Semua orang khawatir, begitu tau Azzam hilang. Syafiq langsung memberi perintah kepada Burhan dan Sam, untuk segera mencari keberadaan Azzam. Sementara Adelia langsung nangis histeris, dan akhirnya pingsan. Ini adalah hari aqiqah nya Azim dan Azzam, tetapi kenapa malah terjadi bencana seperti itu. Kenapa ada yang tega menculik bayi sekecil itu? Elena dengan cepat memeriksa kondisi Adelia, sementara Eva terus berusaha menenangkan sahabatnya itu. Suster Ratih, ketakutan, karena merasa itu karena keteledoran dirinya. Tetapi Syafiq tidak memarahi suster itu, bagaimanapun mereka sudah berusaha untuk merawat dua anak kembar itu dengan baik. Semua orang panik, dan kalang kabut mencari keberadaan Azzam, ditambah lagi Adelia yang pingsan, semakin membuat suasana jadi tak karuan. Syafiq dan Burhan pergi menuju ruang kerja Syafiq. Mereka memantau pergerakan penculik itu dari CCTV, yang terpasang di seluruh penjuru rumah besar bak istana itu. "Indah!" teriak Syafiq, begitu mengenali perempuan
Semakin lama, napas Azzam semakin tersengal, dan wajahnya memucat. Adelia histeris, melihat wajah Azzam yang memucat, tangisnya semakin lama semakin lemah. Melihat kondisi bayi itu yang semakin lemah, dengan cepat Dokter Elena menyuruh Syafiq untuk menyiapkan mobil, Azzam harus dibawa ke Dokter."Azzam! Dokter, Anakku kenapa Dok?" teriak Adelia semakin cemas."Bu Adelia, sepertinya Indah meracuni Azzam!""A ... apa Dok? Racun? Terus bagaimana kondisi Azzam sekarang?""Ibu tenang dulu, saya akan meminta madu dan susu untuk menetralisir racun itu, sementara, sambil menunggu mobil siap! Semoga Azzam akan baik-baik saja."Adelia tidak berbicara lagi, tubuhnya luruh ke lantai, bersamaan dengan munculnya Syafiq dan Bu Siti di pintu. Dengan cepat, lelaki itu menangkap tubuh Adelia, dan membawanya ke tempat tidur.Sementara Dokter Elena, dengan cepat membawa Azzam ke mobil, dan Pak Isman dengan cepat menjalankan mobilnya ke Rumah Sakit. Hanya butuh waktu lima belas menit, untuk sampai ke Ruma
Indah terbaring tak berdaya, di bangsal Rumah Sakit. Kaki kiri dan kedua tangannya patah. Kepala juga diperban, karena mengalami benturan dam terluka ringan. Dia seorang diri, dalam kesunyian kamar rawat. Sesaat setelah dia terjatuh dari lantai dua rumah Syafiq, Polisi datang untuk menanganinya, dan langsung membawa Indah ke Rumah Sakit.Dia dilaporkan oleh Syafiq, dengan tuntutan percobaan pembunuhan dan penculikan. Sekarang, meskipun dirawat di Rumah Sakit, akan tetapi, ruangannya dijaga ketat oleh petugas Kepolisian. Mereka tidak mau lengah, yang mengakibatkan tahanan berhasil kabur.Indah termenung, merenungkan nasibnya, ingatannya kembali pada kejadian tiga tahun yang lalu, saat dia memutuskan untuk merantau ke kota. Nasib buruk membawanya bertemu dengan Roni, dan akhirnya menjalin kasih dengan pemimpin preman itu. "Kamu tinggal sama Abang, di sini mau? Di sini lebih aman buat kamu, dari pada di luaran sana!"Indah teringat kembali ucapan Roni saat itu, ketika mereka pertama kal
Mobil memasuki halaman rumah yang cukup luas, dengan tanaman aneka bunga mawar di sisi kakan dan kiri jalan. Tampak sebuah kolam ikan dan gazebo di sisi kanan rumah, dan tanaman buah-buahan di sisi kirinya.Mobil berhenti di depan pintu rumah tersebut. Rumah dua lantai, yang tidak terlalu besar, tetapi terlihat sangat mewah. "Ayok turun Sayang, mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini, bersama saya dan juga Adelia, Kakak Madumu," ucap Arga, sambil membantu Indah turun dari mobil."Ini rumah Pak Arga?" tanya Indah, sambil memandang takjub rumah megah di hadapannya."Iya, dan ini akan jadi rumah kamu juga. Mulai hari ini, kita akan hidup bertiga di rumah ini," terang Arga."Tapi gimana kalau Istri Bapak tidak mengijinkan aku tinggal di sini?" tanya Indah ragu."Kenapa masih panggil Bapak? Panggil Mas dong, mulai hari ini, kamu itu istri saya, Arga! Bukan lagi OG di kantor!" ucap Arga tegas."Iya Pak, eh Mas," jawab Indah gugup.Arga menggandeng tangan Indah untuk masuk ke rumah, semen
Indah mengalami keguguran, dan Roni mengamuk, ketika mengetahuinya. Sementara tanpa mereka duga, di saat Arga disibukan oleh Indah yang keguguran, Adelia dengan cepat mengamankan semua surat-surat penting miliknya. Sepulang dari Rumah Sakit, Arga mengamuk, apa lagi ketika tau kau surat-surat pentingnya sudah diambil oleh Adelia, membuat Arga semakin gelap mata, dan menyiksa Adelia, bahkan sampai mengurungnya di gudang. Akan tetapi wanita itu tidak mau menyerah, dan tetap bungkam."Bang, aku butuh bantuanmu. Wanita sialan itu telah menyembunyikan semua surat-surat berharga dari rumah ini. Sudah berbagai cara, aku dan Indah lakukan, untuk membuka mulutnya, akan tetapi dia semakin bungkam!" ucap Arga, siang itu, saat Roni datang berkunjung."Apa rencana kamu?" tanya Roni, tanpa basa basi."Buat dia gila, sampai tidak ada Dokter yang bisa menyembuhkannya!""Rencana yang bagus! Besok aku akan bawa beberapa orang kesini, untuk bersenang-senang dengan jalang itu. Kita lihat, seberapa lama d
Indah terperangah, melihat Arga dan Syafiq, sudah berdiri di sana, sedang menatapnya tajam. Tubuhnya bergidik ngeri, melihat tatapan dingin Syafiq "Jadi, menurut kamu, masih bisa balas dendam? Dan apa yang membuatmu jadi dendam ke Adelia? Kalau punya otak itu dipakai untuk mikir yang benar, bukan dibungkus terus untuk melakukan kecurangan dan kejahatan!" geram Syafiq."Memangnya kamu pikir, masih bisa bebas ya setelah keluar dari sini?" tanya Arga."Apa maksud kalian?" tanya Indah, gugup. Bagaimanapun pandangan Syafiq ke dia terlalu mengintimidasi.Indah tidak tau siapa Syafiq, karena waktu datang ke acara aqiqah, bersama tim catering nya, dia tidak tau rumah siapa yang mau dituju. Dan dia sangat terkejut, ketika sampai ke rumah itu, melhat Adelia, bersama bayi kembarnya.Saat itu otaknya langsung berpikir, sejak Adelia pergi dari rumah, hingga saat ini, belum ada waktu setahun, paling baru sekitar tujuh atau delapan bulan, tetapi kenapa Adelia sudah mempunyai anak? Saat itulah, dia
Ternyata Dokter Elena yang datang. Dia tersenyum kepada semua orang, dan berjalan mendekati Azzam, yang sedang mengangkat tangan dan kakinya, untuk bermain.Wanita cantik, yang memakai Snelli itu, datang memeriksa Azzam, sebelum anak itu dibawa pulang ke rumahnya. "Halo anak gantengnya Mommy, Assalamu'alaikum," salam Dokter Elena, kepada Azzam.Bayi itu mengarahkan pandangannya kepada sang Dokter, dan saat Dokter Elena, memeriksanya, tangan mungil Azzam menggenggam erat jemari wanita cantik dan anggun itu."Wah, kuat banget genggam jari Mommy, takut ditinggal pergi ya anak ganteng," gurau Dokter Elena."Dia tau kalau Mommy nya itu terlalu cantik, jadi takut kalau nanti diganggu orang," seloroh Adelia.Kedua wanita itu akhirnya tertawa, sedangkan Syafiq sama Arga, cuma saling pandang, tetapi pada akhirnya, kedua lelaki itu tertawa terbahak-bahak, mendengar celotehan dua wanita cantik itu.Azim yang sedang tidur, terbangun dan menangis karena berisik. Dengan cepat suster yang merawatny
Hari berlalu dengan cepat, Azim dan Azzam, sekarang sudah berusia tujuh bulan, sudah mulai bisa di ajak bercanda, dan sudah bisa memanggil Mami dan Papi. Azzam yang dulu hampir saja meninggal karena keracunan, kini tumbuh sehat, tanpa mengalami kendala sedikit pun dalam tumbuh kembangnya."Pi ... Pi ...." panggil Azzam, ketika melihat Syafiq memasuki rumah, setelah pulang kerja. Kakinya di hentak-hentakkan, seolah ingin lari menyambut Syafiq. "Assalamu'alaikum, gantengnya Papi," salam Syafiq. Dia memang mengajarkan kepada si kembar, untuk membiasakan mengucapkan salam."Wa'alaikum salam," jawab Suster Ratih dan Suster Dina, menirukan suara anak kecil, sambil membantu Azzam dan Azim untuk melambaikan tangan ke Syafiq.Saat ini Azzam dan Azim, memang sedang di ajak bermain di ruang tengah oleh Suster Ratih dan Suster Dina, sehingga begitu Syafiq masuk, mereka akan langsung melihatnya datang. Sementara Adelia sedang memasak di dapur, untuk makan malam Syafiq.Sekarang Adelia memang yang