Happy ReadingHari-hari berlalu cepat setelah perayaan anniversary kedua mereka. Bulan-bulan berganti, dan musim hujan mulai merayapi Jakarta dengan rinai lembut.Nara dan Aldo menjalani kehidupan rumah tangga mereka dengan lebih tenang, lebih matang. Keduanya menyadari, mereka siap melangkah ke babak baru: membangun keluarga kecil mereka sendiri.Suatu sore yang cerah, di sela-sela kesibukan kantor dan proyek-proyek Aldo, mereka duduk berdua di ruang keluarga. Nara bersandar santai di sofa, sementara Aldo memijat-mijat ringan tangan istrinya."Aku mikir...," kata Aldo membuka percakapan, "gimana kalau kita mulai program hamil?"Nara mengangkat wajahnya, senyum tipis terukir di bibirnya. "Serius mau mulai?"Aldo mengangguk, matanya penuh kehangatan. "Aku rasa... udah saatnya. Aku mau ada mini versi kita di dunia ini."Nara tertawa kecil, namun hatinya berdebar haru. Dalam diam, ia juga sudah lama membayangkan — ada bayi mungil, suara tawa kecil di rumah mereka."Kalau gitu
Happy ReadingSeminggu setelah Nara dan Aldo bersepakat serius menjalani program kehamilan, keduanya memutuskan untuk ikut kelas persiapan kehamilan di sebuah klinik ibu dan anak ternama di Jakarta. Bukan hanya sekadar konsultasi medis, tapi juga belajar tentang persiapan mental, fisik, dan hubungan pasangan saat menyambut kehadiran buah hati.Pagi itu, Nara dan Aldo tiba di klinik dengan senyum lebar. Aldo menggenggam erat tangan Nara, tak pernah melepasnya sejak turun dari mobil."Ini pertama kalinya aku ikut kelas kayak gini," kata Aldo sambil tertawa kecil.Nara menoleh, tersenyum geli. "Aku juga. Tapi ini pasti seru, kan?"Mereka melangkah masuk ke ruangan luas yang sudah dihias dengan balon pastel dan poster-poster edukatif tentang kehamilan. Di dalam, ada beberapa pasangan lain yang juga tampak antusias.Seorang instruktur berwajah ramah, Bu Lestari, menyambut mereka."Selamat datang di kelas persiapan kehamilan! Kita akan belajar banyak hari ini, mulai dari pola hidup
Happy ReadingHari itu seharusnya menjadi hari yang biasa, bahkan bahagia. Nara dan Aldo baru saja selesai berbelanja bulanan — keranjang mereka penuh dengan perlengkapan bayi, makanan sehat, dan beberapa benda kecil yang disiapkan untuk menyambut si kecil. Di dalam mobil, tawa mereka masih mengisi ruang sempit itu. Playlist lagu-lagu santai mengalun pelan, tangan Aldo mengenggam tangan Nara sepanjang perjalanan."Na, kita harus siapin satu rak khusus buat perlengkapan bayi ya," kata Aldo sambil tersenyum ke arah istrinya.Nara mengangguk, menoleh pada Aldo dengan mata berbinar."Aku nggak sabar lihat kamu jadi ayah, Al."Mereka berdua tertawa kecil. Langit sore terlihat begitu indah, jalan tol pun lengang. Seolah dunia merestui kebahagiaan kecil yang mereka bangun bersama.Namun dalam hitungan detik, semuanya berubah.Sebuah truk besar dari arah berlawanan — remnya blong — meluncur liar ke jalur mereka. Aldo hanya sempat berteriak, tangan kanannya otomatis melindungi peru
Happy ReadingHari-hari setelah kepergian Aldo terasa seperti lorong panjang tanpa ujung bagi Nara. Ia menjalani hidup seperti bayang-bayang dirinya sendiri. Bangun di pagi hari, menatap kosong ke langit-langit kamar, memaksa dirinya untuk makan, memaksa dirinya bertahan — hanya karena ia tahu, di dalam tubuhnya ada secercah harapan, warisan dari cinta mereka.Setiap hari, ia berbicara dengan bayi itu."Selamat pagi, Nak," bisiknya sambil mengelus perutnya yang belum begitu besar. "Papa kamu sudah di surga. Tapi aku janji, aku akan jadi Mama terkuat untukmu."Nara menghadapi malam-malam sunyi sendirian. Tangisnya hanya didengar tembok-tembok bisu di apartemennya. Kadang ia duduk berjam-jam menatap jendela, menunggu sesuatu — entah apa — yang tak kunjung datang.Namun ia bertahan.Untuk si kecil.***Suatu sore, ketika hujan turun rintik-rintik, Nara merasa ada yang aneh. Ada nyeri halus di perutnya, berbeda dari biasanya. Ia berpikir mungkin itu hal biasa — kehamilan mem
Happy ReadingRehan baru saja kembali dari perjalanan bisnis luar negeri ketika ia menerima kabar tentang Nara. Setiap detik, hatinya berdegup lebih cepat, seolah ada sesuatu yang merobek dadanya. Dari informasi yang ia terima, Nara mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan dan kehilangan bayi mereka, serta Aldo, suaminya. Namun, yang paling menghantam hatinya adalah kabar yang terakhir—Nara, wanita yang dulu begitu ia cintai, kini terpuruk dalam kesedihan mendalam.Rehan tahu betul, betapa dalam luka yang Nara rasakan. Ia tahu bagaimana beratnya perasaan Nara saat ini, meski ia tidak berada di sana, mendampinginya seperti seharusnya.Dia harus ada untuknya. Sekarang, lebih dari sebelumnya, Rehan sadar bahwa ia tak bisa membiarkan Nara melewati semua ini sendirian. ***Langkah Rehan terasa berat saat ia memasuki kompleks rumah Nara. Tahun-tahun berlalu, dan masih banyak kenangan yang tertinggal di sini—kenangan tentang cinta mereka yang sempat hangat, yang sempat begit
Happy ReadingHari-hari berlalu begitu lambat bagi Nara. Setiap langkah yang diambil terasa seperti beban yang semakin berat, dan meskipun dia berusaha untuk tetap bertahan, kenyataan tak bisa diahindari. Setiap kali ia melihat tempat-tempat yang dulu penuh kenangan indah, ia hanya bisa merasakan kehampaan. Hari-harinya kini diisi dengan kesedihan yang begitu mendalam, yang membuatnya sering kali merasa ingin menghilang.Salah satu tempat yang paling sering ia kunjungi adalah makam bayi mereka. Setiap kali ia berdiri di sana, ia merasa seolah bisa mendengar tangisan bayi yang hilang. Ia duduk di depan makam, meremas tanah di bawahnya, seolah itu satu-satunya yang dapat menghubungkannya dengan bayinya yang tak pernah sempat ia peluk lebih lama. Tangisannya sudah tak bisa dihentikan lagi. Nara merasa bahwa ia telah kehilangan segalanya. Aldo yang pergi terlalu cepat, dan bayi mereka yang hanya sempat ada dalam hidupnya dalam waktu singkat. Semua yang ia cintai, pergi b
Happy ReadingAnastasia duduk di ruang tamu apartemen mewahnya, memandangi layar ponsel yang kosong. Sudah lebih dari satu jam ia menunggu kabar dari Rehan, tapi pria itu bahkan tidak membalas pesannya. Biasanya, Rehan tidak pernah lalai seperti ini—setiap pesan Anastasia akan dibalas dalam hitungan menit. Tapi akhir-akhir ini, semuanya berubah.Sejak Rehan kembali dari luar negeri, ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Ia sering termenung, sering keluar rumah tanpa memberitahu dengan jelas ke mana ia pergi. Matanya terlihat lelah, seolah membawa beban berat yang tidak bisa dibagikan kepada siapa pun. Anastasia, yang selama ini begitu yakin dengan hubungan mereka, mulai merasakan kecemasan merayap perlahan ke dalam hatinya.Dan kini, setelah lebih dari tiga hari Rehan sering menghilang entah ke mana, Anastasia tidak bisa lagi menahan rasa curiganya.Ia menghela napas panjang, lalu meraih ponsel dan menekan nomor seseorang. Seseorang yang selama ini ia percaya untuk mengur
Happy ReadingAnastasia menatap kosong ke luar jendela mobil yang melaju di jalan tol malam itu. Lampu-lampu kota berkelebatan di matanya, namun pikirannya hanya tertuju pada satu hal: Pengkhianatan Rehan.Di kursi belakang, Raka melirik lewat kaca spion. Ia sudah lama mengenal Anastasia, cukup tahu bahwa diamnya perempuan itu lebih berbahaya daripada amarah yang meledak-ledak."Nona, kita langsung ke apartemen?" tanya Raka hati-hati.Anastasia tidak menjawab. Tangannya bergerak lambat, membuka layar ponsel, menatap foto-foto Rehan dan Nara yang dikirim Raka beberapa hari lalu.Setiap foto seperti belati yang menusuk jantungnya. Mereka terlihat akrab, saling berbagi luka, seolah dunia hanya milik mereka berdua.Anastasia mengepalkan tangan. Hatinya terbakar, namun otaknya tetap dingin."Raka," katanya pelan."Ya, Nona?""Hubungi Richard."Raka sedikit terkejut, namun ia cepat menguasai ekspresinya. Richard adalah seseorang dari masa lalu Anastasia, orang yang tidak perna
Happy ReadingHari itu, seperti banyak hari-hari sebelumnya, terasa begitu sempurna bagi Nara dan Rehan. Matahari bersinar cerah di langit biru, sementara angin musim panas yang hangat menyapu lembut wajah mereka saat berjalan bersama di sepanjang taman kota yang asri. Langkah mereka seirama, seolah dunia di sekitar mereka tidak lebih dari latar belakang untuk kisah cinta mereka yang terus berkembang.Nara mengenakan gaun ringan berwarna biru muda, yang melambai lembut di angin. Rambutnya tergerai panjang, berkilau di bawah sinar matahari. Rehan, dengan kemeja putih yang sederhana namun elegan, tampak begitu tampan di sampingnya. Mereka tidak membutuhkan kata-kata untuk menunjukkan kebahagiaan mereka. Hanya dengan saling berpegangan tangan, mereka sudah merasa cukup untuk menikmati momen ini.Setiap kali mereka berdua menghabiskan waktu bersama, dunia terasa lebih ringan. Semua stres dan masalah yang datang dari pekerjaan dan rutinitas sehari-hari tampak jauh, seolah terbuang begitu s
Happy ReadingHari ini, Nara memutuskan untuk mengendarai Porsche-nya sendiri. Mobil itu berkilau di bawah sinar matahari, warnanya yang merah cerah membuatnya tampak begitu mencolok di jalanan kota. Ia merasa sedikit bangga, meskipun sudah terbiasa dengan kemewahan itu. Setiap kali melaju dengan Porsche, ada rasa kepuasan tersendiri, seolah ia bisa merasakan kebebasan dalam setiap putaran roda yang membawa dirinya ke mana saja ia inginkan.Pagi itu, setelah selesai melakukan perawatan rutin di salon langganannya, Nara memutuskan untuk menyambangi kantor Rehan. Ia mengenakan celana panjang hitam yang pas di tubuhnya, dipadu dengan kaos putih sederhana yang tetap terlihat elegan. Tali tas Hermes Birkin yang terkalung di tangannya memberikan sentuhan kemewahan yang pas. Penampilannya begitu sederhana namun tetap memukau, menegaskan bahwa kemewahan tidak selalu harus mencolok. Sesampainya di gedung kantor, Nara merasa mata semua orang menatapnya. Begitu ia keluar dari mobil, beberapa ka
Happy ReadingBeberapa tahun setelah pernikahan mereka, kehidupan Nara bersama Rehan telah berubah menjadi sesuatu yang jauh berbeda dari kehidupan sebelumnya. Dulu, Nara adalah wanita yang penuh ambisi dan berusaha keras mencapai segala yang ia inginkan. Namun, setelah menikah dengan Rehan, semuanya seolah berubah. Rehan memberikan Nara kebebasan untuk menikmati hidupnya, memberikan segala yang ia butuhkan tanpa mengharapkan apapun selain kebahagiaannya.Setiap pagi, Nara bangun di apartemen mewah yang terletak di pusat kota, dengan pemandangan yang menakjubkan dari lantai tinggi. Ia membuka jendela dan membiarkan angin pagi menyapa wajahnya. Kehidupan ini terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan, dengan segala kemewahan yang dimiliki, tanpa beban pekerjaan yang menuntut. Seolah-olah dunia berhenti hanya untuknya. Setelah sarapan ringan, Nara akan meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Ia pergi ke salon kecantikan terkenal yang selalu menunggu kedatangannya. Di sana, ia dimanjak
Happy ReadingBeberapa bulan setelah merayakan pernikahannya yang kelima, Nara merasa ingin berbagi kebahagiaan lebih dengan orang-orang terdekatnya. Salah satunya adalah Kelly, sahabatnya yang telah lama menjadi bagian penting dalam hidupnya. Nara ingin memberikan sesuatu yang istimewa—liburan bersama ke sebuah tempat indah, di mana mereka bisa menikmati waktu bersama pasangan masing-masing.Saat Nara dan Rehan sedang duduk di ruang tamu, menikmati secangkir kopi di pagi hari, Nara memandang Rehan dengan senyum penuh semangat.“Aku punya ide,” kata Nara, matanya berbinar.Rehan mengangkat alis, penasaran. “Ide apa, sayang?”“Aku ingin mengajak Kelly dan pasangan mereka berlibur bersama kita,” jawab Nara. “Aku pikir kita sudah lama tidak punya waktu berkumpul bersama mereka. Ini akan menjadi kesempatan bagus untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman terbaik kita.”Rehan tersenyum, memahami keinginan Nara. “Aku setuju. Liburan bersama teman-teman selalu menyenangkan. Jadi, kemana ki
Happy ReadingLima tahun setelah pernikahan mereka, Rehan dan Nara merayakan perjalanan mereka dengan penuh kebahagiaan. Setiap langkah yang mereka ambil bersama semakin memperkuat hubungan mereka, mengajarkan mereka untuk saling memahami, tumbuh, dan beradaptasi. Namun, Rehan ingin memberikan sesuatu yang istimewa untuk merayakan momen besar ini. Sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata, sesuatu yang mewakili betapa dalamnya rasa cintanya terhadap Nara.Hari itu, Nara sedang duduk di ruang tamu, menikmati secangkir teh hangat saat Rehan datang dengan wajah yang penuh misteri. Ia tersenyum penuh arti, lalu mendekati Nara dengan membawa sebuah amplop berwarna hitam elegan.“Ada apa, Rehan?” tanya Nara dengan sedikit rasa penasaran. Wajah Rehan terlihat penuh semangat, seolah menyimpan rahasia yang sangat besar.Rehan hanya tersenyum, meletakkan amplop itu di atas meja depan dan berkata, “Ini adalah hadiah untukmu, Nara. Hadiah yang mungkin agak... luar biasa.”Nara merasa jantungnya b
Happy ReadingSetelah pernikahan mereka, Rehan dan Nara memutuskan untuk memulai perjalanan mereka sebagai pasangan dengan liburan panjang ke Eropa. Mereka ingin menjelajahi kota-kota yang telah lama mereka impikan untuk dikunjungi. Tidak hanya untuk merayakan pernikahan mereka, tetapi juga untuk meresapi makna kehidupan baru yang mereka mulai bersama.Perjalanan dimulai di Paris, kota yang penuh dengan sejarah, seni, dan romansa. Begitu pesawat mereka mendarat, udara segar Paris langsung menyambut mereka. Rehan, yang sebelumnya hanya melihat kota ini melalui foto dan cerita, kini mengalaminya langsung. Tangannya menggenggam erat tangan Nara, merasakan kedamaian yang mereka rasakan bersama.“Mau kita mulai dengan mengunjungi Menara Eiffel?” tanya Rehan dengan senyum yang tidak bisa disembunyikan. Ia tahu betapa Nara selalu menginginkan untuk melihat Menara Eiffel secara langsung. Nara mengangguk dengan semangat, matanya berbinar.Sesampainya di Menara Eiffel, mereka menaiki lift yang
Happy ReadingSetelah melalui banyak rintangan, kesulitan, dan pembelajaran, Nara dan Rehan akhirnya sampai pada titik yang sangat penting dalam hubungan mereka. Meskipun mereka telah membangun hubungan yang lebih baik, masing-masing dengan ketakutan dan keraguan yang datang dari masa lalu, mereka mulai merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melangkah lebih jauh.Suatu sore yang cerah, di sebuah kafe kecil yang mereka sering kunjungi, Nara dan Rehan duduk berdua, menikmati secangkir kopi hangat. Suasana di sekitar mereka tenang, hanya terdengar suara percakapan lembut dari meja-meja lainnya.Nara menatap Rehan, matanya penuh kehangatan, namun ada sedikit keraguan yang tersirat. "Kamu tahu, Rehan, kita sudah melalui banyak hal bersama. Banyak kebahagiaan, banyak kesedihan. Aku merasa kita sudah tumbuh bersama. Tapi aku juga merasa ada satu langkah besar yang mungkin harus kita ambil. Kita sudah begitu jauh, bukan?"Rehan memandang Nara dengan tatapan yang penuh pengertian. "Aku
Happy ReadingSetelah perjalanan panjang dan banyaknya pelajaran hidup yang mereka jalani bersama, Nara dan Rehan semakin menyadari bahwa kebahagiaan tidak hanya datang dari pencapaian pribadi atau materi. Mereka mulai merasa terpanggil untuk memberikan kembali kepada masyarakat, untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Suatu pagi, Rehan mendapat undangan untuk ikut serta dalam acara bakti sosial yang diadakan oleh sebuah panti sosial di pinggiran kota. Nara, yang selama ini lebih sering terlibat dalam kegiatan sosial, mengajak Rehan untuk ikut serta. "Ini bukan hanya tentang memberi, Rehan," kata Nara dengan tulus. "Tapi tentang merasakan, tentang membuka mata kita pada kenyataan yang sering terabaikan."Rehan yang biasanya terfokus pada dunia bisnis, sedikit terkejut dengan ide tersebut. Dia tumbuh dalam kemewahan, dan meskipun memiliki banyak empati, ia tidak pernah merasakan betapa sulitnya hidup dalam keterbatasan. Namun, melihat ketulusan Nara dan semangatnya, ia akhirnya
Happy ReadingBeberapa tahun kemudian, hidup Nara dan Rehan telah melalui banyak liku. Hubungan mereka, yang dulunya penuh dengan keraguan dan ketegangan, kini telah tumbuh menjadi sesuatu yang lebih kuat dari sebelumnya. Meskipun mereka telah melalui banyak cobaan—konflik keluarga, masalah pekerjaan, dan bahkan ketidakpastian tentang masa depan—mereka selalu menemukan jalan untuk berdamai dan melangkah maju bersama.Setiap masalah yang mereka hadapi seperti batu ujian, menguji keteguhan hati mereka, tapi juga mengajarkan mereka untuk lebih memahami satu sama lain. Dulu, Nara merasa bahwa dunia ini begitu gelap dan penuh dengan luka, tetapi kini, ia bisa merasakan cahaya yang mulai menerobos dari celah-celah kesedihannya. Bersama Rehan, ia belajar untuk memaafkan dirinya sendiri dan menerima kenyataan hidup dengan lebih lapang dada.Hari itu, setelah beberapa tahun berlalu, mereka memutuskan untuk pergi bersama ke sebuah tempat yang telah lama mereka tinggalkan—makam Aldo. Kehilangan