“Kamu bisa memanah, Mas Bro?” tanya Rashva “Tentu saja tidak,” jawab Fenrir sambil tertawa. “Wah, ambyar wes. Gak papa lah dicoba dulu aja,” kata Rashva. “Nah begitu dong semangatnya,” tawa Fenrir. Saat keadaan ruangan itu berganti, tahu-tahu di depan mereka sudah muncul busur dan panah-panahnya. Ada juga tombak dan berbagai macam senjata jarak jauh lainnya. Rashva memang pernah melihat cara orang memanah. Tetapi ia belum pernah mencoba sendiri. Hatinya ketar-ketir juga saat ini. Dari depan meluncur deras berbagai macam bebatuan. Jumlahnya sangat banyak. “Gileeee! Ini dipanah semua?” “Ya iya lah, emang mau dimakan?” tawa Fenrir. Rashva menghela nafas. Ia memusatkan perhatiannya. Dia memperhatikan akhir-akhir ini jika ia memusatkan perhatiannya, ia dapat melakukan hal-hal yang rumit dengan gampang. Bebatuan meluncur dengan deras. Ukuran berbeda-beda. Rashva dan Fenrir yang sekarang berada dalam form Rasvarg itu tidak memperdulikan jika bebatuan-bebatuan itu menghempas mereka
“Ayo Fenrir, kita kembali ke Hunter;s Guild,” ajak Rashva.“Oke!”Cling!Rashva kini sudah kembali berada di dalam toilet yang ditiggalkannya.Setelah keluar, ia memilih ke tempat bartender. Rupanya sang bartender adalah sesosok Elf perempuan yang sangat cantik.“Halo! Selamat datang di Hunter’s Guild. Anda ingin menginap atau memesan makanan?” tanya Elf bartender itu.“Saya ingin memasan makan dulu. Lalu setelah itu memesan kamar untuk menginap.”“Baik. Mau pesan makanan apa?”“Saya ingin memesan makanan dan minuman yang paling spesial di sini.”“Oh? Baik. Kami punya daging brontosaurus bakar. Sedangkan minumannya ada sari bunga Ambrosia. Seluruhnya total 2 Ingot.”“Wew, mahal juga ya untuk ukuran dunia nyata. Bisa ngasih makan 100 orang,” bisik Rashva dalam hati.“Untuk menginap, saya ingin kamar yang biasa saja,” kata Rashva.“Baik. Mau untuk berapa hari?” tanya si Elf.“Mmmm, 7 hari saja dulu.”“Baik. Seluruhnya jadi 70 ingots.”Setelah membayar total pengeluarannya, Rashva bertan
Perjalanan terasa menyenangkan. Sepanjang jalan pemandangannya sangat aneh dan indah. Rashva belum pernah melihat warna-warni dunia seperti ini. Dipenuhi warna-warni cerah yang berpadu dengan warna hitam yang gelap.Dua rembulan di atas langit berwarna biru dan hijau, dengan latar belakang langit gelap. Bintang-bintang terlihat beraneka macam warna. Terkadang cahaya kedua rembulan itu tertutup puing-puing bangunan yang melayang-layang di angkasa.[“Sebenarnya apa yang menyebabkan puing-puing itu melayang di atas sana? Apakah karena gravitasi di sini berbada dengan di dunia nyata?]” tanya Rashva.Fenrir yang masih “sembunyi” dalam tubuh Rashva menjawab, [“Ya benar sekali. Puing-puing yang bertaburan banyaknya itu adalah sisa-sisa benteng dan kastil serta istana-istana di jaman lampau. Peperangan besar perebutan kekuasaan telah membuat bangunan-bangunan megah itu hancur dan melayang-layang di angkasa.”][“Ah jadi ingat game Tears of the Kingdom di Nintendo Switch.”]Fenrir tidak menjawab
Dengan menahan perasaan jijik, Rashva memperhatikan bangkai di tepi telaga.[“Nah, benar kan apa kataku? Lihat, ada 2 kotak makan, dan 2 kotak minum. Yang satu lebih besar dari yang lain.”]Fenrir yang bisa mengetahui isi hati Rashva lalu menjawab, [“Ada dua korban. Yang satunya anak-anak.”][“Biasanya monster akan memakan orang tuanya lebih dulu. Karena orang tua yang paling bisa melawan,”] kata Rashva.[“Wah, hebat juga analisamu. Jadi kau menduga anak kecil itu belum di makan oleh Kappa itu?”][“Si orang tua pasti telah menyembunyikan anaknya terlebih dahulu, atau anak itu sudah berhasil lari meloloskan diri.”][“Jadi kau ingin mencari anak itu?”] tanya Fenrir. Ia sebenarnya sudah tahu isi hati Rashva tetapi ia hanya bertanya untuk memastikan.[“Ya. Siapa tahu ia mengalami kesulitan yang lain.”][“Halah, side quest, Hahahaha!”] tawa Fenrir.Side Quest juga adalah istilah dalam game yang berarti misi tambahan di luar misi utama.Rashva ikut tertawa tetapi ia segera mengkonsentrasika
“A…aku…aku tak tahu ke mana harus…pulang,” kata Rikka sambil terisak. “Ayah….,” kembali airmatanya tumpah.[“Jika kau membawanya mengikuti petualangan kita, maka akan semakin memberatkan dirimu sendiri,”] kata Fenrir.Rashva tahu betul akan hal ini. Tapi ia sudah mengambil keputusan. Seumur hidup ia adalah anak tunggal Ingin sekali ia memiliki adik. Mungkin sekaranglah saatnya.“Maukah kau ikut dengan aku berpetualang?” tanya Rashva.Rikka kaget juga mendengar pertanyaan itu. Ia berpikir cukup lama. Lalu katanya, “Apakah tuan jahat?”Rashva tertawa mendengarnya. “Seumur hidup aku belum pernah menyakiti orang lain. Kecuali Kappa keparat yang tadi kubunuh.”Rikka berpikir lagi, kemudian berkata, “Baiklah. Jika tuan jahat kepadaku, aku akan bunuh diri saja. Agar penderitaanku tidak lama.”Rashva tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis mendengar kalimat itu. Akhirnya ia tersenyum masam sambil berkata, “Kau tidak akan kecewa. Marilah.”Rikka lalu berdiri lalu mendekati Rashva. Gad
“Gorgon Level 7,” senyum Rashva.“Ini…bunuh..diri….,Gorgon dapat membuat manusia menjadi batu hanya dengan sinar matanya….,” desah Rikka. Tetapi ia segera menghela nafasnya dan berkata, “Tetapi jika Tuan sudah bertekad untuk memburunya, Rikka pasti ikut mendampingi“Bagus! Terima kasih sekali, Rikka,” Rashva tersenyum senang.“Biar Rikka lihat petanya, Tuan,” gadis itu melihat peta yang ada pada lembaran info. “Hmmmm, Rikka tahu daerah itu, mungkin kita akan sampai di sana besok sore.”“Tak apa-apa. Aku tidak terburu-buru. Kita jalan sebentar keluar dari hutan ini. Setelah keluar, kita akan beristirahat sebentar.”“Baik.”Di sepanjang perjalanan, Rashva meminta Rikka bercerita tentang sejarah dirinya.“Kakek buyutku berasal dari Mongolia. Pada saat itu Mongolia sedang menghadapi pergolakan. Kaum pemburu di Mogolia sangat terdesak. Lalu tanpa sengaja buyutku itu berkenalan dengan Daimonnya. Sang Daimon mengajak buyutku untuk pindah ke Mirrorverse. Semenjak saat itu, buyutku beranak pin
“Orc adalah pemakan manusia, bukan?” tanya Rashva.“Ya benar, Tuan?” jawab Rikka.Fenrir yang sedang berbaring malas-malasan di pinggiran api unggun berkata, “Jangan lari. Kau harus hadapi mereka sebagai bagian dari latihanmu.”Setelah berkata begitu, Fenrir menghilang dan bersemayam lagi di hati Rashva.“Latihan?” tanya Rikka.“Ya. Aku sedang menjalani latihan agar menjadi lebih kuat.”“Oh begitu.”Terdengar langkah gerombolan itu datang mendekat. Suara mereka bercakap-cakap juga terdengar sangat jelas. Kasar, keras, dan serak.Saat kemudian mereka muncul dari balik kegelapan pinggiran hutan, Rashva baru dapat melihat bentuk mereka. Tubuh tinggi besar sekitar 2 meter. Kepala mereka botak, atau dengan rambut yang muncul tipis-tipis secara tak beraturan. Wajah mereka benar-benar buruk dengan taring yang muncul keluar dari mulut mereka. Mata mereka berwarna kuning kemerahan.“Bau apa ini, hai manusia?” salah satu Orc bertanya.“Ini adalah daging ayam hutan,” jawab Rashva mencoba tenang.
“Tuan ingin bernegosiasi dengan Orc?” Rikka bertanya dengan heran.Rashva hanya mengangguk.“Setahu Rikka, Orc tidak bisa bernegosiasi. Mereka tidak secerdas manusia,.”“Dari novel-novel yang kubaca, ada yang menuliskan bahwa kaum Orc sebenarnya salah dimengerti. Mereka tidak sejahat yang kita kira,” kata Rashva.“Mengapa Tuan tidak membunuh mereka saja?”“Karena aku tidak suka melihat orang mati. Aku lebih suka orang yang hidup.”“Tetapi mereka bukan orang. Mereka Orc.”“Mereka hidup, dapat berbicara. Selama masih bisa diajak bicara dan berdamai, bagiku mereka adalah orang,” senyum Rashva.“Baiklah, Tuan,” sebenarnya Rikka tidak suka berdebat dengan Tuannya. Ia hanya ingin tahu mengapa Tuannya ini masih ingin berdamai dengan Orc. Kini ia tahu, Tuannya adalah seseorang yang penyayang. Hatinya terasa hangat. Ia tidak salah memilih Tuan.Rashva duduk santai menunggu rombongan Orc itu pulang. Tak lama kemudian para Orc itu sudah kembali. Alangkah kagetnya mereka saat melihat mayat saudar
Pagi belum lagi tiba.Rashva mimpi itu lagi.Naga menelan matahari. Lama-lama ia menjadi sangat terbiasa. Karena malas untuk kembali tidur, Rashva memutuskan untuk pergi ke dapur saja untuk memasak. Selama beberapa hari ini Rikka yang selalu memasak untuk mereka. Kasihan juga jika ia selalu berkutat di dapur saja setiap hari.Saat menyusuri lorong, dilihatnya kamar Rikka ternyata masih terbuka. Ada terang cahaya lilin yang menyinari kamar itu. Ia berdiri di depan pintu kamar dan melihat gadis itu sedang menjahit sesuatu.“Rikka belum tidur? Sedang menjahit apa?”“Rikka membuatkan pakaian untuk Tuan,” jawabnya dengan pandangan yang aneh.“Untuk apa kau membuatkan pakaian untukku? Aku masih punya banyak,” tawa Rashva.“Kemarin Tuan membawa satu peti besar penuh dengan pakaian, perhiasan, dan berbagai macam benda lainnya. Tetapi Rikka lihat tak ada satu pun barang yang Tuan beli untuk Tuan sendiri.”Rashva tersenyum pahit. Katanya, “Aku memang tidak perlu banyak barang. Bagiku yang ada s
“Dalam ilmu peperangan, yang paling penting adalah data dan informasi mengenai lawan. Saya tahu saat ini kita masih buta dengan kekuatan lawan. Di mana benteng mereka, dan logistik apa yang mereka punya. Oleh karena itu saya mengajukan diri untuk mencari informasi. Kami para Kitsune mempunyai jaringan sendiri dan bisa saling berkomunikasi.”Lanjut Kitsune itu, “Nanti jika kita sudah mendapatkan informasi yang lengkap, baru kita mengirim Bhiksu Ben untuk menginfiltrasi benteng mereka melalui alam rohnya. Untuk saat ini saya perlu beristirahat satu hari penuh, dan besok sudah mulai bisa bergerak. Itu pun jika diijinkan Rashva-sama.”“Tentu saja kuijinkan, Miku. Malah aku dan teman-teman semua sangat berterima kasih atas bantuanmu,” kata Rashva.Akhirnya mereka memutuskan satu hari itu untuk “libur”. Sama sekali tidak melakukan apa-apa. Tetapi Rashva memilih berlatih di Ruang Latihan. Fenrir dan Icara duduk di samping dan hanya memperhatikan majikan mereka berlatih.“Apakah gerakanku sud
Mereka pulang.Rashva membawa satu kontainer besar yang berisi pakaian dan macam-macam keperluan mereka. Mulai dari bahan makanan, bahan bangunan, dan perobatan. Ada juga berbagai macam kain dan benang yang mahal.Rikka memilih-milih barang dengan senang. Ia sangat suka menata rumah dan juga menjahit. Itu adalah ketrampilan yang sudah dipelajarinya sejak kecil.Bhiksu Ben tidak banyak memilih barang. Ia hanya mengambil satu karpet dan sebuah sepatu kulit.Miku ternyata sudah kuat berjalan-jalan dan ia memilih-milih barang juga untuk kamar barunya yang sedang dipersiapkan Rikka. Saat ditunjukkan Kimono untuknya, matanya terbelalak.“Hikizuri ini mahal sekali!”Hikizuri adalah sejenis kimono yang biasa dipakai oleh para Geisha. Ava memperhatikan dulu saat pertama kali bertemu Miku, Siluman Rubah itu memang mengenakan Kimono jenis ini.Ada bermacam-macam kimono untuk Miku. Hampir semuanya berwarna merah. Ia memang suka warna merah. Hatinya trenyuh sekali mendapatkan semua kebaikan ini. I
“Selamat pagi Bhiksu Ben. Bagaimana hasil penyelidikan semalam?” tanya Rashva.“Masih belum mendapatkan hasil. Siang nanti saya akan pergi menyelidiki lagi.”“Baik. Kalau begitu silahkan sarapan dulu. Sambil dengarkan kami bercerita.”Rashva kemudian menceritakan tentang kejadian dengan Miku dan keadaan yang sekarang terjadi di Teranthe. Bhiksu itu mendengar dengan seksama.Setelah sarapan selesai Rashva berkata, “Ava, kau ikutlah aku pergi berbelanja ke Shangrilla. Kita juga bisa memantau perkembangan kabar saat di sana.”Gadis itu mengangguk dan mereka segera berangkat.Begitu sampai di Shangrilla, Rashva mengajak ke pusat perbelanjaan dan meminta Ava memilihkan baju untuk Miku.“Nona Miku kan selalu mengenakan Kimono. Mari kita ke tempat yang berjualan Kimono. Aku tahu tokonya,” kata Ava.Tempat yang dituju mereka ternyata sangat besar dan megah. Terdiri dari 7 lantai. Namanya Hakka, menjual segala jenis pakaian. Rashva terpesona juga saat memasuki tempat itu. Segala macam jenis pa
Matahari perlahan muncul dari balik gelap malam.Rashva tersenyum. Hari baru adalah harapan yang baru. Kesempatan yang baru. Selama ada matahari pagi, selama itu juga seluruh makhluk hidup memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik.Begitu ia menoleh kembali ke arah pembaringan, dilihatnya Nona Hayami Miku telah kembali ke wujud manusianya.Untung sebelumnya Rashva sudah menutupi tubuhnya denganselimut, tetapi tetap saja bagian-bagian tubuh nona itu sedikit terlihat.Dalam sekilas pandang itu saja, Rashva secara tidak sengaja telah melihat seluruh tubuh Nona itu. Kulitnya begitu terang seperti warna susu. Badannya montok dengan lekuk-lekuk yang begitu indah. Rambutnya kuning pirang panjang sampai ke punggung.Segera Rashva membuang muka dan bertanya, “Nona sudah pulih?”“Berkat bantuan Rashva-sama dan Rikka-chan, hamba sudah pulih 70 persen,” jawab Nona itu. Suaranya masih lemah, namun terdengar sangat merdu.“Baik. Harap Nona tunggu di sini saya akan mencarikan pakaian untuk Nona,”
Rashva terbangun karena kaget.Ia menceritakan mimpinya kepada Fenrir dan Icara.“Bagaimana bentuk jurang itu, Tuan?” tanya Icara.Rashva menjelaskannya dengan sangat detail. Karena mimpi itu terasa begitu nyata olehnya.“Saya tahu tempat itu. Jurang itu adalah salah satu tempat pelarian bagi Raja jika terjadi sesuatu. Hanya saya dan Hayami-san yang mengetahui tempat itu.” jawab Icara.“Aku tidak yakin ini hanya mimpi,” kata Rashva.“Hayami-san memang memiliki kemampuan untuk memasuki mimpi orang,” kata Icara.“Oh, ya. Aku pernah baca memang katanya Siluman Rubah ekor 9 bisa masuk ke dalam mimpi manusia.”Fenrir dan Icara sudah paham maksud tuan mereka.“Kita harus pergi ke jurang itu. Hanya sekedar memastikan bahwa mimpi itu benar atau tidak.”“Baik,” kata kedua Daimon itu bersamaan.Rashva segera mengganti baju dan berteleportasi ke tempat yang diketahui Icara itu.Benar saja.Di dalam jurang itu, terdapat sebuah gubuk kecil yang sudah reot. Tidak ada lampu yang menyala di sana teta
Akhirnya pulang.Rashva sangat menikmati beberapa hari ini tidak melakukan apa-apa. Setelah petualangan dan misi yang mendebarkan, akhirnya ia bisa beristirahat dengan santai. Setiap hari ia dan Bhiksu Ben hanya berbelanja kebutuhan untuk memperbaiki kastil yang memang awalnya berupa puing-puing yang melayang-layang di angkasa. Sementara Rikka dan Ava yang memasak dan membersihkan tempat itu.Kini Kastil itu sudah menjadi rapih kembali, dan sudah dapat disatukan kembali. Walaupun masih belum sempurna setidaknya Kastil itu sudah sangat nyaman di bagian dalamnya. Bagian luarnya memang mereka biarkan berantakan dan terlihat hancur. Hanya untuk menjaga-jaga supaya tidak ada orang atau makhluk yang datang ke tempat.Kondisi kesehatan Ava juga sudah pulih seluruhnya. Tubuhnya tidak lagi mengalami kejang dan getaran hebat. Ia juga sering melakukan semedhi untuk mengendalikan kekuatan di dalam tubuhnya.Suatu hari saat mereka sedang menikmati makan malam, Ava berkata, “Teman-teman ingat, buka
Sesampai di istana Wirasura, Rashva langsung menceritakan semua yang terjadi.“Hmmm. Tunjukan jurus barunya itu kepadaku,” kata Wirasura penasaran.Rashva mengiyakan dan segera menyerang. Melihat gerakan ini Wirasura sangat terpesona.“Berapa lama ia memecahkan serangan ini?” tanyanya.“Mungkin sekitar 4 sampai 5 jam ia bertapa. Baru kemudian ia memanggil hamba untuk bertarung kembali.”“Baik. Kau tunggu. Aku harus bertapa pula untuk mencari pemecahan jurus yang rumit itu!”Habis berkata begitu, Wirasura langsung duduk dan bertapa. Persis seperti yang dilakukan Gitasuri sebelumnya. Setelah itu Wirasura memanggil Rashva dan mengajarkan jurus penangkal dari jurus Gitasuri. Kemudian Rashva berangkat lagi menggunakan teleportasi ke istana Gitasuri untuk menunjukkan jurus itu.Kejadian ini terjadi terus berulang-ulang hingga 7 hari. Para Asura itu sama-sama tidak mau kalah dengan ilmu masing-masing. Yang mengherankan, ternyata tenaga Rashva samasekali tidak terkuras. Tentu ini karena 3 ilm
Masakan sudah terhidang. Aromanya yang wangi membuat hidung para kepala Asura bergerak-gerak dengan semangat menggebu-gebu.“Hoo! Rupanya kau bisa masak betulan. Mari sini kita coba!”Rashva membawakan nampan besar berisi daging rusa emas yang amat besar. Sudah dipanggang dengan beberapa dedaunan dan biji-bijian yang ia temukan di padang rumput dan hutan. Bahkan ia juga mencampur rumput Yao ke bumbu racikannya.“Wah! Enak sekali! Sungguh enak sekali!” puji Asura itu. Ia makan dengan sangat lahap. Fenrir juga kedapatan bagian. Bahkan Rashva juga memasak rerumptuan Yao untuk Icara yang memang tidak makan daging.Sebelum makanan itu habis, Rashva berkata, ”Hamba juga sudah menyisakan sedikit untuk gadis-gadis teman Mahaguru ini.”“Gadis-gadis ini? Hahahahahah! Hahahahahahah!”Asura itu tertawa. Lalu gadis-gadis yang menggelayut di badan mereka tahu-tahu menghilang dalam balutan percikan cahaya berwarna-warni seperti pelangi.‘Mereka tidak nyata. Kami menciptakan bayangan mereka hanya ag