….. Koa yang baru terbangun dari tidur siangnya terkejut mendapati kamar dalam keadaan gelap gulita. Dengan posisi masih berbaring, Koa memilih melamun untuk beberapa saat. Mulai bosan, Koa akhirnya keluar dari ranjang. “Bangunan-bangunan yang ada di ibukota dapat dilihat dengan jelas dari tempat ini.” Koa duduk di pinggiran jendela kamar sembari memandang ke luar dengan tatapan kagum. Cahaya terang di jalanan ibukota saat malam hari mengingatkannya pada langit berbintang di musim dingin. “Duke Leander— lagi-lagi pria itu mengambil keputusan tanpa membicarakannya dulu denganku,” ujar Koa, masih kesal pada Black. Ketika petugas dari Badan Penyidik datang ke mansion dan menangkapnya, Koa sempat berpikiran untuk kabur. Ia mengira, ada seseorang yang sedang berusaha menjebaknya. Penjara kotor dan ruang penyiksaan berisikan alat-alat aneh, gambaran mengerikan semacam itu langsung memenuhi isi kepala Koa. Tidak disangka, ia malah dikurung di dalam menara. Bangunan menara yang sementara
….. “Kak, sebelum Aylin jatuh tak sadarkan diri, bukankah dia sempat menghabiskan waktunya bersama Lady Dorian?” Zielle sontak memincingkan mata. Pria itu sangsi, sebab ia berusaha keras menutupi masalah ini agar tidak diketahui oleh para anggota inti dari parlemen Elinor. “Kau dengar itu dari mana?” “Asal kakak tahu. Berita semacam itu mudah sekali menyebar di lingkungan istana. Semua orang yang tinggal di sini, mulut mereka tidak dapat dipercaya,” jelas Zehra sembari menunjuk bibirnya sendiri. "Sebaiknya kau diam. Aku tidak mau masalah ini bertambah besar." Meski tidak sepenuhnya mengerti, Zehra mengangguk. "Baiklah. Aku turuti permintaanmu." Setelah melintasi lorong-lorong panjang istana, rombongan mereka akhirnya sampai di tujuan. Pengawal Zielle segera membukakan pintu kamar tuannya. “Kukira kau sudah tidak peduli lagi pada Aylin,” ujar Zielle masih curiga. “H-huh?! Tentu saja aku masih peduli. L-lagi pula, sebentar lagi dia akan menjadi kakak iparku,” balas Zehra terlihat
….. Bunyi keras pecahan kaca memekakkan telinga Black. Ia sontak berhenti dengan napas memburu. Gelisah, Black kuatkan otot-otot kakinya yang tegang setelah berlari menaiki ratusan anak tangga menara. Ia kembali bergerak, tak mau kehilangan satu detik pun dari waktunya. Tinggal satu lantai lagi, dan ia akan sampai di tempat Koa. Bersama Zielle, Taylor, Arnold, serta Ethan—ksatria Dorian Dukedom, pria-pria tangguh itu sudah siap menyelamatkan sang lady. “Bajingan-bajingan ini!” teriak Koa seperti orang kesetanan. “Lady Dorian!” teriak Black semakin mempercepat larinya. Ketika hampir sampai di depan pintu yang terbuka, Black tahu-tahu berhenti. Aksinya ini membuat Zielle tanpa sengaja menabrak punggungnya. Seperti tengah menahan gejolak panas dari dalam, geraman bernada rendah terdengar dari arah pria itu. “Black? Apa yang kau lakukan? Kenapa berhenti di tengah jalan?” tanya Zielle heran. Namun ketika dirinya merasakan aura mengerikan yang dikeluarkan Black, Zielle spontan menjauhka
….. Aylin sempat terlelap selama beberapa menit usai mengonsumsi obat yang diberikan Dokter William kepadanya. Namun tak lama kemudian, ia terbangun kembali karena teringat ada hal lain yang harus ia kerjakan. Lebih cepat, lebih baik. Itu yang ada di kepala Aylin sekarang. Perkembangan kesehatannya yang tergolong lambat membuat khawatir semua orang. Jika terus seperti ini, tinggal menunggu waktu saja sampai para bangsawan anggota inti parlemen mengetahui kondisinya. “Aku harus menulis surat untuk melaporkan hasil penyelidikkanku kepada Lady Dorian.” Mengandalkan tubuh yang masih lemah dan lesu—mengantuk karena pengaruh obat Dokter William, Aylin meraih pena dan beberapa lembar kertas dari dalam laci nakas di samping ranjang. Aylin tidak tahu kapan ia bisa bertemu lagi dengan Koa, mengingat wanita itu saat ini tengah dikurung di penjara menara. Aylin pikir, sementara ini surat menyurat menjadi satu-satunya cara untuk mereka saling berkomunikasi. Setelah permintaan Koa di pameran sen
….. Suara anak panah yang melesat menembus angin, disusul teriakan memilukan, memecahkan keheningan malam di Istana Dahlia. Tetes demi tetes cairan merah kental mengotori lantai kamar, membentuk sebuah lukisan abstrak yang mengerikan. “Sialan!” umpat seseorang. Sebuah anak panah menancap tepat di punggung tangan salah seorang penyusup. Meski tidak berhasil mengenai bagian organ vitalnya, bidikkan Zielle sukses menggagalkan aksi penyusup tersebut. Kelompok penyusup berjumlah enam orang itu panik lantaran pintu kamar yang mereka singgahi terbuka lebar. Dari arah yang sama, tampak sekumpulan prajurit istana, lengkap dengan senjatanya masing-masing. Sudah kepalang tanggung, para penyusup itu memilih melanjutkan aksi mereka. “Kurasa bajingan-bajingan ini sudah bosan hidup,” ujar Zielle sengit. Busurnya siap dengan anak panah kedua. Begitu pula dengan para prajurit istana di belakangnya. “Sisakan satu atau dua orang untuk diinterogasi, Yang Mulia,” seru Black yang baru saja tiba. Setu
….. Black kembali ke penjara bawah tanah Elinor usai menyelesaikan diskusinya bersama Zielle mengenai insiden yang baru saja terjadi. Lagi-lagi, suara rintihan manusia menjadi musik pengiring Black selama perjalanannya di tempat gelap, kotor dan mengerikan itu. Belajar dari pengalaman sebelumnya, sesampainya Black di ruang interogasi, ia memberi peringatan kepada beberapa pegawai dari Badan Penyidik yang siang ini bertugas untuk berhati-hati dan waspada pada setiap gelagat tersangka penyusupan Istana Dahlia yang telah ditangkap. Black tidak mau kehilangan saksi lagi seperti kasus pelayan restoran yang memutuskan bunuh diri dengan menggigit lidah. “Duke Leander!” seru Yosef Mor, ketua tim pertama Badan Penyidik Elinor. Pria inilah yang menangkap dan mengantarkan Koa ke penjara menara beberapa hari yang lalu atas perintah Black. “Ada berita penting yang harus saya sampaikan.” “Sir Mor, Anda bekerja sendiri?” tanya Black ketika menyadari ketidakhadiran Gilbert Wildrose—bawahan sekalig
….. “Selamat datang Duke Sander,” sambut Ernest—kepala pelayan di mansion Keluarga Dorian yang berada di ibukota. “Tolong siapkan keperluanku. Karena datang terburu-buru, aku tidak sempat membawa barang-barangku.” “Baik Duke,” jawab Ernest penuh kesigapan. Tak jauh berbeda dengan putrinya, raut kelelahan juga menghiasi wajah Sander Dorian. Perjalanan dari Dorian Dukedom ke ibukota yang seharusnya ditempuh selama empat hari menggunakan kereta kuda biasa, ia persingkat menjadi satu setengah hari dengan menunggangi kudanya sendirian. Akibatnya sekarang, seluruh tubuh pria itu terasa remuk redam. Penatnya bertambah parah ketika harus mengikuti debat panjang pada rapat darurat parlemen. Sekian lama menahan diri agar tidak ikut campur pada urusan kerajaan, Sander terpaksa turun tangan demi keadilan putrinya. “Di mana Koa?” tanya Sander kepada Ernest yang sibuk membagikan pekerjaan kepada para pelayan dan maid. “Saat ini Lady Koa sedang berada di perpustakaan bersama Duke Leander.” Ern
….. Zehra histeris mengetahui petugas dari Badan Penyidik Elinor mendatangi istana. Mereka menyerahkan surat penangkapan, lalu menyeretnya keluar. Riona dan Briella yang kebetulan juga berada di tempat itu memilih menyingkir demi menjaga nama baik keluarga mereka. “Kalian pikir, raja akan membiarkan tindakan kurang ajar kalian? Tidak! Akan kupastikan kalian semua kehilangan pekerjaan, hidup miskin sampai terpaksa tidur di jalanan!” teriak Zehra murka. Zehra berusaha melepaskan diri dengan mencakar dan memukuli para petugas. Namun usaha kerasnya itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Bukannya terbebas, tenaganya malah terbuang sia-sia. Tubuh para petugas yang jauh lebih besar dibandingkan Zehra dapat dengan mudah menyeret gadis itu masuk dalam kereta kuda untuk dikirim ke menara. ‘Ibu—aku harus memberitahu ibu. Hanya ibu yang bisa membantuku,’ batin Zehra masih belum menyerah. Kereta kuda yang ia naiki perlahan bergerak meninggalkan area halaman Istana Lily. Jika minggu lalu Koa y
…..Lady Xylia Denta, dengan keahlian dan pengetahuannya dalam ilmu sihir, merupakan salah satu guru terkemuka di Sekolah Sihir Kerajaan Chanceux. Setiap harinya, ia sibuk mengajar berbagai mata pelajaran magis kepada para siswa yang tertarik pada sihir. Dipenuhi dedikasi dan semangat, Xylia tidak hanya mengajarkan keterampilan dasar seperti mantra dan sihir pelindung, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti alkimia dan ramalan. Para siswa di bawah bimbingan Xylia diarahkan untuk mengasah bakat mereka dan mengeksplorasi potensi magis lebih dalam. Sebagai penyihir yang dihormati dan diakui, Xylia juga menjadi panutan bagi banyak siswa yang bercita-cita menjadi ahli sihir handal di masa depan.“Permisi, Profesor?” Helda, seorang siswa cerdas yang terkenal tekun sering kali menarik pehatian Xylia dengan pertanyaan-pertanyaan tajamnya. Hari ini, setelah kelas selesai, Helda mendekati Xylia dengan ekspresi ingin tahu yang khas di wajah. “Saya ingin bertanya ten
…..Perjalanan pulang dari istana terasa begitu menegangkan. Black duduk di atas kudanya dengan raut super serius yang menakutkan. Di sekitarnya, para ksatria yang bertugas mengawal terdiam dalam teror tak berujung. Mereka pun menyadari, suasana hati Black memang sudah buruk semenjak meninggalkan Leander.Oliver yang juga ikut mendampingi Black tak mau berpasrah diri. Ia lalu menarik tali kekang, bergerak maju supaya kudanya bisa sejajar dengan kuda Black. “Banyak bangsawan yang menyetujui proposal Anda, Lord. Ini hasil yang memuaskan,” ujarnya mencoba membuka obrolan.Black tetap melihat ke depan, hanya matanya saja yang melirik tajam ke arah Oliver. “Bisakah kita membahas urusan ini di kantor. Aku sedang lelah sekarang.”Reaksi dingin Black membuat gemetar semua orang, terutama Oliver yang berhadapan langsung dengannya. Ia pun tidak bertanya lagi, membiarkan suasana hening yang menyiksa itu mengiringi perjalanan pulang mereka.…..Seakan sudah hafal betul rutinitas harian nyonya mer
…..Koa terbangun dari tidur dengan perasaan tak nyaman. Perutnya terasa seperti tengah dibelai lembut oleh tangan yang akrab. Mata Koa terbuka perlahan, dan ia menemukan sosok suaminya, Black sedang berbaring di sampingnya. Semalam, Koa mengalami kram perut yang cukup parah sampai membuatnya sulit tidur. Beruntungnya Koa, Black dengan telaten mengurusnya. Sentuhan tangan Black yang hangat membuatnya merasa lebih baik.“Kau butuh sesuatu, Sayang?” tanya Black saat menyadari Koa menggeliat di dalam pelukannya. “Haus?”Koa menggelengkan kepala. “Saya baik-baik saja.” Wanita itu terdiam sejenak, merenung. “Apakah Anda sibuk hari ini?”“Mm, sedikit sibuk,” jawab Black sembari memainkan rambut panjang Koa. “Sore ini aku ada jadwal untuk pergi ke ibu kota.”“Urusan Anda dengan Pangeran Zielle?” Koa bertanya lagi, dengan rasa ingin tahu yang terselip dalam suaranya. “Benar?”“Benar.” Black mencium puncak kepala Koa, lalu mengeratkan pelukannya. “Kau tidak ingin aku pergi, Koa?”Koa kembali m
…..“Bisakah Anda tinggal lebih lama di sini? Setidaknya sampai cucu Anda lahir.”“Oh Koa sayang, sungguh maafkan aku. Seandainya bisa, aku pasti akan melakukannya.”Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama di Leander Manor, tiba saatnya bagi Madam Adelaine, Xylia, dan Baron Denta kembali ke Chanceux. Koa dan Black mengantarkan mereka sampai gerbang utama, di mana kereta kuda yang akan membawa mereka pulang menunggu. Meskipun suasana sedikit melankolis, tetapi senyum hangat terus mengiringi momen perpisahan itu. Sebagai tuan rumah, Koa dan Black memberikan penghormatan dan juga ucapan terima kasih kepada orang-orang terkasihnya.“Sampai jumpa lagi, Sayang.” Madam Adelaine bergantian mencium pipi Koa dan pipi Black sebelum naik ke kereta. “Jaga kesehatan kalian.”Kusir menyentakkan tali kekang dan kereta kuda mulai bergerak meninggalkan gerbang. Dari tempatnya berdiri, Koa memperhatikan kepergian mereka dengan hati yang berat. Ia melirik ke arah Black yang berdiri tepat di sebe
…..Kedatangan kereta kuda istana menjadi sorotan di Leander Manor. Suara langkah kuda yang saling bersahutan memecah keheningan di sekitar mansion dan menarik perhatian para penghuninya. Koa yang kebetulan berada di taman manor segera mengedarkan pandangan, mencaritahu identitas dari rombongan tamu yang datang berkunjung.“Siapa mereka?” tanya Koa kepada Olga.“Pangeran Zielle dan Lady Aylin Otsana, Madam.”Dada Koa berdesir saat mendengar nama Aylin. Ingatan akan masa lalu yang pahit langsung melintas di dalam benak. Namun, bukannya perasaan gugup yang ia rasakan, justru perasaan bersalah yang lebih mendominasi. Koa ingat bahwa di antara mereka, dirinyalah yang memutuskan komunikasi secara pihak. Biarpun ada alasan dibalik sikapnya hari itu, Koa sama sekali tidak membenarkan tindakan egoisnya tersebut.Sementara itu, Black, beberapa pelayan dan ksatria Leander terpantau sudah menanti di depan gerbang untuk menyambut tamu istimewa mereka. Saat kereta memperlambat laju dan berhenti di
…..Kepanikkan mengintari Koa saat undangan minum teh dari Madam Adelaine datang kepadanya. Meskipun Koa telah resmi menjadi bagian dari Keluarga Leader setelah menikah dengan Black, hubungannya dengan ibu mertua masih terbilang kaku. Karena kesibukan masing-masing, mereka baru bisa bertemu lagi sekarang setelah pertemuan terakhir mereka di pesta resepsi.Berjalan santai menyeberangi halaman menuju rumah kaca, Koa menyadari betapa senyapnya mansion setelah ditinggalkan para tamu. Kendati sepi, situasi tersebut tidak serta-merta menghilangkan kemegahannya. Justru terkadang, terlalu banyak manusia malah membuat mansion menjadi sesak dan tidak layak untuk dipandangi. Contohnya, bangunan rumah kaca yang menurut cerita Black, dulu dirawat Madam Adelaine dengan sangat telaten. Sebelum pulang ke rumah keluarga besarnya di Kerajaan Chanceux, Madam Adelaine sering menghabiskan waktunya di tempat itu, merawat tanaman-tanaman eksotis, merangkai bunga-bunga cantik yang dipetiknya sendiri.“Terima
…..Leander Manor telah terbangun dari hiruk pikuk pesta semalam. Seluruh jendela dibuka lebar-lebar, membiarkan udara segar dari hutan sekitar mengusir sisa euphoria perayaan. Dari arah timur, sinar matahari menyusup melalui celah-celah bangunan, menghangatkan pagi yang sebentar lagi beranjak siang. Suara langkah kaki ringan mulai terdengar di setiap lorong, menandakan awal dari hari yang baru.Kesan damai dan santai ini justru berbanding terbalik dengan suasana di kamar tidur utama manor. Dokter Manuel Soriano, seorang spesialis kandungan terkemuka yang dipanggil langsung oleh Black dari ibu kota, tengah melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap pasiennya, Koa Dorian. Atmosfer tegang tampak menyelimuti ruangan begitu Dokter Manuel meminta pasangan Leander duduk di sofa, menunggunya membacakan hasil pemeriksaan.“Madam, Anda memang benar sedang hamil. Dan berdasarkan perhitungan dari hari pertama menstruasi terakhir, kandungan Anda diperkirakan berusia lima minggu.”Koa meremas tang
…..Sebagai pemimpin Leander Dukedom, menjadi tugas Black untuk memperkenalkan Koa kepada banyak orang penting yang telah diundangnya ke pesta malam ini. Pertama-tama, ia memperkenalkan Koa kepada bangsawan dan aritokrat berpengaruh yang menjadi teman dekat dan mitra bisnis Leander. Sesuai dugaannya, mereka menyambut Koa dengan tangan hangat dengan tak henti-hentinya memberikan wanita itu ucapan selamat atas pernikahan mereka.Selanjutnya, Black memperkenalkan Koa kepada para pejabat pemerintah dan tokoh politik. Mengetahui betapa cerdasnya Koa, mereka tanpa ragu mengajak Koa mendiskusikan berbagai isu penting yang sedang dihadapi kerajaan. Namun ketika Koa mulai kewalahan, Black segera mengambil alih dan mengganti diskusi mereka ke topik yang lebih ringan.Selesai dengan orang-orang pemerintahan, Black membawa Koa bertemu dengan para tokoh budayawan dan para filantropis yang mendukung berbagai proyek amal Keluarga Leander. Orang-orang itu dengan semangat tinggi berbagi cerita tentang
…..Black berlari menyeberangi lautan pelayan yang terlihat berkumpul di depan kamar istrinya. Begitu mendengar kabar Joss memanggil Dokter William untuk memeriksa kondisi Koa, Black yang tidak tahu apa-apa tanpa ragu menghentikan rapat dan membubarkan semua orang. Ia bahkan mengabaikan Oliver dan meninggalkannya seorang diri di kantor bersama ribuan berkas laporan yang seharusnya mereka selesaikan sore ini sebelum pesta resepsi kedua dimulai.“Ada apa dengan Koa?” tanya Black kepada tiga bawahannya yang ikut menunggu di dalam kamar. Ia menatap mereka satu per satu, menuntut sebuah penjelasan. Ketika sudut matanya menangkap bayangan Koa, ia buru-buru menghampiri wanita itu. “Sayang, pagi ini aku lihat kau baik-baik saja. Kenapa sekarang wajahmu pucat sekali?”“L-lord, saya—“Duke,” panggil Dokter William. Ia menjaga sikapnya setenang mungkin, berusaha tidak memperkeruh keadaan. “Anda tidak perlu khawatir.”“Apa katamu? Setelah melihat wajah istriku sepucat ini, kau masih berani meminta