….. “Kak, sebelum Aylin jatuh tak sadarkan diri, bukankah dia sempat menghabiskan waktunya bersama Lady Dorian?” Zielle sontak memincingkan mata. Pria itu sangsi, sebab ia berusaha keras menutupi masalah ini agar tidak diketahui oleh para anggota inti dari parlemen Elinor. “Kau dengar itu dari mana?” “Asal kakak tahu. Berita semacam itu mudah sekali menyebar di lingkungan istana. Semua orang yang tinggal di sini, mulut mereka tidak dapat dipercaya,” jelas Zehra sembari menunjuk bibirnya sendiri. "Sebaiknya kau diam. Aku tidak mau masalah ini bertambah besar." Meski tidak sepenuhnya mengerti, Zehra mengangguk. "Baiklah. Aku turuti permintaanmu." Setelah melintasi lorong-lorong panjang istana, rombongan mereka akhirnya sampai di tujuan. Pengawal Zielle segera membukakan pintu kamar tuannya. “Kukira kau sudah tidak peduli lagi pada Aylin,” ujar Zielle masih curiga. “H-huh?! Tentu saja aku masih peduli. L-lagi pula, sebentar lagi dia akan menjadi kakak iparku,” balas Zehra terlihat
….. Bunyi keras pecahan kaca memekakkan telinga Black. Ia sontak berhenti dengan napas memburu. Gelisah, Black kuatkan otot-otot kakinya yang tegang setelah berlari menaiki ratusan anak tangga menara. Ia kembali bergerak, tak mau kehilangan satu detik pun dari waktunya. Tinggal satu lantai lagi, dan ia akan sampai di tempat Koa. Bersama Zielle, Taylor, Arnold, serta Ethan—ksatria Dorian Dukedom, pria-pria tangguh itu sudah siap menyelamatkan sang lady. “Bajingan-bajingan ini!” teriak Koa seperti orang kesetanan. “Lady Dorian!” teriak Black semakin mempercepat larinya. Ketika hampir sampai di depan pintu yang terbuka, Black tahu-tahu berhenti. Aksinya ini membuat Zielle tanpa sengaja menabrak punggungnya. Seperti tengah menahan gejolak panas dari dalam, geraman bernada rendah terdengar dari arah pria itu. “Black? Apa yang kau lakukan? Kenapa berhenti di tengah jalan?” tanya Zielle heran. Namun ketika dirinya merasakan aura mengerikan yang dikeluarkan Black, Zielle spontan menjauhka
….. Aylin sempat terlelap selama beberapa menit usai mengonsumsi obat yang diberikan Dokter William kepadanya. Namun tak lama kemudian, ia terbangun kembali karena teringat ada hal lain yang harus ia kerjakan. Lebih cepat, lebih baik. Itu yang ada di kepala Aylin sekarang. Perkembangan kesehatannya yang tergolong lambat membuat khawatir semua orang. Jika terus seperti ini, tinggal menunggu waktu saja sampai para bangsawan anggota inti parlemen mengetahui kondisinya. “Aku harus menulis surat untuk melaporkan hasil penyelidikkanku kepada Lady Dorian.” Mengandalkan tubuh yang masih lemah dan lesu—mengantuk karena pengaruh obat Dokter William, Aylin meraih pena dan beberapa lembar kertas dari dalam laci nakas di samping ranjang. Aylin tidak tahu kapan ia bisa bertemu lagi dengan Koa, mengingat wanita itu saat ini tengah dikurung di penjara menara. Aylin pikir, sementara ini surat menyurat menjadi satu-satunya cara untuk mereka saling berkomunikasi. Setelah permintaan Koa di pameran sen
….. Suara anak panah yang melesat menembus angin, disusul teriakan memilukan, memecahkan keheningan malam di Istana Dahlia. Tetes demi tetes cairan merah kental mengotori lantai kamar, membentuk sebuah lukisan abstrak yang mengerikan. “Sialan!” umpat seseorang. Sebuah anak panah menancap tepat di punggung tangan salah seorang penyusup. Meski tidak berhasil mengenai bagian organ vitalnya, bidikkan Zielle sukses menggagalkan aksi penyusup tersebut. Kelompok penyusup berjumlah enam orang itu panik lantaran pintu kamar yang mereka singgahi terbuka lebar. Dari arah yang sama, tampak sekumpulan prajurit istana, lengkap dengan senjatanya masing-masing. Sudah kepalang tanggung, para penyusup itu memilih melanjutkan aksi mereka. “Kurasa bajingan-bajingan ini sudah bosan hidup,” ujar Zielle sengit. Busurnya siap dengan anak panah kedua. Begitu pula dengan para prajurit istana di belakangnya. “Sisakan satu atau dua orang untuk diinterogasi, Yang Mulia,” seru Black yang baru saja tiba. Setu
….. Black kembali ke penjara bawah tanah Elinor usai menyelesaikan diskusinya bersama Zielle mengenai insiden yang baru saja terjadi. Lagi-lagi, suara rintihan manusia menjadi musik pengiring Black selama perjalanannya di tempat gelap, kotor dan mengerikan itu. Belajar dari pengalaman sebelumnya, sesampainya Black di ruang interogasi, ia memberi peringatan kepada beberapa pegawai dari Badan Penyidik yang siang ini bertugas untuk berhati-hati dan waspada pada setiap gelagat tersangka penyusupan Istana Dahlia yang telah ditangkap. Black tidak mau kehilangan saksi lagi seperti kasus pelayan restoran yang memutuskan bunuh diri dengan menggigit lidah. “Duke Leander!” seru Yosef Mor, ketua tim pertama Badan Penyidik Elinor. Pria inilah yang menangkap dan mengantarkan Koa ke penjara menara beberapa hari yang lalu atas perintah Black. “Ada berita penting yang harus saya sampaikan.” “Sir Mor, Anda bekerja sendiri?” tanya Black ketika menyadari ketidakhadiran Gilbert Wildrose—bawahan sekalig
….. “Selamat datang Duke Sander,” sambut Ernest—kepala pelayan di mansion Keluarga Dorian yang berada di ibukota. “Tolong siapkan keperluanku. Karena datang terburu-buru, aku tidak sempat membawa barang-barangku.” “Baik Duke,” jawab Ernest penuh kesigapan. Tak jauh berbeda dengan putrinya, raut kelelahan juga menghiasi wajah Sander Dorian. Perjalanan dari Dorian Dukedom ke ibukota yang seharusnya ditempuh selama empat hari menggunakan kereta kuda biasa, ia persingkat menjadi satu setengah hari dengan menunggangi kudanya sendirian. Akibatnya sekarang, seluruh tubuh pria itu terasa remuk redam. Penatnya bertambah parah ketika harus mengikuti debat panjang pada rapat darurat parlemen. Sekian lama menahan diri agar tidak ikut campur pada urusan kerajaan, Sander terpaksa turun tangan demi keadilan putrinya. “Di mana Koa?” tanya Sander kepada Ernest yang sibuk membagikan pekerjaan kepada para pelayan dan maid. “Saat ini Lady Koa sedang berada di perpustakaan bersama Duke Leander.” Ern
….. Zehra histeris mengetahui petugas dari Badan Penyidik Elinor mendatangi istana. Mereka menyerahkan surat penangkapan, lalu menyeretnya keluar. Riona dan Briella yang kebetulan juga berada di tempat itu memilih menyingkir demi menjaga nama baik keluarga mereka. “Kalian pikir, raja akan membiarkan tindakan kurang ajar kalian? Tidak! Akan kupastikan kalian semua kehilangan pekerjaan, hidup miskin sampai terpaksa tidur di jalanan!” teriak Zehra murka. Zehra berusaha melepaskan diri dengan mencakar dan memukuli para petugas. Namun usaha kerasnya itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Bukannya terbebas, tenaganya malah terbuang sia-sia. Tubuh para petugas yang jauh lebih besar dibandingkan Zehra dapat dengan mudah menyeret gadis itu masuk dalam kereta kuda untuk dikirim ke menara. ‘Ibu—aku harus memberitahu ibu. Hanya ibu yang bisa membantuku,’ batin Zehra masih belum menyerah. Kereta kuda yang ia naiki perlahan bergerak meninggalkan area halaman Istana Lily. Jika minggu lalu Koa y
….. Demi menjaga nama baik Keluarga Kerajaan, persidangan Zehra dilakukan secara tertutup. Raja Alden dan Ratu Zelda berusaha menutup berita ini agar tidak sampai ke telinga rakyat. Beruntungnya mereka, koran Elinor berada di bawah kendali Keluarga Adler. Pada sidang pertama dengan agenda pembacaan surat dakwaan, Zehra mengajukan izin tidak hadir dikarenakan alasan kesehatan. Ia diwakilkan oleh penasihat hukumnya. Diketahui, wanita itu tengah mengalami guncangan mental yang cukup berat setelah mendengar kabar Raja Alden tidak akan turun tangan dalam kasus ini. Begitu pula dengan kakaknya—Zielle yang sudah menyatakan diri akan berdiri di pihak korban, yakni Aylin Otsana dan Koa Dorian. Sementara itu, manusia yang menjadi dalang sebenarnya dari segala insiden yang terjadi di ibukota belakangan ini— Nathaniel, malah sibuk di tempat lain. Ada acara berkaitan politik yang harus ia hadiri. Fraksi Bangsawan Rendah Barat hari ini mengadakan rapat untuk menentukan siapa calon raja yang akan