Share

PART 5

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-09-29 14:07:34

Dari sejak semalam setelah mentransfer uang yang dipinjem oleh ibunya mas Alvin, rasanya aku memang agak malas memegang ponselku lagi. Hingga sore itu saat mbak Dewi dan mbak Rida serta keluaraganya berpamitan, aku baru masuk kamar untuk melihat ponselku lagi. 

 

Ternyata sudah banyak sekali notifikasi di sana.  Teman-temanku yang tiba-tiba pada merasa kehilangan karena aku tak ikutan nimbrung di group chat, ucapan terima kasih dari calon mertuaku karena uang sudah kutransfer, mas Alvin yang menanyakan kabarku dan memberitahu bahwa dia sedang lembur masuk kerja hari ini, dan apa ini? Pesan dari adiknya mas Alvin? Dian bahkan ini padahal tak menyimpan nomer ponselku. Lalu Vita, adik ipar mas Alvin, yang tiba-tiba juga basa basi menanyakan aku sedang apa hari ini.

 

Rasanya agak aneh karena sebelumnya mereka tidak menyimpan nomerku dan tiba-tiba story mereka sudah ada di whatsappku hari ini. 

 

Mas Alvin memang dari awal sudah memintaku menyimpan nomer ponsel seluruh keluarganya. Dia bilang kalau nanti ada apa-apa aku akan gampang menghubungi siapa. Dan aku pun menurutinya sebagai bentuk penghargaanku karena sudah mendapat kepercayaan darinya. 

 

Saat sedang konsen membalas chat-chat itu, mendadak ada notifikasi dari sms-bankingku. Dana masuk sebesar 1 juta rupiah dari nomer rekening mas Alvin. Dahiku sontak berkerut. Lalu sejenak kemudian, pesan mas Alvin masuk.

 

[Kok baru online?]

[Dari mana aja, Dek?]

[Oya, mas udah transfer uang yang buat periksa bapak kemarin ya. Semoga gak kurang.]

 

Karena sudah terlanjut membaca pesan itu, akhirnya aku pun segera membalasnya.

 

[Maaf, Mas, hari ini sibuk banget di rumah. Mbak Dewi dan mbak Rida dateng.]

[Kenapa ditransfer sih, Mas? Kan aku udah bilang nggak usah.]

 

Lalu kuselipi emoticon sedih di bawahnya. Pesan itu terbaca tapi mas Alvin tak terlihat sedang mengetik. Danì seperti yang sudah kuduga, dia langsung menelponku.

 

"Capek ya?" tanyanya sebelum sempat membalas salamku. 

 

"Lumayan, Mas," jawabku sekenanya. 

 

"Nanti mas pulang kantor jam 5. Mas mampir ya? Mau dibawain apa?" tawarnya. 

 

"Enggak usah Mas, ngerepotin."

 

"Kamu kok masih itung-itungan gitu sih Dek sama calon suami?" protesnya.

 

"Mas sendiri juga masih itung-itungan gitu kok. Buktinya tadi ngapain pake transfer uang segala?" protesku balik. 

 

"Itu beda, Sayang. Uang buat periksa bapak kan bukan tanggung jawabmu, tapi tanggung jawabku. Lagipula kemarin aku sudah ngrepotin kamu minta tolong nganter bapak. Masa' iya minta dibayarin juga," katanya panjang lebar.

 

"Iya, tapi kebanyakan mas. Kemarin habisnya cuma 400 ribu kok."

 

"Ya sudah, sisanya anggap saja nafkah dari suami," kelakarnya.

 

"Hmm ... baru calon suami, belum jadi suami. Jadi belum wajib kasih nafkah," ucapku dengan nada meledek.

 

"Nah gitu dong, semangat ngobrolnya. Jangan males-malesan kayak kemarin." Mas Alvin pun terdengar terkekeh dari seberang.

 

Begitulah memang mas Alvin. Selalu tak membiarkanku dalam kesedihan. Ibu memang benar, lelaki ini memang baik. Tak seharusnya aku melukainya dengan membatalkan pernikahan kami. Kalau sampai iu terjadi, pasti tak akan adil buat dia. 

 

"Dah dulu ya, Dek. Aku selesaikan kerjaan. Habis ini aku mampir ke rumah," pamitnya kemudian. 

.

.

.

Hanya berselang satu setengah jam setelah panggilan teleponnya, mobil mas Alvin pun sudah terlihat memasuki rumah. 

 

Seperti biasa, bapak yang menyambutnya paling antusias. Bagi bapak, mas Alvin adalah pahlawan bagi putri bungsunya ini karena ternyata masih ada yang melamar di usianya ke 28 tahun. Dari dulu bapak yang sering khawatir bahwa aku takkan menikah dalam waktu dekat. Ternyata, calon suamiku justru yang yang fisiknya paling ganteng menurut bapak. Kerjaan mas Alvin juga paling mapan dibanding mas Ridwan dan mas Faris saat dulu melamar dua kakak perempuanku itu. Sebangga itu bapak sama mas Alvin. Apa aku akan sampai hati melukai perasaan bapak?

 

"Kamu itu beruntung, usia sudah tua, masih bisa dipersunting lelaki tampan dan mapan macam Alvin," ujar bapak berulang kali saat ingin mengingatkanku untuk selalu bersyukur. 

 

Usai menunaikan sholat maghrib berjamaah di masjid dekat rumah, terlihat keduanya nampak melanjutkan obrolan lagi di teras. Bapak baru meninggalkan mas Alvin untuk masuk rumah saat melihatku datang membawakan dua cangkir kopi untuk mereka. 

 

"Kopi bapak buat kamu aja, Na. Bapak dari tadi pagi udah kebanyakan kopi," katanya sambil melangkah perlahan memasuki rumah. 

 

"Kamu sehat kan ,Dek, hari ini?" tanyanya saat bapak sudah tak terlihat diantara kami.

 

"Sehat kok, Mas."

 

"Aku kira kamu lagi sakit. Soalnya dari kemarin ngomongnya irit banget," katanya sambil terkekeh.

 

"Nggak apa-apa kok. Itu mas, lagi ...." Aku ragu untuk melanjutkan kalimatku.

 

"Lagi apa? Dapet tamu bulanan?" tebaknya.

 

"Enggak. Bukan itu."

 

"Trus?" Mata mas Alvin memicing ke arahku.

 

"Itu Mas ... mmm ... aku mau ngomong agak serius sama Mas. Boleh?"

Related chapters

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 6

    "Jadi kamu pengen tinggal sendiri setelah kita nikah nanti?"Mas Alvin memandangku dengan tatapan serius setelah mendengarkan keinginanku seperti yang disarankan ibu. Dan aku hanya mengangguk menanggapinya."Apa benar alasannya hanya agar kita bisa belajar mandiri, Dek? Nggak ada alasan yang lainnya?" Mas Alvin semakin serius menatapku. Kali ini aku menggeleng ragu."Maaf kalau pertanyaan mas sedikit memaksa. Soalnya ini sudah keluar dari kesepakatan kita waktu itu kan? Dulu kita sudah berencana tinggal di rumah orangtuaku barang satu atau dua tahun dulu sampai kita punya cukup uang untuk membeli rumah. Kan kamu sendiri yang bilang nggak waktu itu kan, Dek?""Iya, mas. Tapi sekarang aku berubah pikiran. Aku mau kita tinggal sendiri saja. Sekalian mau latihan mandiri," ucapku beralasan."Dan itu artinya kita harus mengeluarkan

    Last Updated : 2021-09-29
  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 7

    Seminggu setelah aku transfer uang ke ibunya mas Alvin, belum juga ada kabar tentang apakah akan dikembalikannya uang itu atau tidak. Tidak ada pesan atau telepon dari wanita 50 tahunan itu yang memberitahu soal uang yang dipinjamnya."Gimana? Apa sudah ada kabar dari ibunya Alvin?" tanya ibu setengah berbisik malam itu usai kami membereskan peralatan makan malam kami. Aku menggeleng dan mengedikkan bahu.Ibu nampak terdiam, dahinya berkerut seolah sedang berpikir."Masalah usul ibu waktu itu, sudah kamu bicarakan dengan Alvin kan?""Yang nyari rumah kontrakan?" tanyaku balik."Iyaa.""Sudah, bu. Kemarin sepulang kantor kami juga sudah melihat-lihat beberapa rumah kontrakan yang cocok.""Berarti Alvin setuju kan kalian tinggal misah dari orangtuanya?"

    Last Updated : 2021-09-29
  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 8

    Usai mengurus ayahnya, mas Alvin yang nampak lelah berpamitan padaku untuk membersihkan diri. Aku pun berjalan ke depan, menunggunya duduk di kursi teras.Lima belas menit kemudian dia sudah rapi dengan celana jeans dan kaos oblong warna hitamnya. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Calon suamiku ini memang tampan. Rasanya tidak mungkin lagi aku bisa mendapatkan lelaki yang lebih tampan darinya. Bapak saja selalu bilang kalau aku ini adalah anaknya yang paling beruntung, mendapatkan suami yang tampan dengan pekerjaan mapan seperti mas Alvin."Sudah, mas?" tanyaku."Sudah. Nginep di sini aja ya, dek? Ini kan udah malem. Besok libur kan?" ucapnya sambil menunjuk arloji di tangannya."Nggak ah mas. Nanti bapak sama ibu bingung aku nggak pulang. Lagipula aku juga nggak bawa baju ganti," kilahku. Padahal aku memang tak biasa menginap di rum

    Last Updated : 2021-10-04
  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 9

    "Memangnya berapa bu biaya untuk ambil jahitan seragamannya?"Meskipun jengah, aku tetap penasaran juga berapa sih biaya untuk mengambil jahitan baju seragam pernikahan, sampai-sampai calon ibu mertuaku ini harus meminjam uang lagi."Sekitar empat juta gitu lah mbak untuk tiga baju, ibu, Dian sama Vita.""Hah? Sebanyak itu untuk jahitan saja?" Aku terbengong."Iya mbak, kan kita jahitkan bajunya di penjahit yang bagus, biar nanti hasilnya bagus. Juga nggak akan malu-maluin keluarganya mbak Nana kalau kita pakai ke sana. Ya kan?" kilahnya.Aku menghela nafas panjang sebelum akhirnya bicara lagi."Maaf, bu. Bukannya saya tidak mau meminjami, tapi uang saya juga saya pakai untuk keperluan pernikahan. Saya juga harus membantu orangtua saya," kataku berdalih."Ta

    Last Updated : 2021-11-07
  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 10

    Usai memarkirkan mobil dengan kasar, Alvin membanting pintu mobilnya dengan keras hingga membuat seisi rumah kaget dibuatnya, termasuk Elman dan keluarganya yang rupanya baru pulang dari berjalan-jalan ke tempat hiburan."Ibu mana?" tanya Alvin sambil berjalan tergesa masuk ke dalam rumah saat melihat keluarga adik lelakinya itu sedang membongkar barang belanjaan di ruang tengah."Ada apa sih, Mas?" Elman sedikit khawatir melihat kakaknya datang dengan raut muka penuh amarah."Ibu! Ibu!"Alvin terus berjalan berkeliling sambil memanggil-manggil ibunya. Tangannya sibuk membuka satu per satu pintu ruangan di dalam rumah. Lalu tak lama kemudian ibunya pun muncul bersama Dian dari kamar adik perempuannya itu."Ada apa Vin? Kok datang-datang ribut?" tanya wanita itu, nampak tidak suka dengan sikap anak sulungnya y

    Last Updated : 2021-11-07
  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 11

    "Aku ini laki-laki, Bu. Harusnya ibu mengajariku cara untuk bertanggung jawab, bukan malah menyuruhku membatalkan pernikahan yang tinggal menghitung hari. Aku mencintai Nana apa adanya, Bu. Dan dengan atau tanpa ijin dari ibu, aku tetap akan menikahinya."Itulah yang dikatakan Alvin semalam di depan keluarganya.Suasana sedikit tegang saat kemudian ibunya mengancam untuk meninggalkan rumah. Itu adalah alasan yang selalu dia gunakan berulang kali selama bertahun-tahun untuk mengancam keluarganya. Pergi meninggalkan suaminya yang sakit-sakitan dan anak perempuan yang menjadi kesayangan di keluarga itu.Pergi adalah senjata Nita yang akan selalu membuat Rusdi tidak pernah tega menceraikannya selama dua puluh tahun terakhir, walau bagaimanapun kelakuan istrinya itu. Karena Dian adalah anak perempuan satu-satunya yang harus selalu didahulukan kepentingannya di atas kedua kakak

    Last Updated : 2021-11-09
  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 12

    Semakin dekat ke hari pernikahan, Nana semakin belajar untuk memantabkan hati. Dia tahu mungkin tak akan mudah lagi untuk mendekatkan diri ke ibunya Alvin setelah apa yang terjadi diantara mereka. Namun kesungguhan dan ketulusan Alvin menjadi semangatnya untuk terus melangkah ke jenjang pernikahan. Dia yakin jalan tak akan sesulit bayangannya jika calon suaminya itu tetap berada di sisinya.Dan rupanya benar dugaan Nana, sikap ibunya Alvin berubah drastis setelah peristiwa marahnya Alvin padanya malam itu. Meski begitu, sebagai calon menantu yang baik, Nana tetap harus menghormati ibu mertuanya. Dia berusaha untuk mendekatkan diri lagi pada wanita itu. Awalnya, Nana mencoba untuk mengirim pesan menanyakan kabar wanita itu, tapi tak ada respon dari calon mertuanya. Pesannya bahkan hanya dibaca saja tanpa dibalas.Hari berikutnya Nana meminta Alvin untuk menjemputnya di kantor, lalu dia pun ikut pulang ke rumah ca

    Last Updated : 2021-11-09
  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 13

    "Aku nggak bisa antar kamu pulang dalam keadaan kayak gini, Dek," kata Alvin saat menghentikan mobilnya di sebuah kafe dan menggandeng Nana menuju ke sebuah bangku privat.Nana yang sejak meninggalkan rumah Alvin seolah kehilangan kata-kata, hanya menurut saja saat pemuda itu mendudukkannya di kursi. Saat pelayan datang dan menyodorkannya daftar menu, Alvin pun tanpa berpikir panjang langsung memesan makanan dan minuman favorit calon istrinya tanpa bertanya lebih dulu."Dua moccachino latte dan kentang goreng ukuran besar," katanya.Alvin sudah hafal, dalam keadaan tak enak hati biasanya Nana akan minum kopi atau coklat dan ngemil makanan yang berasal dari kentang. Gadis itu sangat menggilai cemilan berbahan kentang, apalagi saat dalam keadaan tertekan."Kita bicarakan masalah ini dulu ya, Dek. Setelah itu baru kuantar kamu pulang," ucap Alvin saat pelayan meninggalk

    Last Updated : 2021-11-12

Latest chapter

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 25

    Tak berapa lama setelah Vita bangkit untuk ke belakang, tiba tiba Nana memekik kaget saat seseorang sudah memeluknya sangat erat."Maafkan ibu, Na. Maafkan ibu ....""Ibu ...." Suara Nana tercekat. Matanya mendadak berkaca-kaca dalam dekapan ibu mertuanya.Tangannya hampir bergerak untuk balik memeluk ibu mertuanya, namun urung. Nana kembali teringat kejadian terakhir di rumahnya. Bagaimana menyakitkannya perlakuan dan kata-kata ibu mertuanya itu padanya.Nana juga teringat apa yang diceritakan suaminya tentang kebohongan sang ibu di rumah sakit."Mungkinkah wanita ini sedang berpura-pura lagi?" tanyanya dalam hati."Tolong maafkan ibu, Nak. Ibu telah salah menilaimu. Ibu memang bodoh, ibu tidak bisa melihat mana yang baik dan mana yang buruk. Ibu menyesal. Ibu benar-benar menyesal." Nita pun mulai terisak.Nana hanya terpaku menatap suaminya. Sementara ibu mertuanya masih mendekapnya erat.

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 24

    Tiga hari setelah peristiwa di rumah sakit, Alvin sudah kembali berkumpul dengan sang istri. Walau berat, lelaki itu tetap menceritakan peristiwa sebenarnya pada Nana.Dalam hati Nana memang marah. Tapi melihat betapa suaminya berusaha untuk selalu melindunginya, Nana pun rmencoba mengesampingkan perasaan buruknya itu pada keluarga mertuanya. Meskipun semakin lama Nana makin merasa tak mengerti kenapa ibu mertuanya bisa sangat tak menyukainya.Hingga pada suatu sore saat keduanya baru saja pulang dari kantor. Alvin bahkan belum sempat menutup pintu mobil. Tiba-tiba ponsel di dalam tas lelaki itu berbunyi."Mas, mas Alvin bisa ke sini kan? Tolong, Mas!"Suara Elman dari seberang telepon. Dahi Alvin pun berkerut penuh tanya."Ada apa, Man?" tanyanya serius. Sementara Nana yang sebelumnya telah melangkah duluan ke dalam rumah menghentikan langkahnya. Lalu kembali melangkah keluar dari rumah kontrakannya.Dahinya ikut ber

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 23

    Jam sudah menunjuk pukul 1 siang saat pesawat yang membawa Alvin mendarat. Sebenarnya lelaki itu sudah berniat untuk memesan taksi dan langsung menuju ke rumah orang tua Nana. Namun Alvin sedikit kaget karena ternyata Elman telah mrnunggunya di bandara.Pantas saja sepagian tadi adik lelakinya itu terus menghubungi dan menanyainya jam berapa dia pulang. Rupanya Elman memang berniat untuk menjemput kakaknya itu."Memangnya separah apa sih ibu, Man?" tanyanya kemudian saat akhirnya Elman mengatakan padanya untuk mengikutinya ke rumah sakit dulu sebelum pulang ke rumah."Nanti mas lihat sendiri deh. Dari jatuh itu ibu nyariin mas Alvin terus. Hari ini tadi ibu juga yang nyuruh aku jemput ke bandara," jelas adiknya."Ya sudah kalau gitu kita langsung ke rumah sakit. Kamu naik apa ke sini tadi?""Aku bawa mobil, Mas.""Mobil? Mobilnya siapa?""Temennya Dian. Kan disuruh bawa Dian dari kapan itu.""Mobil itu belum d

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 22

    Kejadian jatuhnya ibu mertua di rumah kontrakannya membuat Nana tidak tenang. Lalu malam itu pun dia langsung memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya."Benar nggak ada masalah apa-apa, Na? Ibu lihat wajah kamu murung gitu dari tadi datang."Mau disembunyikan seperti apapun, rupanya sang ibu tak pernah bisa dibohonginya. Nana tetap terlihat tak ceria selama berada di rumah orang tuanya itu."Nggak apa-apa kok, Bu. Bener.""Nggak ada masalah sama Alvin kan?" Ibunya berusaha mendesak."Mas Alvin kan belum pulang dari luar kota, Bu.""Ooh gitu? Ibu pikir Alvin sudah pulang dan kalian bertengkar.""Enggak kok.""Trus kenapa kok tiba-tiba kamu ke sini? Waktu itu katanya mau tinggal sendirian di kontrakan saja sambil belajar berani?"&nb

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 21

    Dua hari setelah pertengkaran kecil pasangan pengantin baru itu, Alvin sebenarnya selalu berusaha untuk membuat Nana melupakan apa yang terjadi. Namun rupanya kantor tempatnya bekerja justru membuat mereka harus terpisah jarak. Sore itu Alvin pulang dan mengatakan pada Nana bahwa dia ditugaskan mendadak ke luar kota untuk menggantikan salah seorang rekannya yang sakit.Nana yang belum sepenuhnya bisa melupakan peristiwa insiden chat Sinta dengan Alvin bertambah cemberut saja mendengar hal itu."Jadi mas beneran harus pergi? Berapa hari?" tanyanya dengan tak bergairah."Paling lama seminggu, Dek. Maaf ya aku nggak bisa menolak tugas kali ini. Karena ini penting banget dan nggak mungkin dilimpahin sama anak buah. Kamu nggak apa-apa kan?"Alvin menatap khawatir pada istrinya. Nana yang masih kesal dengan pemberitahuan mendadak itu nampak tak minat banyak bicara.&n

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 20

    Kekesalan Alvin rupanya terbawa sampai di rumah. Tak biasanya dia menjadi lebih banyak diam. Bahkan dia yang biasanya sangat bersemangat saat istrinya mengajaknya segera beristirahat, malam ini justru lebih memilih duduk sendirian di teras rumah."Kamu tidur dulu aja, Dek. Nanti mas susul," katanya dengan nada sedikit malas.Nana yang masih belum mau beranjak di kursi sebelahnya hanya menarik nafas berat."Mas masih mikirin Dian?" tanyanya ragu. "Dari sejak makan di kafe tadi mas nggak banyak bicara.""Aku agak curiga dengan teman Dian yang bernama Jeslin itu." Alvin menatap istrinya, berharap Nana memahami apa yang dia rasakan saat ini."Mas curiga kalau si Jeslin itu mau berbuat jahat sama Dian?" Dahi Nana berkerut."Persis.""Tapi mana mungkin, Mas?

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 19

    Sore itu Alvin pulang dengan taksi online. Dia benar-benar telah mengembalikan mobil kantornya. Nana menyambut kedatangan suaminya dengan senyuman hangat. Ini hari pertamanya merasakan menjadi istri sepenuhnya, menyambut suami pulang kerja di depan pintu rumah sendiri.Usai menyiapkan handuk dan baju suaminya, Nana menunggui Alvin yang sedang mandi di meja makan. Dua cangkir kopi telah menunggu mereka untuk menghabiskan waktu sore itu."Kita duduk-duduk di depan aja yuk, Dek. Enak kayaknya sambil liatin orang lewat," ajak Alvin usai menyelesaikan ritual mandi sorenya.Nana mengangguk. Lalu Alvin pun membawa dua cangkir kopi yang masih panas itu ke teras, diikuti Nana yang membawa setoples kue kering dan camilan kentangnya."Mobilnya jadi dibalikin tadi, Mas?" tanya Nana basa-basi saat mereka sudah mendudukkan diri dengan nyaman di kursi teras.

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 18

    Alvin sudah meninggalkan rumah sejak 3 jam yang lalu untuk berangkat ke kantor. Hari ini rencananya dia juga akan melaksanakan niatnya untuk mengembalikan fasilitas mobil ke kantornya.Nana yang masih mempunyai satu hari libur dari kantornya berniat ingin membereskan beberapa barang di rumah kontrakan mereka yang masih belum sepenuhnya tertata rapi.Dengan bersimpuh di karpet, Nana mulai menata buku-buku bacaan favoritnya ke rak buku yang sengaja dia bawa dari rumah orangtuanya.Sedang asik dengan kegiatannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu depan."Siapa yang datang? Sepertinya dari tadi tidak ada kendaraan yang terdengar berhenti di halaman rumah?" tanya Nana dalam hati. Lalu dia pun segera bangkit dan berjalan menuju ke ruang tamu."Eh, ibu? Sama siapa ke sini?" Nana celingukan saat dibukanya pintu ru

  • RAHASIA CALON MERTUA   PART 17

    "Mobil? Kenapa dengan mobil kantor Alvin, Bu?"Alvin menarik salah satu kursi teras untuk digunakannya duduk. Kemudian menarik tangan istrinya untuk mengajaknya duduk pula."Gini, Vin. Kamu kan sudah tinggal sendiri sekarang. Di rumah sudah tidak ada mobil lagi. Kami jadi akan repot kalau sewaktu-waktu harus mengantarkan bapak kamu berobat. Sementara di sini kan kamu punya dua mobil. Apa nggak sebaiknya mobil kamu ditinggal di rumah bapak saja? Kalian cukup kan pakai satu mobil?" ucap sang ibu kemudian.Alvin dan Nana saling pandang. Alvin yang nampak jelas merasa tak enak hati pada istrinya akibat ucapan ibunya itu. Ayah Nana yang ditawari untuk menggunakan salah satu mobil mereka menolak dan lebih memilih menggunakan mobil tuanya. Sementara ibunya sendiri justru menginginkan salah satu dari mobil mereka."Soal bapak, ibu nggak usah khawatir. Alvin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status