Beranda / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 68. Bersimbah Darah

Share

Bab 68. Bersimbah Darah

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 11:42:23

"Zoya kamu gila!" teriak Amanda saat tubuhnya terpelanting dan beruntungnya dia masih kuat berpegangan pada pintu mobil.

Semua itu karena tendangan dari Zoya yang mengakibatkan Amanda terpental hampir keluar padahal mobil masih melaju kencang.

"Jika kegilaanmu membuat kamu bisa mencelakaiku sesuka hati, kenapa aku tidak mengikuti? Dan akan aku celakai kamu juga hingga kamu tidak lagi bisa menggangguku!"

Pintu mobil semakin terbuka dan Amanda hampir saja jatuh jika kakinya tidak wanita itu jepit kan pada jok mobil, sedangkan Zoya mengambil alih kemudi dengan membelokkan ketepian.

Mobil menabrak pengendara lain hingga benturan itu membuat Amanda tak mampu bertahan dan terseret ke jalan.

CKIIIIIITTTT

BRAAKK

Suara sirine mobil polisi pun begitu terdengar kencang disusul dengan ambulan yang mendekati. Zoya sudah tak sadarkan diri akibat benturan kencang di kepalanya sedangkan Amanda terpental keluar dari mobil hingga membuat wanita itu terluka parah.

Kecelakaan ini jel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Amanda mesti dihukum berat
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
semoga Zoya selamat yah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 69. Dia..

    "Cepat cari pendonor darah untuk istriku, Dion! Jangan sampai istriku tidak bisa diselamatkan! Kalau perlu bayar mereka dengan uang yang banyak untuk setiap tetes darah yang mereka sumbangkan!" perintah Gama setelah Dokter kembali ke ruangan beliau. Gama tak ingin menyalahkan pihak rumah sakit yang sedang kehabisan stok darah. Namun Gama menyesalkan itu harus terjadi karena Zoya sangat membutuhkan saat ini. Bagaimana jika terlambat? Pikiran Gama sudah diisi dengan hal buruk tentang Zoya terlebih dokter mengatakan jika Zoya kritis saat ini. "Baik Pak." Dion pun segera pergi dari sana untuk mencari pendonor darah yang sesuai dengan Zoya. Urgent dan harus bergerak cepat. Jika tidak, sudah pasti Dion pun mendapatkan amukan dari Gama. Gama belum diperbolehkan untuk menjenguk karena Zoya yang masih mendapatkan penanganan serius oleh dokter lainnya. Sementara di ruangan itu masuk satu korban lainnya yaitu Amanda yang baru saja tiba tetapi Gama tidak perduli akan wanita itu. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 70. Menunggu

    Yang katanya sudah keluar dari masa kritis itu tidak serta merta membuat Zoya segera sadarkan diri. Sudah dua hari masih belum ada perkembangan yang signifikan. Zoya belum terjaga dari tidur panjangnya. Gama pun masih setia menunggu di sana. Sama sekali Gama tidak meninggalkan Zoya barang sekejap pun. Bahkan Gama juga tidak makan selama dua hari ini. Mana selera makan di saat hati gundah gulana begini. Bisa masuk air saja sudah sangat bersyukur sekali. Zoya sakit dan Gama merasakan kesakitan yang sama. Hanya saja bukan fisik, karena lapar masih bisa di tahan melainkan hati yang sangat geram dengan apa yang telah terjadi. Mengapa harus Zoya yang menjadi korban? Setiap harinya Asisten Dion datang membawakan makanan dan itu hanya dibiarkan oleh Gama di atas meja sofa tanpa minat membukanya hingga terpaksa Asisten Dion buang setelah keesokan harinya. Gama diam di samping Zoya dengan terus memperhatikan sang istri yang terbaring lemas.. "Kapan kamu bangun, Sayang? Apa kamu tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 71. Permintaan Zoya

    "Mas... " "Ya Tuhan... Sayang kamu sudah sadar?" tanya Gama kemudian beranjak dari sana. Zoya tersenyum tipis mendengar itu. Zoya tersenyum merasakan Gama yang memeluk erat dan tiba-tiba Zoya merasakan pundaknya basah. Apa itu karena air mata Gama? Ya, pria itu kembali menangis. Zoya sampai tak habis pikir, ternyata Gama bisa menangis juga dan yang ditangisi adalah dirinya. "Mas pelan-pelan sakit!" keluh Zoya karena Gama yang yang memeluknya semakin erat. Rasanya tubuh seperti dihimpit sesuatu. Mungkin efek kecelakaan juga membuat Zoya merasakan tubuhnya sakit semua. "Eh iya maaf Sayang. Maaf ya, aku sangat bersyukur kamu sudah bangun. Aku takut, Zoya." Gama tertunduk mengecup tangan Zoya. Tangan pria itu mengusap air mata sebelum kembali menatap Zoya. Zoya mengerti, Gama pasti malu terlihat sedih hingga menangis, tapi Zoya paham, laki-laki tak akan sampai seperti ini jika tidak dengan tulus mencintai. "Mas apa kamu setakut itu?" "Apa yang kamu pikirkan Sayang? M

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 72. Kejutan Untuk Zoya

    Permintaan Zoya tak diabaikan begitu saja oleh Gama. Usai mengatakan demikian, Zoya melihat Gama begitu sibuk sekali menghubungi seseorang. Samar terdengar, Gama meminta orang tersebut untuk mencarikan rumah untuk mereka tinggal. Zoya berpura-pura tidur saja padahal dia mendengar apa saja yang Gama katakan. Dalam hati Zoya merasa Gama sangat menyayanginya. Padahal Zoya sempat tidak yakin Gama mau, mengingat sebelumnya pun Gama menolak. Beberapa hari di rumah sakit, kini tiba saatnya Zoya diperbolehkan pulang oleh dokter. Senang tentunya karena sudah tidak betah lagi berlama-lama di sana. Kasihan Gama juga yang lelah menunggu dan mengurusnya. "Kita pulang kemana, Mas? Apartemen?" tanya Zoya sasaat setelah mereka sudah masuk mobil. Namun saat Zoya memperhatikan Gama, terlihat pria itu hanya diam tak minat menjawab. Jelas hal itu membuat Zoya pun penasaran dan geregetan juga pastinya. Ada apa dengan suaminya? "Mas! Kok kamu diam aja? Lagi mikirin apa? Bingung ya mau ajak ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 73. Menegang di Balik Kain Segitiga

    Zoya kagum melihat kamarnya yang sangat luas dengan desain modern dan benar-benar nyaman sekali. Dia dibuat terperangah sampai tidak sadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Ya Tuhan... Rasanya aku seperti mimpi." Zoya sampai tak berkedip melihat kamar utama yang akan menjadi tempat ternyamannya. Dia yang lupa jika masih berada di dalam gendongan Gama pun hendak melangkah menuju kamar mandi untuk melihat keadaan di dalam sana tapi baru saja bergerak, dia tersadar jika masih berada dalam gendongan Gama. "Astaga Mas! Aku mau lihat-lihat. Ini gimana caranya? Sampai lupa aku kalau masih kamu gendong begini," ujar Zoya yang membuat Gama terkekeh mendengar itu. "Kamu terlalu serius Sayang, atau malah kamu menikmati gendonganku?" tanya Gama dengan kedua alis terangkat. "Mas kamu jangan ngarang! Aku mau turun. Penasaran banget sama kamar mandinya. Boleh aku lihat, Mas?" "Boleh, Sayang." Zoya yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Gama pun perlahan mengendurk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 74. Mas Jangan dilepas!

    Suara desahan saling bersahutan begitu menghiasi kamar mewah yang belum ada 24 jam mereka huni. Di sini, di kamar ini, kedua insan saling melebur menjadi satu menggumamkan kalimat cinta yang membuat permainan semakin panas. Gama tentu tidak bisa menolak ajakan Zoya terlebih sudah melihat tubuh sang istri tanpa busana seperti ini. Niat hati nanti dulu tapi istri malah merayu. Hajar tipis-tipis dengan ritme yang lembut mengimbangi Zoya yang baru pulih. Gama begitu menikmati sesapan, lumatan dan goyangan yang Zoya berikan. Rasanya sungguh luar biasa dan dari moment bercinta yang pernah mereka lakukan, hari inilah yang sangat panas hingga membuat Gama geleng-geleng kepala melihat lincahnya Zoya. "Pelan-pelan saja, Sayang! Kamu baru sembuh," ucap Gama mengingatkan tapi Zoya justru menyerang bibirnya, membungkamnya dan tak membiarkannya melarang apa yang menjadi kesenangan sang istri. Rupanya bahagia membuat Zoya agresif sekali. Tentu saja Gama sangat senang hati mendapatkan itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 75. Nakal

    Gimana konsepnya, sudah mandi malah diajak mandi lagi. Apa tidak nakal itu namanya. Begitulah Zoya mengajak Gama mandi lagi. Mereka pun menikmati moment itu sampai sayang sekali ingin mengakhiri tapi jemari mereka sudah terlihat mengkerut karena dingin. Gama pun tak ingin Zoya sakit lagi. Usai mandi lanjut makan. Keduanya begitu menikmati hingga makanan mereka pun habis tak tersisa. Zoya menyandarkan tubuhnya di kursi setelah semua masuk ke dalam perut. "Habis sakit kok banyak makan ya, Mas? Ini aku doyan atau memang kelaparan? Sampai habis begini. Perut aku penuh banget rasanya." Laper ngeluh, kenyang juga tambah berisik. Namun memang benar, perut Zoya penuh sekali. Tak biasanya dia menghabiskan makan dengan porsi banyak. "Bagus dong Sayang. Memang kamu harus banyak makan karena kita akan segera melangsungkan acara pernikahan. Kamu harus sehat terus karena aku akan mengadakan acara yang mewah, Sayang." "Mas ini pernikahan kedua loh. Nggak perlu megah-megah juga nggak m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 76. Mas Suami Meresahkan

    Pagi ini di rumah baru, Zoya tidak terlalu sibuk karena memang tidak ada yang harus diurus selain Gama. Belum ada bahan masakan yang harus dimasak dan kebetulan akan dipersiapkan nanti. Zoya yang terjaga lebih dulu pun segera beranjak dari saat. Namun bangun tidur badan agak ngilu, mungkin karena saking semangatnya main terus sama Mas suami. Begitu nikmat sampai nagih dan tidak memikirkan bagaimana tubuhnya setelah itu. Hawa rindu menggebu, jadi inginnya sayang-sayangan terus. Padahal tubuh juga butuh istirahat. Namun pagi ini harus berkegiatan seperti biasanya. Zoya memutuskan untuk lebih dulu mandi sebelum Gama bangun. Niatnya mau cari sarapan tapi masih asing di sini. Mana ada yang jualan pinggir jalan di dalam kompleks yang mewah seperti ini? Alhasil Zoya order saja yang penting suami bangun sarapan sudah ada. "Sayang... " Zoya terkejut saat tiba-tiba merasakan pelukan dari seseorang yang tentunya itu adalah Mas suami. Ya, siapa lagi jika bukan Gama. Mereka hanya be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 135. Sabar!

    Untuk kedua kalinya, Gama merasakan ketakutan yang sama karena Zoya mengalami musibah tak terduga. Apa yang terjadi saat ini seperti sesuatu yang terulang kembali. Hal pait yang mengancam nyawa sang istri dan lagi-lagi karena kelalaiannya. Gama merasa bersalah karena semua terjadi saat Zoya tidak bersamanya. "Andai aku tidak meninggalkan dia sendirian. Ya Allah berikan aku kesempatan untuk menjaga titipanmu sekali lagi." Gama terduduk di depan pintu ruangan Zoya. Dia menekuk kaki dengan tatapan nanar ke depan. Sudah habis rasa penyesalan yang begitu banyak hingga seorang Gama kembali menangis. Diam Gama menunduk dengan menyembunyikan wajahnya. Namun kedatangan nenek dan juga Sinta membuatnya mendongak menatap keduanya. "Gama... Nak?" Nenek langsung berjongkok dan memeluk Gama. Rapuh Gama tak ada penolakan hingga nenek memberikan sentuhan untuk menguatkan. "Sabar, Nak! Sabar! Ini ujian untuk kalian. Kamu harus kuat, Nak! Zoya butuh doa dari kamu. Zoya butuh dukungan. Ins

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 135. Tidak Mati

    Gama belum diperbolehkan masuk oleh Dokter karena alasan medis. Masih butuh waktu untuk ke tahap dimana Zoya bisa dijenguk. Sampai dimana Gama hanya bisa melihat dari celah jendela. Terdiam Gama memperhatikan dengan kedua mata yang basah. "Sayang... " Gama mengepalkan kedua tangannya kemudian memukul tembok tanpa mengalihkan pandangannya pada Zoya. Di sana, wanitanya tengah berjuang dalam kesakitan. "Ya Tuhan, kembali aku meminta padamu untuk keselamatan istriku." Gama menunduk dan menitikkan air mata. Dadanya bergemuruh setelah tau apa yang terjadi pada Zoya. Emosi Gama kembali menyala kala teringat penyebab Zoya mengalami musibah ini. "Dito, kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan. Cepat pergi sekarang dan jangan lepaskan pelakunya. Kalau perlu habiskan nyawanya sekalian!" perintah Gama. Kedua mata pria itu tajam menatap ke arah Dito yang mengangguk menyanggupi. "Baik, Tuan. Akan segera saya kerjakan." Dito pun bergegas pergi dari sana. Gama diam memperhatika

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 134. Kritis

    "Rumah sakit?" Gama berlari kembali masuk mobil diikuti dengan Dito yang langsung duduk di kursi kemudi. Dengan cepat Asisten Dito melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat tempat Zoya dirawat. Gama mengacak rambutnya dengan wajah kacau. Mendengar Zoya masuk rumah sakit, seketika tulangnya melemah hingga tak mampu untuk berdiri dengan tegak. "Cepat sedikit Dit! Aku sudah tidak sabar untuk tau kondisi istriku. Zoya pasti kesakitan saat ini." Sebetulnya Gama tidak tau apa yang Zoya derita saat ini, tapi masuknya sang istri ke rumah sakit tentu saja karena ada yang dikeluhkan. Itu semua karena Gama tidak lebih dulu mendengarkan apa yang security tadi ingin sampaikan padanya. Pikiran Gama sudah tak karuan setelah mendengar Zoya masuk rumah sakit sehingga langsung memutuskan masuk mobil. "Saya harap Tuan bisa lebih tenang." "Bagaimana aku bisa tenang, Dito? Tidak mungkin aku santai saat tau istriku sedang tidak baik-baik saja. Tadi Zoya sempat menghubungiku tapi sayang

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 133. Bu Zoya Tidak Ada

    Panggilan masuk ke dalam ponsel Gama tak membuat pria itu terganggu. Gama yang begitu sibuk, sama sekali tidak sadar jika ponselnya yang ada di dalam tas kerja berdering berulang kali. Yang Gama pikirkan saat ini hanya satu, perkerjaan selesai karena sudah diburu waktu. Sadar jika dirinya tengah ditunggu istri tercinta di kantor. Sementara di tempat kejadian perkara, Zoya mendapatkan pertolongan dari pihak mini market yang kini sudah memanggil tenaga medis untuk menolong Zoya. Banyak yang menghampiri tapi tak banyak yang berani menolongnya. Yang ada hanya menonton kejadian naas itu dengan wajah menahan ngeri. Apalagi kejadian ini diduga peluru nyasar tapi pihak berwajib yang datang tetap akan melanjutkan penyelidikan. Untuk mencari tau siapa yang membawa pistol tanpa ijin terlebih dahulu. Sayangnya Gama yang merupakan keluarga korban, setelah melihat panggilan keluar terakhir dari ponsel Zoya, justru tidak ada tanggapan. Hasilnya malah nihil, Gama tidak bisa dihubungi. Ya

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 132. Sebuah Peluru

    Pekerjaan segera diselesaikan hari itu juga. Gama dan Zoya begitu giat karena memang ingin cuti. Jadi jangan sampai terlalu merepotkan Dito juga nantinya. Kasihan kalau sampai Asisten Dito dibuat repot sana sini. Sadar jika pekerjaan itu tanggung jawab mereka penuh. Khususnya Gama yang mana sebagai pemimpin di dua perusahaan. Siangnya Gama pun pergi ke perusahaan peninggalan sang Ayah. Gama meninggalkan Zoya yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu pergi bersama dengan Asisten Dito tanpa mengajak Zoya. Namun sebelum pamit pada Zoya. Gama memastikan dulu kalau Zoya tidak masalah ditinggal. Gama terlihat sangat perhatian dan tidak ingin Zoya merasa tidak nyaman karena ditinggal sendirian. "Aku hanya sebentar, di sana juga harus aku bereskan. Kamu kalau sudah, tunggu aku saja di dalam. Jangan pulang sendiri! Nanti aku jemput." Gama mengusap kepala Zoya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Biasa bersama, meninggalkan Zoya begini terlihat sangat-sangat berat sekali.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 131. Tidak Buruk

    Zoya menatap semua orang yang ada di sana. Mereka semua terlihat tak percaya dengan apa yang mereka dengar sedangkan sebelumnya orang-orang itu sudah memprediksi jika dirinya ada hubungan terlarang dengan kakak ipar. Apalagi video dulu yang tersebar, mereka tau akan itu. Hanya saja memang Zoya dan Gama yang menjaga jarak, sempat mematahkan apa yang menjadi pemikiran mereka. "Bapak serius? Mendadak sekali, Pak? Tidak terlihat tau-tau menikah." "Iya Pak, tapi kami doakan semoga langgeng. Sakinah, mawadah, warahmah." "Aamiin... " Zoya mengangguk ramah dan tersenyum mendengar itu. Zoya menoleh ke arah Gama yang semakin mengeratkan genggaman tangannya. Tatapan keduanya bertemu hingga Gama gemas dan mengacak rambutnya. Lagi-lagi keharmonisan itu membuat para karyawan yang melihat mereka nampak terkesima. "Undangan akan saya berikan via online. Saya juga meminta pada kalian untuk bekerja dengan baik. Saya akan ambil cuti. Jadi saya tidak ingin ada masalah pada kalian dan per

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 130. Ricuh

    Entah mengapa Zoya merasa curiga dengan keceriaan Sena. Wanita itu begitu mudah mengiyakan. Bukankah Sena suka dengan Gama? Harusnya tidak senang dengan apa yang akan terlaksana nanti. Usai sarapan, Zoya dan Gama pamit untuk berangkat ke kantor. Ini hari terakhir mereka bekerja sebelum besok mempersiapkan diri untuk hari pernikahan mereka. Tak ada orang tua dan sanak saudara yang sangat dekat, membuat keduanya lebih mendiri menghadapi semua ini. Gama juga tidak terlalu memusingkan karena selagi ada uang, semua bisa beres dengan cepat. Zoya pun berusaha untuk santai walaupun sebenarnya dia agak deg-degan menghadapi banyak tamu nanti yang pastinya memiliki pemikiran beragam pada mereka. "Dito, kita adakan meeting! Siapkan semua karyawan dan minta mereka berkumpul di bawah!" perintah Gama. "Baik, Tuan." Asisten Dito pun segera melaksanakan tugas. Pria itu segera mengumpulkan semua karyawan tanpa terkecuali melalui para manager tiap-tiap divisi. Gama pun bersiap untuk it

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 129. Undangan

    Pagi ini kembali Gama dan Zoya bergabung dengan keluarga Atmanegara dalam satu meja makan untuk sarapan bersama. Mereka sudah kembali berbaur dengan percakapan dan pembahasan yang lebih santai dari pada semalam. Mungkin karena nenek pun menyadari jika semalam sudah membuat situasi tidak nyaman jadi untuk pagi ini tidak menyinggung dulu masalah perusahaan ataupun rumah. "Gama mau langsung berangkat kerja?" tanya Nenek pada Gama yang terlihat lebih cerah pagi ini. Bagaimana tidak jika Gama sudah habis top up tadi. Sudah memberikan gebrakan pada sang istri dan ternyata juga pada tetangga kamar sebelah yang begitu penasaran pada Gama sampai-sampai sekarang belum turun. "Iya, Nek. Kami akan langsung kerja. Bagaimana dengan kesehatan Nenek? Apa sudah merasa lebih baik dari sebelumnya?" tanya Gama pada Nenek yang tersenyum mengangguk. Zoya hanya diam menyimak obrolan itu begitupun dengan Santi dan juga Bara. Mereka sudah lebih dulu sarapan dan tak menunggu Sena yang memang hobi

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR    Bab 128. Di Fajar Yang Nikmat

    Mendengar permintaan Zoya dengan suara yang manja tentu saja semakin membangkitkan gairah Gama yang sudah sangat memuncak. Hanya saja sebisa mungkin Gama menahannya. Zoya juga lupa padahal semalam dia merasa ragu untuk bercinta di rumah ini tapi setelah disentuh tepat pada titik sensitifnya, Zoya tak bisa menolak Gama dengan segala pesona pria itu. Awalnya menolak sekarang malah menggeliat meminta lebih. Itulah wanita ketika sudah kena titik sensitif di tubuhnya. Apalagi Gama yang tidak pernah meleset karena sudah sangat hafal mana saja tempat yang membuat Zoya membuka kedua kakinya. "Aku suka jika kamu meminta Sayang. Begini? Apa sudah nikmat? Atau kamu ingin yang lebih dari ini? Yang lebih kasar tapi membuat tubuhmu semakin menggeliat?" "Lakukan, Mas! Lakukan itu semua untukku!" sahut Zoya pasrah. Otak Zoya sudah dipenuhi dengan hal nikmat ini hingga dia tak lagi bisa mengatakan tidak. Ini sangat nikmat. Bercinta di pagi hari memang rasanya lebih gereget sekali.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status