"Mungkin memang sudah takdirku menikah dengan Mas Bre dan menghadapi ujian seperti ini," gumam Agatha lirih setelah beberapa saat terdiam.Kenny menahan tawa. Takdir katanya? Merebut suami orang secara halus begitu dibilang takdir. Bukan takdir, tapi karma. Dan itu yang sekarang dialami oleh Agatha. Namun Kenny hanya membatin."Kupikir seiring berjalannya waktu, semuanya bisa berubah. Ternyata tidak. Malah makin parah. Dan orang tuaku sama sekali tidak tahu kalau anaknya mengalami takdir pernikahan seperti ini.""Jangan membawa-bawa takdir, Tha." Kenny akhirnya bicara juga."Kalau bukan takdir apa namanya, Mbak?" Dua menantu itu saling berpandangan."Jika merusak rumah tangga orang dibilang takdir, mana mungkin Rasulullah tidak mau mengakui bagian dari umatnya bagi orang-orang yang merusak rumah tangga orang lain. Semua memang berjalan atas izin dari Allah. Tapi ingat, Allah juga membekali manusia dengan akan pikiran. Supaya bisa berpikir dan membuat keputusan mana yang benar dan man
RAHASIA TIGA HATI - Malu Sendiri Alan tidak bisa mencegah Livia yang mendahului turun dari mobil. Padahal ia sangat khawatir kalau sampai Bu Rika menyerang secara mental pada istrinya. Padahal Livia baru kembali ceria. Alan cemas dengan psikis sang istri yang tengah hamil muda.Bu Rika pun kaget saat melihat Alan dan Livia turun dari kendaraan. Begitu juga dengan Ella yang berdiri di teras kantor papanya. Tidak mengira kalau Alan akan mengajak istrinya. Biasa Alan ke mana-mana sendirian. Tugas Livia hanya duduk di belakang meja kerja untuk mengurus masalah keuangan.Livia mengangguk sebagai sapaan pada mantan mertuanya. Alan juga tersenyum sekilas. Wanita yang melangkah ke arah kantor itu belum tentu mau disalami. Masih terlihat jelas rona kebencian tampak di wajahnya ketika menatap Livia. Tidak ada senyuman untuk membalas sapaan mantan menantu.Tangan Livia di gandeng Alan saat mereka melangkah ke teras kantor. "Selamat pagi, Mbak Ella," sapa Livia ramah. "Pagi, Livia. Nggak nyan
"Saya nggak merendahkan Bu Rika. Dunia yang kita geluti berbeda. Wajar saja kalau saya mesti berhati-hati, seperti Anda yang meragukan kemampuan saya tadi. Kredibilitas meliputi kualitas, kapabilitas, layak dipercaya atau tidak. Kalau kita saling meragukan, tidak perlu bekerjasama. Saya tidak apa-apa kalau kerjasama ini harus batal, Pak Robert."Bu Rika bungkam. Wajahnya merona merah antara malu dan marah. Ella makin cemas kalau Alan membuat keputusan untuk membatalkan rencana kemarin. Padahal semua sudah dibicarakan secara matang.Pak Robert menghela napas dalam-dalam. Jelas saja dia tidak ingin kehilangan partner kerja seperti Alan. Lelaki yang diidamkan menjadi menantunya. Pria potensial dalam dunia usaha. Walaupun masih muda, tapi memiliki banyak kemampuan dan pengalaman.Sementara Livia tidak gentar sedikitpun saat menyaksikan perdebatan itu. Ia percaya pada suaminya. Alan tidak akan bicara dan mengambil keputusan seenaknya tanpa berpikir secara rasional. Alan tidak segan menguru
RAHASIA TIGA HATI - Rahasia Bre mengabaikan Agatha yang tersenyum. Dilewatinya sang istri lantas meraih bajunya di atas tempat tidur. Kemudian mengambil rokok dari dalam laci. "Nggak usah menggodaku seperti itu? Kamu yang akan rugi sendiri. Kamu sudah tahu pernikahan kita seperti apa," ucap Bre tanpa memandang Agatha."Aku nggak bisa melakukannya denganmu," tambahnya lagi.Apa yang terjadi jika seorang suami berkata seperti itu, sedangkan dirinya nyaris tel*njang dihadapannya?Agatha terpaku. Malu, kecewa, tersinggung, marah, ingin menangis juga. Sampai tubuhnya terasa panas dingin mendengar ucapan suaminya. Manusia seperti apa Bre ini. Sudah totalitas ia mempersiapkan diri, tapi tidak dipedulikan. Apa sedikit saja ia tidak tergoda. Tanpa cinta pun lelaki bisa melakukannya bukan? Seperti laki-laki yang suka memesan perempuan panggilan. Apa mereka melakukannya atas dasar cinta? Tidak. Mereka hanya ingin melampiaskan na*sunya saja.Tapi Bre ini, ada yang halal pun ia enggan menyentuh
Melihat Agatha diam, Bu Rika khawatir. Bagaimana jika Agatha menyerah? Tentu perceraian Bre kali kedua dengan Agatha, pasti akan menjejaskan nama baiknya."Mama mau nyamperin Bre dulu." Bu Rika meletakkan sendok kemudian bangkit dari duduknya dan menaiki tangga. Lama-lama ia ingin mengamuk pada putranya.Pintu langsung dibuka dan mengagetkan Bre yang tengah mengancingkan kemeja. "Bre, mama ingin bicara." Bu Rika berkacak pinggang, berdiri tidak jauh dari Bre."Kamu ini nggak bisa berubah, ya. Apa sih maumu. Ini hidupmu yang sekarang, tinggalkan yang sudah lewat. Kasihan Agatha kamu perlakuan seperti ini. Dia juga punya hati, punya perasaan. Dia juga punya rasa lelah.""Sama, Ma. Aku juga punya rasa lelah. Capek dengan semua aturan mama selama ini. Aku sudah menuruti apa yang mama mau. Aku nggak boleh punya anak dengan Livia, karena mama nggak ingin punya keturunan yang dilahirkan Livia. Nggak ingin punya keturunan dari orang gila. Tapi siapa yang gila sebenarnya, Ma. Aku yang bakalan
RAHASIA TIGA HATI - Masa Lalu "Sedikit banyak Tante Yulia pasti tahu tentang kisah mereka," kejar Bre setelah tantenya selesai menelpon.Wanita anggun itu tersenyum tenang seraya meraih gelas minumnya. Selesai minum ia memandang Bre. "Tante menikah sama Om Rinto setelah kakakmu umur empat tahun, Bre. Mana tante tahu kisah papa dan mamamu."Rinto memang adik bungsu Bu Rika. Mereka tiga bersaudara dan anak nomer dua tinggal di luar pulau. Ke Surabaya setahun sekali di waktu lebaran atau tahun baru."Tapi aku yakin, Tante Yulia pasti pernah mendengar kisah mereka meski hanya sekilas." Bre tidak percaya atas pengakuan Bu Yulia. Mana mungkin tidak tahu sama sekali."Mungkin Mbak Ita yang tahu, Bre."Ita ini kakaknya Rinto. Usianya dengan Bu Rika hanya selisih tiga tahunan.Bre menghela napas panjang. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan kegelisahan hatinya. Bu Yulia prihatin. Dia tahu kalau sang keponakan sedang tertekan. Namun dirinya tidak bisa membantu. Bu Yulia sudah sangat paham Bu Rik
"Papa merestui kamu sama Livia. Dia gadis yang baik. Papa suka sama dia. Sopan dan nggak banyak tingkah." Ini ucapan papanya ketika Bre berbincang tentang kekasihnya. Waktu itu sudah beberapa kali Livia diajak Bre bertemu Pak Hutama."Tapi mama nggak suka, Pa.""Lambat laun mamamu pasti luluh. Sabar. Seorang ibu memang begitu. Khawatir putranya tidak mendapatkan pendamping yang tepat. Lagian mamamu sudah terlanjur dekat dengan Agatha." Ucapan sang papa untuk menenangkannya."Perjuangkan kalau kamu memang mencintainya. Jadi lelaki harus tangguh, Bre. Toh, pilihanmu gadis baik-baik. Yakinkan mama, bahwa Livia satu-satunya yang ingin kamu nikahi. Jangan lemah jika kamu tidak ingin menyesal kehilangan perempuan yang kamu inginkan."Bre menunduk dalam-dalam saat ingat ucapan papanya itu. Netranya memerah menahan sebak dalam dada. Bre baru menyadari bahwa kalimat-kalimat papanya memiliki makna yang begitu dalam. Dulu Bre mengira, itu nasehat wajar seorang ayah pada putranya yang sedang jatu
RAHASIA TIGA HATI - Pria Perhatian Agatha menyambut ramah kedatangan Bre. Senyumnya terbit sambil menggandeng sang suami masuk ke dalam rumah. "Sudah ditunggu papa dan mama di dalam, Mas."Bre mengikuti istrinya tanpa menjawab apa-apa. Sikap Agatha tidak sesuai dengan dugaannya. Dipikir Agatha cemberut, judes, dan mengadukan permasalahan mereka pada kedua orang tuanya. Namun melihat sambutan hangat sang mertua, sepertinya Agatha tidak melakukan hal itu.Dengan sikap santun, Bre menyalami kedua mertuanya. Mereka mempersilakan untuk duduk. Sambil makan yang dibahas tentang bisnis. Tentang usaha lain yang tengah dirintis oleh Pak Wawan. Namun Bre tidak serius menanggapi. Jika ingat bahwa mereka adalah orang-orang yang termasuk menjegal bisnis Pak Rosyam, Bre jadi tidak respek. Kenapa tidak dari dulu ia menyadari hal ini. Kenapa ia menutup mata dengan kenyataan yang ada. Kenapa juga tidak mencari tahu dan percaya begitu saja dengan kata-kata sang mama. Sampai semuanya ini harus dibaya