….. Diikuti Jeremy dan Taylor, Black keluar dari dalam tenda, lalu berjalan cepat menghampiri Zielle yang telah menunggunya di dekat panggung. Suasana lapangan seketika riuh begitu sang duke menampakkan batang hidungnya. Sorakan bernada memuja menggema di penjuru lapangan sampai membuat Raja Alden yang tengah duduk gelisah di kursi kebesarannya terlihat keheranan. “Sudah kuduga. Pria dingin, kaya dan tampan sepertimu pasti diidolakan banyak orang,” goda Zielle sambil menepuk-nepuk ramah bahu kiri sang duke. “Oh ya, kawan. Persiapanmu sudah beres?” Black mengencangkan sabuk pedangnya seraya memamerkan menyeringai miring. “Di mana lawan saya, Yang Mulia? Sopankah membuat saya menunggu seperti ini?” Zielle sontak tertawa, tetapi buru-buru membisukan diri kala teringat bahwa keluarga besarnya juga berada di panggung yang sama. Ia tak ingin terlihat bahagia di acara duel saudaranya dan memberikan bahan gosip baru pada mereka yang berhati picik. Lebih dari itu, Zielle sangat beruntung ka
….. “PARA HADIRIN YANG TERHORMAT.” “HARI INI, KITA DATANG UNTUK MENYAKSIKAN DUEL BERSEJARAH DUKE BLACK LEANDER DAN PANGERAN NATHANIEL LYSANDER ELINOR, SEBUAH PERTARUNGAN YANG DIUSULKAN OLEH DUKE LEANDER UNTUK MENYELESAIKAN PERSELISIHAN DI ANTARA MEREKA. SEBELUM KITA MULAI ACARA INI, ALANGKAH BAIKNYA MARI KITA BERSAMA-SAMA MEMOHON DOA KEPADA TUHAN, SEMOGA PERTARUNGAN MEREKA DILAKSANAKAN DENGAN KEBERANIAN DAN KEADILAN, SERTA MENDAPATKAN PANDUAN DARI LANGIT. KITA JUGA BERDOA, SEMOGA CAHAYA BIJAKSANA YANG MULIA RAJA ALDEN ELINOR MEMBERIKAN PETUNJUK DAN PERDAMAIAN DARI SAMPAI DAN SETELAH PERTARUNGAN INI SELESAI.” “TANPA BANYAK KATA, MARI KITA SAKSIKAN PERTARUNGAN MEREKA DENGAN PENUH PENGHORMATAN. TERIMA KASIH KEPADA SEMUA YANG HADIR, SEMOGA TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA.” Usai merampungkan pidato singkatnya, Joss Galahad menghadap ke panggung, menundukkan kepala, memberikan hormat kepada Keluarga Kerajaan dan tamu undangan yang lain. Baru kemudian ia kembali lagi ke tempat Black dan Natha
….. Nathaniel merasakan tarikan napasnya yang bertambah berat, seolah oksigen dari udara sekitar berubah menjadi racun mematikan, yang siap menggerogoti paru-parunya. Detik ke detik, rasa sesak itu kian menyiksa, dan bagian paling menyedihkan, ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkinkah ini masa-masa terakhirnya hidup di dunia ini? Di suatu sudut dalam pikiran Nathaniel, bayangan Koa muncul, membawakan ingatan manis akan hari-hari di mana cinta mereka masih tubuh dengan subur. Penghianatan yang telah ia lakukan terhadap wanita itu kini menjadi beban berat yang terus menghantui. Nathaniel sungguh merindukan kehangatan dan dukungan yang dulu tanpa usaha pun, bisa ia dapatkan dengan mudah. Semakin dekat dengan pintu kematian, wajah cantik Koa tampak begitu nyata di dalam khayalannya. Koa memenuhi hati Nathaniel dengan penyesalan tak terkira. Di tengah penderitaan yang tak berkesudahan itu, Nathaniel menyadari tubuhnya mulai mengigil hebat. Bukan hanya karena efek racun yang m
….. Dunia ini memang penuh kejutan, dan Tuhan memiliki ribuan cara untuk membalaskan setiap keburukan dan kebaikan manusia. Ingat, Tuhan itu maha adil. Pemakaman Nathaniel Lysander Elinor tercatat sebagai cerita kelam pada halaman buku sejarah Kerajaan Elinor. Meskipun terlahir menjadi anak raja, haknya akan tahta yang dijanjikan telah lenyap, tak bersisa. Nathaniel, seorang pria yang memanggul beban gelar keturunan mulia, dikenang bukan karena keindahan mahkota di kepala, tetapi dikenang sebagai seorang kriminal tak bermartabat. Kejahatan berat Nathaniel tidak hanya mencoreng reputasi Keluarga Kerajaan, kejahatan itu juga menjadi aib yang ingin segera mereka lupakan. Dimakamkan begitu sederhana, upacara perpisahannya dari dunia yang fana ini menyiratkan penolakan dan penentangan Parlemen Elinor demi menjaga nama baik mereka di mata rakyat. Upaya cermat untuk meredakan kobaran api protes yang mungkin meluas di wilayah sekutu mereka, Dorian dan Leander. Hening, duka dan segala kepil
….. “Saya sedang menjalani program terapi kejiwaan bersama Dokter Lucian.” Black mengangkat sebelah alisnya, merasa tidak asing dengan nama yang baru saja disebutkan Koa. “Dokter Lucian? Apakah Dokter Lucian yang kita bicarakan ini Lady Anne Lucian, putri bungsu Count Albert Lucian, rekan kerja Lord Sander?” Koa menganggukkan kepala. “Lady Anne Lucian, beliau lulusan terbaik Akademi Kerajaan dan dokter ahli jiwa perempuan pertama di Elinor. Kalau saya tidak salah ingat, Lady Lucian berada satu angkatan di bawah Anda.” “Dia pelajar yang hebat. Jarang sekali bisa melihat perempuan berkarir menjadi dokter. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menjadi perawat.” Insiden penculikan yang dialami Koa masih menyisakan luka menganga pada batin wanita itu. Pergulatan melawan depresi dan serangan panik telah mencapai titik termuak yang tak bisa ditoleransi lagi. Ketika Koa sibuk memikirkan cara untuk sembuh, bagaikan malaikat bersayap putih, Dokter Anne Lucian datang menawarkannya bantuan. “
….. Iring-iringan kereta kuda yang membawa dua wanita terhormat berhenti di halaman penjara menara. Begitu pintu salah satu kereta dibuka, teriakan Selir Camille menggelegar di udara. “Kalian tidak boleh memperlakukanku seperti ini! Aku adalah selir kesayangan raja kalian!” Menyaksikan langsung adegan memalukan itu, Ratu Zelda memilih untuk mengabaikannya saja, terus melangkah maju tanpa berkomentar. Ia memerintahkan para pengawal menyeret Selir Camille keluar dari kereta dan membawanya masuk ke penjara menara. Setibanya di kamar tahanan yang sudah dipersiapkan, Ratu Zelda menyuruh petugas penjaga membukakan pintu besi yang berat dan berkarat. Dengan cekatan, para pengawal melemparkan Selir Camille ke kamar barunya yang dingin dan lembap. Pintu besi kemudian ditutup, dan tanpa mengucapkan selamat tinggal, mereka pergi meninggalkan wanita itu di sana. Ratu Zelda kembali ke kereta. Bersama rombongannya, ia buru-buru meninggalkan menara penjara untuk pulang ke istana. Sesampainya di i
….. “Bagaimana menurutmu, Koa? Apakah kau menyukainya?” Madam Cleo bertanya sambil menunjuk anggun area aula besar yang sedang didekorasi oleh para pelayan. “Kau tak usah khawatir. Aku sudah mengonsultasikan langsung masalah ini kepada ahlinya.” Koa mengikuti Madam Cleo yang berlenggok elegan, mengintari aula besar di mansion Keluarga Dorian. Setiap sudut ruangan ini telah ditata dan dihias begitu apik. Jika diamati dengan teliti, para pelayan yang bertugas kelihatannya sudah tidak sabar lagi menyambut hari besar putri tuan mereka. Di tempat inilah nanti, pesta pertama resepsi pernikahan Koa dan Black akan digelar. “Semuanya tampak begitu luar biasa,” puji Koa jujur. Madam Cleo menyeringai bangga sambil berkacak pinggang. “Pernikahan kalian memang layak dirayakan dengan cara yang istimewa. Aku ingin semuanya sempurna untukmu dan Duke Leander.” Keduanya kemudian melanjutkan inspeksi, meneliti setiap jengkal meja dan ratusan rangkaian bunga-bunga segar. Para pelayan dengan penuh per
….. Tak ingin membuang waktu hanya untuk meminta bantuan pelayan, Dokter Anne Lucian berinisiatif menyeduh sendiri teh bunga kamomil yang dibawanya langsung dari rumah. “Silakan, Lady Dorian.” “Terima kasih, Dok.” Setelah menikmati secangkir teh bunga kamomil seduhan Anne, Koa mulai merasa tubuhnya menjadi rileks. Wangi teh kamomil yang manis dan segar nyatanya berhasil mengurangi kegelisahan pada diri Koa. Dokter Anne Lucian memandangi Koa penuh kehangatan. Tatapannya sangat teduh, seperti tatapan seorang ibu. Padahal umur mereka tidak terpaut terlalu jauh. “Bagaimana perasaan Anda, Lady Dorian?” “Saya merasa jauh lebih lega, Dok. Mungkin lebih tepatnya, sekarang saya lebih mampu mengendalikan isi pikiran saya dibanding hari-hari kemarin.” Dokter Anne mengangguk-anggukan kepala, mengisyaratkan bahwa ia memahami perasaan Koa. “Proses penyembuhan memang tidak selalu berjalan cepat, juga tidak selalu mudah. Tetapi Anda sudah menunjukkan tanda-tanda kemajuan yang luar biasa. Sabar ad