamu jangan buat ulah! Bikin malu aja kerjaannya!” Tatapan Pak Damar begitu mengerikan.
“I-iya, Pak,” kata Danish pelan.
“Apa? Kamu cuma bisa bilang iya? Kamu ngerti engga sama semua yang saya omongin? Nih, kamu itu sekarang seorang model dan aktor naik daun. Sudah sepantasnya kamu jadi teladan yang baik. Kalau tadi restoran itu rame dan banyak yang lihat gimana? Sudah pasti reputasi kamu rusak, Lio!” Pak Damar menceramahi Danish.
“I-iya, Pak. Saya bukan …” kata Danish.
Danish berusaha meneruskan kalimatnya, namun sepertinya Danish tidak mampu berbicara lagi. Hari ini adalah hari paling menyebalkan bagi Danish.
“Kamu bukan apa? Kamu memang tetep playboy kelas lele!” Pak Damar asal berbicara.
Danish hanya nyengir kuda. Pak Damar geleng-geleng kepala dan pergi meninggalkan Danish. Sementara itu, banyak kru wanita di lokasi shooting yang sedang asik berbisik-bisik karena menonton insiden kemarahan Pak Damar kepada Danish si tampan. Bisa-bisanya, seorang aktor dan model tampan bernama Danish Adelio dimarahi seperti itu oleh produser legendaris seperti Pak Damar.
Alexa masih tidak mengerti dengan dirinya sendiri sekarang. Alexa selalu saja senyum-senyum sendiri saat terbayang aroma parfum yang dikenakan oleh Lio. Alexa juga menyadari bahwa Lio memiliki wajah yang sangat tampan dan layak dikategorikan sebagai pangeran. Lamunan Alexa terhenti saat Belle memanggilnya.“Ra, gimana pemotretannya kemarin?” tanya Belle.“Seru! Terus aku juga ketemu sama …” kata Alexa. Alexa belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan memilih untuk diam sejenak. Belle menatap Alexa heran dan menyadari perubahan raut wajah Alexa.“Ketemu sama siapa, Ra?” tanya Belle penasaran.“Ah, engga-engga. Gak ketemu sama siapa-siapa,” kata Alexa. Belle masih menatap Alexa. Belle berpikir pasti Alexa sedang menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin menceritakannya. Alexa nampak salah tingkah. Untungnya, Kayla datang membawa cireng yang dibelinya di kantin.“Nih, cireng. Kalian mau, kan?” Kayla menyimpan cirengnya di atas meja.“Mau, ya! Makasih banyak.” Alexa me
Alexa sudah tiba di kamarnya, lalu melemparkan barang-barangnya secara asal ke seluruh penjuru kamar. Jantung Alexa berdebar sangat kencang dan Alexa tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.“Omaygad, omaygad, omaygad! Aku harus gimana sekarang? Apa aku telepon aja, ya? Danish Adelio si manusia super tampan itu. Astaga!” Kedua pipi Alexa bersemu kemerahan. Alexa hendak langsung menekan nomor ponsel Danish, namun menghentikan aksinya sejenak. Danish memang yang terlebih dahulu meminta nomor ponsel Alexa, namun Danish tidak pernah menghubungi Alexa. Sepertinya, Danish meminta nomor ponsel Alexa hanya sebagai formalitas saja.“Tapi, dia gak pernah nelepon atau chat aku,” kata Alexa kecewa. Alexa menghela napasnya dan bermaksud untuk melupakan Danish. Namun, Danish tetap saja sangat tampan dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ini adalah peluang paling menyenangkan dan sangat sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Hitung-hitung iseng-iseng berhadiah
Alexa sudah tiba di depan Warung Pecel Lele Pak Sabar yang dipilihnya sebagai tempat untuk kencan perdananya dengan Danish. Alexa berkali-kali melirik jam tangannya dan merasa ragu akan kehadiran Danish. Alexa takut kalau Danish menganggapnya aneh dan memilih untuk tidak datang menemui Alexa. Kecemasan Alexa berubah menjadi keceriaan saat terdengar sebuah suara maskulin menyebut nama lengkapnya.“Alexandra Adrienne Amora!” Danish berdiri di belakang Alexa. Alexa membalikkan badannya dan melihat Danish berdiri tepat di belakangnya. Alexa terdiam dan mengamati penampilan Danish yang sangat istimewa, serta wajahnya yang begitu tampan lengkap dengan aroma parfum maskulin yang dikenakannya. Alexa tidak mampu berkata apa-apa kepada Danish. Danish menatapnya heran.“Alexa? Ada yang salah dari gue?” tanya Danish.“Engga! Kak Danish cuma …” kata Alexa. Sial! Rupanya Alexa kehabisan kata-katanya dan tidak kuasa melihat ketampanan paripurna Danish. Alexa ingat kalau semal
Danish terus menarik lengan Alexa hingga tiba di depan mobilnya. Alexa mengerang kesakitan karena perlakuan Danish yang kasar dan tidak berakhlak seperti itu.“Kak Danish, lepasin!” Alexa kesal bukan main.“Salah sendiri loe yang bikin gue kesel duluan,” kata Danish.“Jadi, Kak Danish marah sama aku? Oke, aku bakal minta maaf. Maafin aku, ya, Kak Danish yang paling tampan dan paling keren sedunia,” kata Alexa. Danish hanya mampu menggelengkan kepalanya dan menghela napasnya berkali-kali. Danish menatap Alexa lekat-lekat. Alexa terdiam dan benar-benar takut kalau Danish marah padanya.“Alexa, ikut gue sekarang!” Danish kembali menarik lengan Alexa untuk masuk ke dalam mobilnya.“Hah?” Alexa hanya bisa pasrah.-- Danish menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengemudi dalam diam. Alexa yang duduk di sebelah Danish tidak hentinya menatap Danish. Alexa takut kalau Danish marah padanya, apalagi Danish langsung diam seribu bahasa seperti ini. Alexa berdeham
Alexa berjalan keluar Nice Sushi sambil tidak hentinya tersenyum seperti habis meraih nilai sempurna untuk ujian Matematika. Danish menatap Alexa heran dan bertanya kepada Alexa.“Ra, ngapain loe senyum-senyum sendiri kayak gitu? Aneh banget!” Danish menatap Alexa heran.“Engga! Aku cuma terharu ternyata aku bisa pergi kencan sama Kak Danish dan dibayarin makan,” kata Alexa.“Hah? Loe pikir yang tadi gratis? Nih!” Danish memberikan struk Nice Sushi kepada Alexa. Alexa menerimanya dan balas menatap Danish bingung. Danish melayangkan tatapan sadisnya kepada Alexa hingga membuat Alexa langsung cemberut.“Loe lihat yang tadi loe pesan! Baked dragon roll sushi sama ocha dingin. Loe hitung jumlahnya jadi berapa terus loe transfer ke gue! Enak aja loe bilang ini gratis,” kata Danish.“Hah? Jadi aku harus bayar?” Alexa tidak percaya.“Iya, karena gue bukan pacar loe! Sekarang, loe tolong beliin gue kopi sama croissant di sana! Gue males antre,” kata Danish. Danish menu
Danish menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Alexa. Danish mempersilahkan Alexa untuk turun dari mobilnya, tetapi Alexa malah diam dan tersenyum penuh makna.“Alexa, what are you waiting for? Cepat turun!” kata Danish.“Nothing, aku cuma mau bilang terima kasih buat hari ini. Apa Kak Danish pikir ini kencan pertama kita?” Alexa terlihat percaya diri.“Hah? Kencan?” Danish bingung.“Iya, aku bercanda. Terserah Kak Danish mau anggap apa,” kata Alexa.Alexa tertawa terbahak-bahak melihat Danish kebingungan. Danish tetap saja ganteng dan menggemaskan dalam segala situasi. Alexa hendak membuka pintu mobil Danish, namun pandagannya tertuju pada sebuah benda di hadapannya. Benda tersebut tidak lain adalah parfum milik Danish yang tergeletak tidak jauh dari tas selempang Danish di atas jok mobil. Tanpa permisi, Alexa langsung mengambilnya dan tersenyum puas.“Nah, ketemu! Akhirnya, aku tahu juga parfum Kak Danish,” kata Alexa.“Eh, kembaliin! Itu parfum mahal dari Perancis,” kata Danish.
“Ra, kamu udah ngerjain PR Fisika? Pinjam, dong!” Kayla memohon kepada Alexa.“Nih, dasar kamu! Hobinya nyalin PR aja terus,” kata Alexa. Kayla hanya nyengir kuda. Alexa cemberut dan menyerahkan buku PR Fisika miliknya kepada Kayla. Untungnya, suasana hati Alexa sedang baik hari ini sehingga Alexa tidak perlu mengomeli Kayla yang tidak pernah mengerjakan PR sendiri.“Makasih Alexa cantik,” kata Kayla.“Iya, sama-sama,” kata Alexa. Alexa melirik jam dinding di kelasnya. Alexa memainkan ponselnya dan membuka Whatsapp miliknya. Alexa senyum-senyum sendiri ketika membuka percakapannya dengan Danish kemarin. Alexa ingat saat pertama kali nekat menelepon Danish hingga nekat mengajaknya kencan ke Warung Pecel Lele Pak Sabar.“Kak Danish? Kak Danish kangen gak sama aku?” Alexa menatap layar ponselnya. Alexa berharap kalau Danish tiba-tiba meneleponnya atau sekedar mengirimkan pesan Whatsapp untuk memberi Alexa semangat menghadapi hari Senin. Kencan pertaman
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu oleh Alexa telah tiba. Hari ini terkesan begitu istimewa karena Danish menjemputnya. Senyum Alexa merekah saat melihat mobil Danish terparkir di depan rumahnya. Alexa berlari kecil dan langsung masuk ke dalam mobil Danish sebelum Danish marah-marah lagi.“Lama banget, sih! Oh, ya, mana parfum gue? Itu parfum paling mahal yang pernah gue beli,” kata Danish dengan nada tinggi.“Parfum? Kak Danish Adelio yang paling ganteng, aku merasa kalau parfum itu adalah parfum yang paling aku suka. Jadi, parfum itu akan jadi milik aku selamanya. Kak Danish jangan berharap kalau aku bakal mengembalikannya,” kata Alexa.“Alexa, jangan bercanda! Itu parfum mahal,” kata Danish. Alexa hanya menjulurkan lidahnya dan pura-pura tidak mendengar ucapan Danish. Alexa bertekad akan membuat Danish benar-benar kesal hari ini. Alexa juga memang sudah berniat tidak akan pernah mengembalikan parfum Danish. Parfum itu akan Alexa semprotkan saat Alexa benar-benar merind
Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber
Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish
Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad
Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk
Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k
Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n
Jantung Alexa berdebar semakin kencang. Alexa yakin ini bukanlah mimpi. Danish benar-benar berdiri di hadapannya. Alexa masih belum dapat berbicara kepada Danish. Lidahnya menjadi kaku dan dipenuhi oleh segenap rasa canggungnya terhadap Danish. Alexa hanya mampu menatap Danish dalam diam, hingga Danish memulai pembicaraan dengan suara pelan yang dingin seperti salju.“Kursi di depan loe kosong, kan?” tanya Danish. Alexa mengangguk. Alexa tidak tahu bisa memberikan anggukan secepat itu. Danish juga ikut mengangguk pelan dan langsung menarik kursi kosong di hadapan Alexa. Namun, Alexa kembali berbicara kepada Danish dengan tegas.“Kursi itu memang kosong, tapi Kak Danish lebih baik duduk di tempat lain,” kata Alexa.“Semua kursi di restoran ini penuh,” balas Danish pelan. Alexa mengh
Hari demi hari terus berlalu. Alexa masih mencoba untuk melupakan Danish, walau rasanya masih sangat sulit. Bulan Januari telah berganti menjadi bulan Februari. Bulan Februari yang kembali identik dengan bulan penuh cinta. Cinta mungkin dirasakan oleh sebagian orang yang memilikinya, berbeda dengan Alexa. Hingga saat ini, Alexa masih mengurusi urusan hatinya yang masih terasa runyam. Hari ini bertepatan dengan hari Valentine, yaitu tanggal 14 Februari. Alexa sedang banyak melamun hari ini, karena kembali teringat akan Danish. Alexa ingat bahwa tahun lalu Danish mengajaknya makan malam dan Danish memulai semua permainan bodohnya dengan Alexa. Tiba-tiba, ponsel Alexa berdering. Nama Frey muncul di layar ponsel Alexa. Alexa mengangkat panggilan telepon tersebut dengan ogah-ogahan.“Iya, Kak Frey! Ada yang bisa aku bant
Alexa baru saja selesai membereskan hadiah-hadiah ulang tahun yang diterimanya hari ini. Alexa sudah selesai menatanya dengan rapi di salah satu sudut kamarnya. Semuanya ini terasa melelahkan. Alexa berusaha untuk merenggangkan otot-otot lehernya yang mulai terasa kaku, lalu memutuskan untuk berjalan menuju meja belajarnya. Alexa mengambil selembar kertas dan pulpen. Alexa ingin sekali menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut, tetapi rasanya sungguh sulit.“Resolusi tahun ini,” gumam Alexa pelan. Alexa mulai berusaha untuk merangkai kata-kata dalam otaknya, namun tidak kunjung dapat melakukannya. Alexa merasa heran dengan dirinya sendiri. Pada tahun lalu, Alexa memang sangat lancar dalam menuliskan banyak resolusi dan terlihat sangat semangat dan bera