Share

DIA BERPURA-PURA

Penulis: Jenar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-27 14:13:20

"Abisnya kamu ngomong seperti itu. Kesannya kamu kayak enggak percaya sama suamimu sendiri! Lagian malam ini tumben kamu belum tidur, terus banyak tanya-tanya kayak wartawan. Aku seharian kerja, capek. Di rumah masih kamu todong dengan pertanyaan-pertanyaan enggak bermutu seperti ini. Huh, buang-buang waktu tau, enggak!" papar Mas Bima kesal.

"Kamu kenapa jadi baper gitu, sih, Mas? Biasanya juga aku tanya-tanya, kamu biasa, aja. Lagian apa salahnya kalau aku nunggu kamu sampe pulang lembur? Waktu lemburmu juga makin enggak wajar. Kamu, kan di kantor ada asisten juga, apa gunanya bayar sekretaris kalau semuanya masih kamu kerjakan sendiri?"

"Dek, walaupun ada sekretaris beberapa pekerjaan harus aku yang kerjakan sendiri, enggak bisa diwakili orang lain. Jadi aku dan Fina masing-masing udah ada tugas, kami sama-sama sibuk ngurus kerjaan masing-masing. Aku bayar Fina untuk membantu meringankan tugas. Kamu sendiri, kan pernah kerja di kantor. Taulah, bagaimana kondisi kami!"

Aku melipat tangan di depan dada. Seandainya tadi pagi tidak menemukan video itu mungkin aku akan langsung percaya pada ucapan Mas Bima, seperti biasanya. Namun, kali ini sedikit pun aku tidak ingin percaya.

"Tolonglah mengerti--"

"Aku kurang megerti bagaimana, Mas?"

"Jangan menuduh yang bukan-bukan padaku."

"Kamu sendiri yang membuat aku seperti ini, Mas! Waktu lemburmu yang makin enggak wajar, video por*o dari sekretarismu, dan panggilan mesra itu! Siapa yang tidak curiga. Kalau kamu di posisiku pasti kamu juga akan menuduh seperti yang aku lakukan!"

"Meswa! Aku lembur seperti ini untuk siapa? Untuk kamu, untuk kita! Apa kamu enggak senang kalau aku naik jabatan? Dan video itu, kan sudah jelas Fina salah kirim, jadi jangan di bahas lagi!"

"Kalau kamu naik jabatan, tentu aku senang, Mas! Tapi demi jabatan bukan berarti kamu lantas mengabaikan aku!"

"Abai gimana, sih maksud kamu? Aku masih seperti dulu, hanya sedikit sibuk."

Mas Bima kembali memelankan bicaranya. Begitulah, setiap kali kami berdebat Mas Bima tidak segan mengalah untuk meredam amarahku. Sikapnya yang demikian selalu berhasil membuatku luluh. Dia pandai mencari cela dan mencari jalan penyelesaian masalah dengan kepala dingin. Dia menjadi air saat aku berapi-api.

"Oke. Kalau kamu memang merasa diabaikan Mas minta maaf! Enggak ada sedikit pun niat Mas untuk tidak memperhatikan kamu, hanya situasi dan kondisi yang enggak memungkinkan. Mas ingin membahagiakan kamu dan anak-anak, itu sebabnya Mas sangat berusaha memperjuangkan kenaikan jabatan ini, Dek. Maafkan Mas, ya Dek," paparnya pelan dan lembut. Kalau dia sudah mengalah seperti ini, aku tidak kuasa melawan lagi. Namun, haruskah aku percaya dengan Mas Bima?

"Kamu mau, kan memaafkan Mas, Dek?"

Berat sekali untuk memberi satu kata maaf padanya. Rasanya aku masih belum percaya kalau Mas Bima tidak ada hubungan apa-apa dengan Fina.

"Kamu tahu, kan Mas aku paling enggak suka dibohongi dan kamu juga tahu yang namanya bangkai serapat apapun di simpan pasti akan tercium baunya!"

"Siapa yang bohong? Mas sudah bilang apa adanya. Kamu kenapa jadi keras kepala gini, Dek? Mas juga udah minta maaf, lho."

Karena aku tahu kamu belum jujur, Mas, batinku. Mungkin mulut Mas Bima bisa mengatakan sudah jujur tetapi matanya tidak bisa dibohongi. Dari manik hitamnya aku melihat masih ada sesuatu yang disembunyikan oleh Mas Bima. Ya, kebohongan itu yang akan aku ungkap.

"Udahlah, Dek! Aku ini capek, suami pulang bukannya disiapkan air hangat atau teh manis, malah banyak pertanyaan dan ngajak ribut!" lanjutnya seraya melangkah ke kamar, meninggalkan aku begitu saja.

"Mas tunggu!" Panggilanku dihiraukan seolah dia tidak mendengar suaraku.

Aku mengikuti Mas Bima ke kamar. Walaupun sebenarnya aku sudah ingin meledak dan membongkar kedustaanya, tetapi sebisa mungkin malam ini kutahan dulu. Aku harus menyelidiki dan memastikan ada hubungan apa Mas Bima dan Fina. Aku tidak mau asal menuduh yang akhirnya malah akan membuat malu diri sendiri. Walaupun firasat ini sudah menjurus ke arah sana, tetapi aku butuh bukti. Lihat saja, dengan video dan panggilan mesra tadi masih bisa disangkal degan mudah oleh Mas Bima. Itu artinya aku butuh bukti yang lebih kuat.

Aku sudah menyusun rencana untuk memulai penyelidikan. Kalau benar kedua orang yang selama ini sama-sama kuberi kepercayaan itu bermain api di belakangku, aku sudah siapkan cara cantik untuk membongkar kebusukan mereka. Mereka akan segera tahu sedang berhadapan dengan siapa. Jangan sebut aku Welas Prameswari Putri Santoso kalau tidak bisa membuat mereka bertekuk lutut memohon ampun.

Kamu bisa berpura-pura, Mas. Baiklah aku juga akan bersandiwara. Kita sama-sama memainkan peran, biar sementara ini peranmu pandai dan cerdik, sedangkan peranku menjadi istri bodoh yang penurut dan bisa bebas kamu bohongi. Nanti pada saatnya aku akan memutar balik peran kita. Istri bodoh yang membongkar perselingkuhan suaminya.

"Mas, aku minta maaf."

Aku hampiri Mas Bima yang duduk di tepi ranjang. Kemeja kerjanya sudah dibuka menyisakan kaus singlet berwarna putih, handuk tersampir pada pundaknya yang kokoh. Aku duduk di dekatnya, meminta maaf. Bukankah ini adegan yang sangat bodoh, tadi saja aku menolak memberi maaf, tetapi sekarang justru aku yang meminta sebuah maaf. Cih, kalau bukan karena rencana yang sudah kususun, mana sudi aku melakukan ini.

"Tadi maksudku bukan ingin menuduhmu. Aku cuma khawatir kalau kamu pulang terlalu larut. Aku juga tidak tenang setelah berkali-kali menghubungi ponselmu, tapi enggak terhubung. Apalagi kamu enggak mau pakai sopir, aku takut kalau di jalan ada apa-apa sama kamu. Maafkan aku, ya, Mas."

Aku melembutkan nada bicara, seolah tidak sedang menaruh curiga padanya. Ah, betapa jahatnya panggung sandiwara. Sudah sakit hati dan marah dipaksa harus bersikap manis dan baik-baik saja.

Bersambung.

Bab terkait

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   PESAN DARI IBU

    Terdengar suara hembusan nafas panjang dari lelaki di sebelahku. Kurasa itu bentuk kelegaanya, sebab aku sudah tidak marah-marah lagi. Lega kamu sekarang, Mas. Nanti kalau aku sudah pegang bukti itu akan kubuat kamu sesak nafas, kalau perlu sampai kamu berhenti bernafas!"Hmmm ... tidak apa-apa, Dek. Mas tau kamu khawatir, Mas juga sudah berusaha supaya pulang tepat waktu tapi mau bagaimana pekerjaan memang sedang banyak."Ya, pekerjaan di kantor memang sedang banyak dan sekarang Mas Bima punya kegiatan tambahan, menghangatkan sekretarisnya tentu saja waktu lembur suamiku jadi lebih panjang. Awas kamu Mas, kalau kamu benar berselingkuh dengan Fina siap-siap menerima akibatnya! "Ya sudah, Mas segeralah bersih-bersih supaya bisa cepat istirahat. Aku ke dapur dulu membuatkan teh hangat. Besok minta orang untuk memperbaiki AC di ruanganmu." Kupaksakan mengukir senyum. Kubalas sandiwaranya dengan kepura-puraan juga, imbang bukan? Mas Bima mengangguk lalu masuk ke kamar mandi. Tak lama t

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-27
  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   IBU SEKAR

    Mobil yang kutumpangi melesat membelah jalan raya yang tidak terlalu padat siang ini. Setelah menjemput anak-anak di sekolah, kami di antar sopir menuju rumah Ibu. Mas Bima tidak bisa mengantar kami, katanya ada meeting dengan klien dari luar kota. Anak-anak begitu antusias saat kuberitahu akan mengunjungi neneknya. Mereka sibuk minta singgah di supermarket ingin membawakan oleh-oleh ini dan itu untuk Ibu. Sudah menjadi kebiasaan memang, setiap kali kami berkunjung ke rumah ibunya Mas Bima atau orang tuaku kami tidak datang dengan tangan kosong. Entah itu buah, kue, atau barang lain ada saja yang kami bawa sebagai buah tangan. Rumah orang tua kami masih di satu kota yang sama, kami membagi waktu untuk mengunjungi mereka. Biasanya kami gilir dua minggu sekali. Sejauh ini hubungan kedua belah kelurga terjalin dengan baik, malah bisa dikatakan sangat baik. Sebab, dulunya ayah mertua adalah sahabat papaku, jadi mereka sudah banyak tahu satu sama lain. Ibu Sekar, mertuaku adalah pensiun

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   IBU SEKAR 2

    Sekian lama menjadi menantu aku sudah terbiasa dengan suasana rumah Ibu, hampir seluruh seluk beluknya setiap ruangan di sini aku tahu. Jadi, rumah ini sudah seperti rumahku sendiri. Ibu membebaskan kami, apapun yang kami ingin lakukan, apa yang ingin kami masak atau makan selagi ada persediaan bahan untuk di olah Ibu tidak mempermasalahkannya. “Udah makan belum, Dek? Kakak masak ikan bakar sama cumi balado. Cicipi, gih!” kata Kak Sinta saat melihat aku mengikutinya ke dapur. Di meja makan sudah terhidang ikan bakar, cumi balado dan udang goreng tepung. Ada sayur sop dan tumis kangkung tanpa cabai kesukaan anak-anakku juga.“Tuben Kakak masak banyak?” tanyaku seraya duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan.“Sebagian ibu yang masak karena kamu mau datang. Kakak sendiri boro-boro mau masak segitu banyak. Hari-hari, aja beli,” seloroh kakak iparku itu. “Dedek ini manja banget. Enggak boleh mamanya bergerak dikit. Maunya disuruh nimang-nimang dia, aja sepajang hari,” lanj

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   IBU SEKAR 3

    "Memangnya Kakak berani bertindak kalau Bang Yudi yang berulah?" kataku sengaja memancing dengan mengumpamakan bila suami iparku yang berbuat neko-neko. "Harus takut apa? Kalau suami kakak yang macem-macem, Kakak siap mencincang terongnya kalau perlu sampai ke akar-akarnya!" jawab Kak Sinta sembari memperagakan gerakan di udara mencincang dengan tangan kosong. "His, seyem. Kakak kelihatannya kelem, tapi ternyata ngeri juga. Mainnya cincang-cincang." "Biar kapok! Pokoknya jadi perempuan jangan nurut-nurut, aja. Cinta boleh, bodoh jangan!" tegas Kak Sinta.Ah, bahagianya punya kakak ipar yang sefrekuensi. Dengan begini, bila nanti Mas Bima terbongkar kedoknya aku sudah punya satu suara yang mendukung. Ya, kami sama-sama membenci perselingkuhan dan mengharamkan penghianatan. "Bilang, aja kalau suamimu berulah, Dek!" tegasnya lagi, aku hanya mengangguk. Belum saatnya aku mengatakan sekarang."Hmmm. Menurut Kakak kalau suami selingkuh itu sebabnya apa?" tanyaku hati-hati. Kak Sinta te

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   KEINGINAN IBU

    Setelah makan, anak-anak bermain dengan Ibu. Kak Sinta menidurkan si kecil Liona. Aku mengambil alih bagian beres-beres peralatan bekas makan. Di rumah ini sebenarnya juga ada pembantu yang menginap, namanya Siti tetapi sekarang sedang pulang kampung. Walaupun di rumah Mama dan Papa selalu ada pembantu, tidak lantas membuatku manja dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi, kalau hanya cuci piring seperti ini sudah biasa untukku. Beres di dapur aku bergabung ke ruang tamu, ikut menemani anak-anak bermain. Kebahagiaan jelas terpancar di wajah tua Ibu saat bergurau dengan Raya adiknya. Walaupun Ibu sudah tidak selincah dulu, tetapi beliau masih bersemangat ketika diajak Bella bermain petak umpet di dalam. rumah. Ah, Ibu semoga Allah memberimu kesehatan dan usia panjang agar bisa mengiringi pertumbuhan cucu-cucumu. "Enggak kerasa ya, Raya dan Bella udah besar. Rasanya baru kemarin ibu menggendong bayinya," kata Ibu seraya mengelus puncak kepala Bella yang berbaring dengan batalan pan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   SEBUAH NODA

    "Mama lihat itu, Ma. Ada Ayah!" Raya menunjuk-nunjuk ke luar mobil. Pandanganku otomatis mengikuti arah yang di tunjuk. Mobil kami sedang berhenti di pertigaan karena lampu lalu lintas menyala merah. Di sebelah kanan pada deretan bangunan toko diantaranya ada sebuah cafe. Aku melihat Mas Bima di cafe itu bersama seorang wanita yang aku hapal dari postur tubuhnya itu adalah Fina. Kebetulan dinding bagian depan cafe full kaca, jadi dengan leluasa aku bisa melihat Mas Bima.Di dalam cafe tersebut Mas Bima dan Fina duduk berhadapan dibatasi sebuah meja bulat, dari tempatku berada keduanya terlihat tengah mengobrol, sesekali Mas Bima dan Fina tertawa. Entah apa yang mereka bicarakan, kelihatannya asik. Mereka hanya berdua, dan terlihat sangat intim. Kali ini aku tak bisa menepis kecurigaan pada mereka. Apa ini yang Mas Bima maksud meeting mendadak? Alasan yang digunakan untuk menghabiskan waktu berdua dengan sekretarisnya. Ya, Tuhan maafkan aku bila berdosa telah berburuk sangka pada suam

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   SEBUAH NODA 2

    “Iya, Dek. Enggak lama kalian pulang, Bima datang. Tapi udah pulang sekitar jam sembilan tadi. Apa sekarang belum sampai rumah?” jawab dan tanya Kak Sinta dari sambungan telepon.Aku melirik Mas Bima yang juga melihat padaku. Dia ikut menyimak pembicaraan di telepon yang sengaja ku-lound speker. Mas Bima menarik napas lalu membuangnya kasar setelah mendengar jawaban Kak Sinta. Raut cemasnya pun memudar. “Dek! Kamu masih di sana? Halo. Apa Bima belum sampai rumah?"“Iya, Kak. Mas Bima baru saja sampai. Maaf ya, Kak mengganggu malam-malam. Aku tutup teleponnya sekarang, assalamualaikum.”Setelah Kak Sinta menjawab salam aku memutus sambungan telepon. Sedikit lega, karena ternyata Mas Bima memang dari rumah ibu. Jadi dia berkata jujur.“Puas. Udah puas sekarang? Denger sendiri, kan apa jawaban Kak Sinta? Aku enggak bohong!" Aku diam, masih menatap wajah Mas Bima. Jawaban Kak Sinta memang tidak mungkin dusta. Mungkin setelah dari cafe tadi Mas Bima langsung ke rumah ibu. "Kamu kenapa,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   TELEPON MENCURIGAKAN

    Mas Bima kembali fokus pada layar monitor dan berkas-berkas di meja, sementara itu aku memutuskan membaca novel online di sebuah platform. Dengan begini aku tidak bosan selama menemani Mas Bima menyelesaikan pekerjaanya. Walaupun sudah dilarang oleh Mas Bima, tetapi diam-diam aku tetap menjadi pembaca setia cerbung-cerbung seru yang diterbitkan oleh author kesayangan. Terkadang saking asiknya membaca, aku sampai ikut hanyut dalam alur cerita. Merasakan diri ini yang menjadi tokoh utama dan mengalami setiap adegan yang di buat oleh si author. Sebagai pembaca kadang perasanku juga ikut sedih bila membaca pada bagian yang menyentuh, kadang terharu, sesekali bahagia dan sering ikut emosi bila membaca bagian tokoh perempuan yang diperlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga mertuanya. Untungnya mertuaku tidak seperti yang di cerita cerbung. Drrtt ... Drrtt ....Terdengar suara dering ponsel Mas Bima. Dia mengambil ponsel yang tergeletak di antara tumpukan berkas. Kemudian beranjak ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03

Bab terbaru

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   MEMAAFKAN (ENDING)

    Dalam hati aku tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah atas segala nikmat kebahagiaan mala mini. Setelah badai dan ombak besar menguji kehidupan, dengan begitu murah hatinya Dia ganti semua sakit dan kekecewaan dengan pelangi kebahagiaan yang lebih indah. Pukul sembilan malam keluarga Fauzan pamit undur diri. Aku, Mama dan Papa mengantarkan mereka hingga ke depan rumah. Om Anwar dan Papa berpelukan begitu juga dengan Tante Santi yang bergantian memeluk aku dan Mama. Fauzan menyalami kedua orang tuaku lalu mencium punggung tangannya. Setelah menegakkan tubuh lelaki itu memandangku lembut lalu menganggukkan kepala. “Aku pulang dulu,” katanya lembut.“Hati-hati, Zan.”Dia mengangguk, “Terima kasih, Meswa,” katanya lalu dia pemit masuk ke dalam mobil.Aku melambaikan tangan pada mobil Fauzan yang perlahan mulai bergerak dan meninggalkan pekarangan rumah Papa. Papa dan Mama sekarang sudah masuk ke dalam rumah. Aku sudah hendak masuk saat pintu mulai di tutu oleh satpam, tetapi

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   LAMARAN

    Hari ini aku pulang lebih awal, week end saatnya meluangkan waktu untuk bersama anak-anak. Belum genap pukul tiga saat aku masuk ke rumah. Tidak kudapati anak-anak, hanya pengasuh mereka yang kutemui tengah berada di dapur. “Anak-anak mana, Bik?” tanyaku sambil meletakkan paper bag dan tas di atas meja makan. “Anak-anak sedang dibawa Pak Santoso, Bu. Katanya tadi mau jalan-jalan.”“Sudah lama perginya?” tanyaku lagi. Aku mencuci tangan sebelum mengambil gelas dan mengisinya dengan jus jeruk dari kulkas.“Sekitar satu jam yang lalu. Enggak tahu kalau Ibu pulang lebih cepat, mungkin kalau tadi bilang bisa di tunggu.” “Enggak apa-apa, Bik. Nanti saya bisa nyusul mereka. Anak-anak enggak resel, kan?” “Enggak, Bu. Semakin kesini mereka semakin pinter, ngerti kalau dibilangin.” Jawaban Bik Marni cukup membuatku lega. Setiap hari aku selalu memantau perkembangan anak-anak lewat Bik Marni. Menjadi hal wajib menanyakan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Bella dan Raya seharian selama t

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   SEGUMPAL KERTAS

    Aku mengalihkan sebentar pandangan dari layar computer pada arah pintu ketika terdengar suara ketukan. Sedetik kemudian pintu terkuak dan yang terlihat sosok mantan suami berdiri di sana. Dia masuk lalu meletakkan secangkir minuman dengan aroma melati yang khas di mejaku.“Terima kasih.” Setelah itu aku hendak kembali fokus pada pekerjaan. “Meswa, bisa bicara sebentar?”Aku sengaja ingin mengabaikan pertanyaan atau lebih tepatnya permintaan Bima dengan menyibukkan diri menatap computer. Mungkin ada lima menit aku diamkan laki-laki itu masih berdiri di tempatnya. Lagi-lagi aku memalingkan pandangan dari lembaran pekerjaan dan melihat pada wajah Bima. “Sebentar saja,” katanya lagi terdengar memohon.Aku mengangguk, “Duduk lah!” Seulas senyum terlihat di wajahnya ketika kupersilahkan dia duduk.Sekarang dia sudah duduk di kursi depan meja kerjaku. Rasanya kami lama tidak berjumpa, beberapa hari ini aku memang tidak melihatnya ada di kantor. Di sini aku bisa melihat tulang pipinya nampa

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   MAAF DARI IBU

    “Kalau ayah masih ada pasti beliau sangat kecewa mengetahui anak kesayangannya yang dibangga-banggakan melakukan hal seperti ini.” Bicaranya ibu terjeda-jeda sebab sesekali terisak. “Kamu salah kalau merasa dibedakan dalam hal kasih sayang dan perhatian, Bim. Bahkan perjodohan itu bukan bertujuan untuk membatasi kebebasanmu dalam memilih pasangan. Ayahmu sudah memikirkan semuanya, dia tidak ingin kamu kembali pada alur kehidupan yang terlunta-lunta. Ayah memilihkan Meswa sebagai istri sebab dia perempuan yang baik, lembut dan penurut. Seperti Meswa lah yang bisa mengimbangi dirimu yang penuh ambisi.Bahkan untuk kesejahteraanmu di masa yang akan datang sudah ayah rancang sedemikian rupa. Sayangnya kamu sendiri yang menghancurkannya. Kepemilikan perusahaan sengaja di rahasiakan sebab ayah yang meminta. Ayah ingin kamu juga merasakan perjuangan untuk mencapai posisi tertinggi. Namun, malah kesalah pahaman yang terjadi. Ibu malu pada Meswa, juga segan pada kedua orang tuanya. Dulu kami

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   BAYI ADOKSI (POV BIMA)

    “Anak adopsi ….” Tanganku bergetar hebat ketika membaca isi surat di hadapan. Perasaan bersalah yang teramat membuatku tergugu di hadapan Ibu dan Kak Sinta. Air mataku mengalir deras mengetahui kenyataan bahwa aku bukan anak yang lahir dari rahim perempuan yang selama ini kutahu merawat dan menyayangiku sepenuh hatinya. “Ibu … astagfirullah, Bu.” Tubuh ibu terhuyung, perempuan berusia setengah abad lebih itu menekan dadanya dengan kedua tangan. Kak Sinta sigap menopang tubuh perempuan di sampingnya lalu membimbing beliau untuk duduk. Ibu nampak kesulitan bernafas, membuat Kak Sinta panik dan segera mengambil obat asma milik ibu di kamar. Tidak hanya Kak Sinta, kepanikan pun menyergap aku. Kak Sinta kembali dan membantu ibu agar duduk tegak. Kemudian ibu memasukkan inhaller ke mulut dan menyemprotkan obat itu. Butuh beberapa detik untuk obat hirup tersebut sampai di paru-paru dan bekerja dengan baik. Ibu terlihat menarik napas panjang beberapa kali.“Ibu rileks, ya.” Kak Sinta meng

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   MENGAKHIRI KISAH YANG SALAH

    Aku menatap gedung kantor Prameswari Mandiri yang gagah menantang kegelapan. Jam tujuh malam, aku masih betah berada di café yang terletak tepat di seberang kantor—tempat favoritku dan Meswa—dulu. Entah kenapa aku merasa enggan untuk pulang dan menemui Erina yang tentu saja sedang menunggu di rumah. Kenapa aku menikahi Erina kalau akhirnya mencintai Meswa? Ah, Bima memang bod*oh. Sejak lama sudah menyadari bahwa perasaanku pada Erina tidak kuat dan kokoh. Aku hanya terpesona sesaat dan dibutakan oleh nafsu pada Erina. Perempuan yang benar-benar menawan hatiku hanya Meswa. Namun, rayuan dan kata-kata manis Erina berhasil membuatku candu dan meninggalkan cinta sejati. Terdengar suara notifikasi pesan dari ponsel. Aku mendengkus, pasti Erina yang mengirimiku pesan. Tidak hanya sekali, bunyi notifikasi terdengar beberapa kali. Semakin membuatku geram pada perempuan itu. Terpaksa meraih ponsel yang sejak tadi kusimpan di meja. Di layar utama nampak balon chat dari salah satu aplikasi be

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   POV ERINA

    “Bima, kamu tidak boleh meninggalkan aku. Kamu tidak boleh kembali dengan perempuan itu!” Setelah belasan bahkan mungkin puluhan kali mengabaikan telepon dariku, akhirnya Bima menjawabnya dan kini perasan takut akan ditinggalkan semakin kuat menerorku. Perasaan di dalam hatiku berkecamuk. Kecewa, sedih, marah dan takut bercampur menjadi satu seperti pusaran tornado yang akan meluluh lantakkan mimpi indahku. Aku hanya ingin dicintai oleh orang yang juga kucintai. Kenapa hal sekecil itu sulit untuk seorang perempuan bernama Erina? Papi, Alex, Bima dan yang lain, kenapa kalian para lelaki tidak bisa mengerti?“Apa istimewanya Meswa. Kenapa Bima begitu memuja dan ingin kembali?” Aku bertanya entah pada siapa, sebab hanya sendirian di kamar ini. Kuusap air mata yang terus mengalir tanpa diminta. Erina bukan perempuan lemah. Erina bisa mendapatkan apa yang dia ingin. Erina tidak ada yang bisa menyaingi. Aku tertawa kini. Seperti orang kehilangan akal sehat. Tertawa sambil bercucuran air

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   CEMBURU BUTA (POV BIMA)

    “Kamu payah Bima! Bahkan untuk mempertahankan seorang Meswa pun tidak bisa. Kamu bodoh, Bima! Bodoh!” Aku memaki diri sendiri sembari mengusap kasar rambut hingga berantakan. Rintik gerimis di luar semakin deras, air yang turun dari langit seakan ikut merasakan kegundahan yang tengah melanda hati ini. Masih terngiang penolakan Meswa saat kuajak dia rujuk. Tidak menyangka secepat ini Meswa move on dariku. Secepat ini hatinya tertutup untuk aku. Apa yang kini kurasakan pada Meswa? Aku hanya tahu kalau aku begitu ingin mendapatkannya kembali. Cintakah yang membuatku kini merasa dirinya sangat berharga? Cinta? Kenapa citaku pada Meswa datangnya terlambat? Kenapa setelah aku membuang barang tersebut kini baru kusadari aku begitu membutuhkannya?Kenapa cinta seolah mempermainkan hidupku? Berawal dari cinta masa laluku yang belum usai hingga menjadikan itu penyebab kekacauan hidupku. Gara-gara begitu membela rasa yang kukira cinta pada seorang perempuan bernama Erina, aku jadi mengabaika

  • REKAMAN DESAH DARI SEKRETARIS SUAMIKU   CAPER (POV BIMA)

    Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu aku masuk ke ruangan Meswa. Perempuan itu tengah menekuri berkas-berkas penting di atas meja kerjanya. Dia tetap menunduk tanpa menoleh sedikitpun ketika aku melangkah masuk dan kini berdiri tepat di depan meja kerjanya. “Meswa, aku membuatkan teh melati untuk kamu.” Jam istirahat siang aku sengaja membawakan minuman kesukaan Meswa ke ruangannya. “Terima kasih.” Hanya itu yang di ucapkan, aku berharap dia mengatakan yang lebih banyak. “Apa kamu ingin sesuatu untuk makan siang?” tanyaku lagi.“Tidak ada, terima kasih.”Aku kehabisan kata-kata, nampaknya telah salah memilih waktu. Perempuan itu terlihat masih sibuk mengetik sesuatu pada keyboard komputernya. Harus kuakui dia tidak hanya lues mengurus pekerjaan rumah tangga, tetapi juga seorang yang professional di balik meja kerja. Salah satu hal yang aku kagumi dari sosoknya.Meswa bangkit dari kursinya, melangkah pada lemari besar di sudut ruangan. Di dalam lemari berpintu kaca itu terdapat bany

DMCA.com Protection Status