RAHASIA TIGA HATI - Rahasia Bre mengabaikan Agatha yang tersenyum. Dilewatinya sang istri lantas meraih bajunya di atas tempat tidur. Kemudian mengambil rokok dari dalam laci. "Nggak usah menggodaku seperti itu? Kamu yang akan rugi sendiri. Kamu sudah tahu pernikahan kita seperti apa," ucap Bre tanpa memandang Agatha."Aku nggak bisa melakukannya denganmu," tambahnya lagi.Apa yang terjadi jika seorang suami berkata seperti itu, sedangkan dirinya nyaris tel*njang dihadapannya?Agatha terpaku. Malu, kecewa, tersinggung, marah, ingin menangis juga. Sampai tubuhnya terasa panas dingin mendengar ucapan suaminya. Manusia seperti apa Bre ini. Sudah totalitas ia mempersiapkan diri, tapi tidak dipedulikan. Apa sedikit saja ia tidak tergoda. Tanpa cinta pun lelaki bisa melakukannya bukan? Seperti laki-laki yang suka memesan perempuan panggilan. Apa mereka melakukannya atas dasar cinta? Tidak. Mereka hanya ingin melampiaskan na*sunya saja.Tapi Bre ini, ada yang halal pun ia enggan menyentuh
Melihat Agatha diam, Bu Rika khawatir. Bagaimana jika Agatha menyerah? Tentu perceraian Bre kali kedua dengan Agatha, pasti akan menjejaskan nama baiknya."Mama mau nyamperin Bre dulu." Bu Rika meletakkan sendok kemudian bangkit dari duduknya dan menaiki tangga. Lama-lama ia ingin mengamuk pada putranya.Pintu langsung dibuka dan mengagetkan Bre yang tengah mengancingkan kemeja. "Bre, mama ingin bicara." Bu Rika berkacak pinggang, berdiri tidak jauh dari Bre."Kamu ini nggak bisa berubah, ya. Apa sih maumu. Ini hidupmu yang sekarang, tinggalkan yang sudah lewat. Kasihan Agatha kamu perlakuan seperti ini. Dia juga punya hati, punya perasaan. Dia juga punya rasa lelah.""Sama, Ma. Aku juga punya rasa lelah. Capek dengan semua aturan mama selama ini. Aku sudah menuruti apa yang mama mau. Aku nggak boleh punya anak dengan Livia, karena mama nggak ingin punya keturunan yang dilahirkan Livia. Nggak ingin punya keturunan dari orang gila. Tapi siapa yang gila sebenarnya, Ma. Aku yang bakalan
RAHASIA TIGA HATI - Masa Lalu "Sedikit banyak Tante Yulia pasti tahu tentang kisah mereka," kejar Bre setelah tantenya selesai menelpon.Wanita anggun itu tersenyum tenang seraya meraih gelas minumnya. Selesai minum ia memandang Bre. "Tante menikah sama Om Rinto setelah kakakmu umur empat tahun, Bre. Mana tante tahu kisah papa dan mamamu."Rinto memang adik bungsu Bu Rika. Mereka tiga bersaudara dan anak nomer dua tinggal di luar pulau. Ke Surabaya setahun sekali di waktu lebaran atau tahun baru."Tapi aku yakin, Tante Yulia pasti pernah mendengar kisah mereka meski hanya sekilas." Bre tidak percaya atas pengakuan Bu Yulia. Mana mungkin tidak tahu sama sekali."Mungkin Mbak Ita yang tahu, Bre."Ita ini kakaknya Rinto. Usianya dengan Bu Rika hanya selisih tiga tahunan.Bre menghela napas panjang. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hatinya. Bu Yulia prihatin. Dia tahu kalau sang keponakan sedang tertekan. Namun dirinya tidak bisa membantu. Bu Yulia sudah sangat paham Bu Rik
"Papa merestui kamu sama Livia. Dia gadis yang baik. Papa suka sama dia. Sopan dan nggak banyak tingkah." Ini ucapan papanya ketika Bre berbincang tentang kekasihnya. Waktu itu sudah beberapa kali Livia diajak Bre bertemu Pak Hutama."Tapi mama nggak suka, Pa.""Lambat laun mamamu pasti luluh. Sabar. Seorang ibu memang begitu. Khawatir putranya tidak mendapatkan pendamping yang tepat. Lagian mamamu sudah terlanjur dekat dengan Agatha." Ucapan sang papa untuk menenangkannya."Perjuangkan kalau kamu memang mencintainya. Jadi lelaki harus tangguh, Bre. Toh, pilihanmu gadis baik-baik. Yakinkan mama, bahwa Livia satu-satunya yang ingin kamu nikahi. Jangan lemah jika kamu tidak ingin menyesal kehilangan perempuan yang kamu inginkan."Bre menunduk dalam-dalam saat ingat ucapan papanya itu. Netranya memerah menahan sebak dalam dada. Bre baru menyadari bahwa kalimat-kalimat papanya memiliki makna yang begitu dalam. Dulu Bre mengira, itu nasehat wajar seorang ayah pada putranya yang sedang jatu
RAHASIA TIGA HATI - Pria Perhatian Agatha menyambut ramah kedatangan Bre. Senyumnya terbit sambil menggandeng sang suami masuk ke dalam rumah. "Sudah ditunggu papa dan mama di dalam, Mas."Bre mengikuti istrinya tanpa menjawab apa-apa. Sikap Agatha tidak sesuai dengan dugaannya. Dipikir Agatha cemberut, judes, dan mengadukan permasalahan mereka pada kedua orang tuanya. Namun melihat sambutan hangat sang mertua, sepertinya Agatha tidak melakukan hal itu.Dengan sikap santun, Bre menyalami kedua mertuanya. Mereka mempersilakan untuk duduk. Sambil makan yang dibahas tentang bisnis. Tentang usaha lain yang tengah dirintis oleh Pak Wawan. Namun Bre tidak serius menanggapi. Jika ingat bahwa mereka adalah orang-orang yang termasuk menjegal bisnis Pak Rosyam, Bre jadi tidak respek. Kenapa tidak dari dulu ia menyadari hal ini. Kenapa ia menutup mata dengan kenyataan yang ada. Kenapa juga tidak mencari tahu dan percaya begitu saja dengan kata-kata sang mama. Sampai semuanya ini harus dibaya
Bu Ana tidak pernah tahu kasus penculikan Livia yang dilakukan oleh Bre. Alan menutup rapat kejadian itu. Bahkan Pak Rosyam pun tidak diberitahu. Sebab Adi juga tidak pernah cerita apa-apa jika bertemu Pak Rosyam di kantor. Adi juga sangat bisa dipercaya."Kalau kamu pengen apa-apa segera beli. Apalagi sekarang serba mudah. Bisa delivery order. Nggak usah takut gemuk. Pengen makan apapun makan saja, asal jangan berlebihan. Nanti kalau sudah melahirkan, badanmu akan kembali langsing."Livia tertawa mendengar ucapan mertuanya. Wanita itu tahu juga kalau ia sempat resah karena kenaikan berat tubuhnya yang membuat makin berisi."Maaf, mama belum bisa ke Surabaya. Masih nungguin budhe yang sakit. Kasihan kalau mama tinggal. Mantunya lagi hamil tua juga, jadi nggak bisa jagain. Tapi mama tetap akan bikin acara empat bulanan kehamilanmu di sini.""Iya, Ma. Mas Alan bilang kami akan pulang ke Sarangan bersama ayah juga.""Nggak usah pulang kalau kondisimu nggak memungkinkan. Mama khawatir kal
Hampir setahun belakangan ini, akhir pekan bagi Bre menjadi hari yang sangat menyebalkan. Bertemu mamanya dua hari dua malam dengan segala omelannya membuat Bre jengah. Pembahasan yang membosankan baginya. Terutama tentang rumah tangganya.Bre menghela nafas panjang sambil nyetir di tengah kemacetan kota Surabaya sehabis Maghrib itu. Rasanya malas sekali untuk pulang."Aku akan mengakhiri hidupku jika kita bercerai," ancam Agatha dua minggu yang lalu. Pada saat Bre mengajaknya membahas tentang rumah tangga mereka. Sungguh pernyataan di luar dugaan. Apa yang membuat Agatha mengancam seperti itu. Padahal jelas, dirinya bukan suami yang baik. Peluang Agatha mendapatkan pria baik-baik terbuka lebar setelah berpisah nanti."Aku nggak akan bisa membuatmu bahagia.""Bahagia atau enggak, itu urusanku," jawab Agatha. "Nggak apa-apa kita jalani hidup seperti ini saja sampai kita menua dan mati. Toh sebenarnya kita sudah sama-sama hancur, bukan. Kamu hancur karena Livia, aku hancur karena kamu,
RAHASIA TIGA HATI - RomansaTidak sabar. Tentu saja. Alan sudah merencanakan momen ini jauh-jauh hari. Setelah menikah mereka belum sempat berbulan madu, karena sibuknya pekerjaan. Ketika masih dalam suasana menikmati manisnya pengantin baru, terus Livia mengandung. Kemudian ada permasalahan dengan Bre, dan Alan pun harus menahan diri, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada calon anaknya.Livia diturunkan di ranjang king size. Alan melepaskan jaketnya dan menyisakan kaus putih di dalamnya. Ia menahan tangan Livia yang hendak menarik selimut."Kita tidak akan tidur, Livi.""Kata mama harus hati-hati. Tiga puluh menit saja, kan?" Livia mengejek suaminya dengan sebuah senyuman."Mama bukan dokter, abaikan itu. Mama hanya khawatir. Btw, tiga puluh menit terlalu singkat, Sayang." Alan menatap lekat manik mata Livia. Tangannya menarik tali kimono warna soft pink yang dipakai istrinya.Ah, Livia hanya menggoda Alan. Padahal dia juga rindu pada suaminya. Ingat kan, betapa ia gelisah dan ur