Share

Menemui Putriku

Author: Intan Resa
last update Last Updated: 2023-05-11 19:24:31

“Kamu bilang apa sama Dina memangnya, Delon? Kok dia nangis sambil bawa anaknya pulang? Padahal anaknya lagi tidur nyenyak loh.”

Mama langsung mencecar dengan pertanyaan setelah Dina pulang. Setelah selesai mengobrol tadi, wajah Dina memang langsung berubah masam. Entah dia tersinggung dengan ucapanku, atau memang karena malu. Aku berkata seperti itu bukan tanpa alasan. Sejak mengenal Dina dan punya hubungan khusus, dia selalu dapat jatah bulanan dariku. Sering juga memberikan barang untuk putranya.

Sebelum putus malam itu, dia menolakku, tapi membawa cincin yang kuberikan. Padahal, jika memang tak mau jadi pendampingku, dia tak berhak atas cincin itu. Setelah dia menjualnya dan mungkin kini kekurangan uang, wanita itu mendekati orang tuaku agar kami bisa bersatu lagi. Buat apa menjalin hubungan jika punya kepentingan sendiri? Aku butuh yang tulus menemaniku di sisa usia.

“Delon, Mama gak habis pikir ya, dengan pola pikiranmu. Ada perempuan cantik yang jelas-jelas mau menikah denganmu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Elsa

    “Silakan masuk, Bro!” Rian mempersilakanku dengan ramah. Ternyata rumah yang mereka tempati bersebelahan dengan milik omnya sendiri yang berjasa menjadikannya sebagai dokter. Aku masih ingat betul tempat ini.“Siapa, Rian?” Suara Bu Rahimah membuatku jadi kikuk. Mantan mertua yang dulu pernah murka padaku karena telah menelantarkan putri kesayangannya. Aku tak menyangka kalau ibunya Alina sedang ada di sini.“Ini Ayah, Nek.” Putriku langsung menjawab, padahal kaki ini rasanya ingin berlari menjauh dari sini.“Ayah?”“Iya, Ayah Delon.” Cici menarik tanganku. Jantungku rasanya mau copot ketika melihat mantan mertua menyipitkan mata, menatapku dari atas sampai bawah.“Delon? Ngapain kamu ke sini?”“A—ku ....” Mendadak lidah keluh. Aku kehabisan semua kosa kata untuk menjawab pertanyaan mantan mertua.“Ibu ini bagaimana? Di sini kan ada Cici, putrinya Delon. Wajar dia datang mau bertemu dengan Cici.” Rian tertawa sekilas, membuat suasana sedikit cair. “Ayo kita masuk, Bro. bicara di dalam

    Last Updated : 2023-05-14
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Wanita Licik

    “Ada apa ini, Elsa? Kok ribut-ribut?” Alina datang menghampiri ke dapur. Sekarang, dia tetap pakai jilbab meskipun di rumah. Entahlah, mungkin juga karena ada aku bertamu ke sini.“Itu, Bu. Laki-laki ini tidak punya etika. Masa dia godain aku.”Aku meringis mendengar jawaban Elsa yang sejatinya adalah fitnahan. Sejak kapan aku godain dia? Dia sendiri yang tidak sopan dengan berdiri di depan kamar mandi saat aku berada di dalam. Dialah yang lebih pantas disebut tidak punya etika dan tanpa merasa bersalah mengayunkan panci ke wajahku.“Godain seperti apa?” Alina bertanya lagi.“Dia mengedipkan mata, Bu. Mentang-mentang aku janda, tak mungkin suka pada lelaki seperti dia.”Kuusap wajah yang panas sambil melirik ke arah Elsa. Wanita ini pembohong sekali. Pantas saja dia sering dipukuli mantan suaminya hingga mereka bercerai.“Aku tak godain kamu, ya. Gak mungkin. Di luaran sana banyak wanita yang mau samaku. Andai di dunia ini hanya ada satu wanita tersisa dan itu kamu, aku tak akan sudi

    Last Updated : 2023-05-17
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Dunia Terbalik

    “Maaf, Delon. Bukannya kami tak izinkan kamu punya lebih banyak waktu bersama dengan Cici. Namun, kami tak bisa lepaskan Cici sendirian sama kamu. Maaf jika terkesan tak adil.”Bu Rahimah bicara dengan lembut saat Cici merengek minta ikut denganku ke kafe. Aku maklum, diri ini bukanlah lelaki yang pantas disebut sebagai ayah yang baik.“Gak apa-apa, Bu. Diizinkan bertemu seperti ini saja sudah membuatku bahagia. Selama ini, bukan saya yang membesarkannya dan bahakan tak ada ikut andil dalam semua pengeluarannya. Melihat dia tumbuh besar dan tak kekurangan apapun seperti ini sudah cukup bagi saya,” balasku seraya tersenyum.“Baguslah kalau kamu mengerti.”“Tapi, Nek. Cici mau sama Ayah. Tolong izinin, Nek,” rengek putriku.“Gak bisa, Ci. Tolong mengerti! Kalau Nenek tak izinkan, pasti demi kebaikanmu juga,” tegas ibunya Alina. Cici tak membantah lagi, tapi air matanya deras keluar. Gadis kecilku melengang pergi menuju kamar.“Bu, kasihan Cici,” lirih Rian.“Lebih baik kasihan sekarang,

    Last Updated : 2023-05-24
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Kenapa Jadi Muji Dia?

    “Ayah gak apa-apa?” Cici terlihat cemas di sampingku. Aku terpaksa tersenyum dan mengatakan kalau baik-baik saja. Aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan putriku sendiri.“Tolong bawa Cici keluar! Anak-anak tak baik berada dalam rumah sakit,” titahku pada salah satu karyawan perempuan paling terpercaya.“Baik, Bos.”Aku berusaha duduk dan menegakkan punggung. Tinggal aku dan Elsa di sini. Wanita menyebalkan itu menyodorkan segelas air putih.“Maafkan aku, ya. Aku benar-benar tak sengaja menendangmu tadi.” Dia berkata dengan nada santai dan ekspresi datar. Menyebalkan.“Tak sengaja kamu bilang? Bullshit. Kamu pasti sengaja ingin menyakitiku, kan? Kamu telah lancang masuk ke ruanganku dan bertindak semena-mena tanpa mencari tahu apa yang terjadi. Kamu pasti akan menyesal karena telah membuatku masuk rumah sakit. Kamu akan masuk penjara,” cetusku.“Haduh, jangan diperkarain dong. Aku kan gak sengaja. Ini hanya salah paham. Kukira kamu telah aniaya karyawanmu, ternyata dia sendiri yang

    Last Updated : 2023-05-26
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Tak Sejahat yang Kukira

    “Jadi kamu ketemu cucu Papa? Sudah sebesar apa dia?” Papa begitu antusias saat kuceritakan pertemuanku dengan Cici. Sekali seminggu, aku tetap pulang ke rumah untuk mengecek keadaan mereka berdua sekaligus melihat perkembangan kafe yang di sana. Alhamdulillah, sejauh ini Andika masih amanah menjalankan tugasnya. Pemasukan tiap bulan stabil dan cenderung meningkat.“Iya, Pa. Keluarga Alina memang baik. Mereka mengizinkanku bertemu dan bahkan membawa Cici ke kafe baru. Ya, meskipun harus ikut sama pengasuhnya.” Kubuka handphone dan menunjukkan foto serta video kebersamaanku dengan Cici.“Ya Allah, cantik sekali Cici. Benar-benar perpaduan antara kamu dan Alina. Papa juga jadi kangen sama dia. Kenapa gak bawa Cici ke sini, Delon?”Aku tersenyum tipis melihat Papa sampai mengusap-usap layar ponsel. “Sebenarnya aku juga mau bawa dia ke sini, Pa. Namun, mana berani aku langsung mengajaknya. Kita saja beda kota. Terlalu ngelunjaklah, Pa. Mereka masih mengenalkanku sebagai ayah kandung Cici d

    Last Updated : 2023-05-29
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Bimbang

    “Apa kamu berpikiran buruk tentangku tadi?”“Kenapa memangnya? Kamu akn memang orang baik,” pujiku.“Hmm, aku yakin kamu sudah berpikir negatif saat aku mematikan ponsel setelah kamu mentransfer uangnya. Iya, kan?” sergah Elsa.Aku tertawa sekilas dan mengangguk, padahal Elsa tak akan melihatnya. Kami sedang menlpon tanpa video.“Kamu memang wanita menyebalkan, tapi sekaligus baik,” kekehku.“Dan kamu laki-laki menyebalkan doang,” cetusnya.Aku mendengkus. Wanita ini sudah dipuji, tetap saja tak mau memuji balik. Apa memang sudah sifatnya. Ah, terserahlah.“Oh iya, mana Cici?” tanyaku kemudian.“Nanti saja nelponnya, ya. Dia lagi sibuk ngerjain tugas.”Aku membulatkan mulut. “Kamu bantu jaga dia dengan baik, ya. Aku percaya Alina bisa menjaga putri kami dengan penuh kasih sayang, tapi mengingat dia lagi hamil besar, pasti akan sulit menjaga dua anak sekaligus. Belum lagi ibu hamil lebih sering marah-marah dari biasanya.”“Siap. Kamu tenang saja. Oh iya, kamu ini kan sekarang sudah suk

    Last Updated : 2023-06-01
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Kekasih Baru

    “Kalau cinta, katakan saja. Jangan menunggu orang lain mendahului.” Papa membuyarkan lamunanku yang sedang senyam-senyum menatap foto Elsa.Aku langsung mematikan layar dan meletakakkan ponsel di atas ranjang. “Papa bikin kaget aja deh. Kalau masuk kamar, ketuk pintu dulu dong,” protesku.“Sejak kapan ada peraturan baru itu? Kamu itu masih sendiri dan tak masalah jika Papa bebas masuk kamarmu. Beda jika sudah menikah nanti, tentu Papa tak boleh masuk sembarangan lagi.”Papa mana bisa disalahkan. Dia selalu punya jawaban yang masuk akal. Lelaki tua itu duduk di tepi ranjang, menghadap ke arahku.“Kamu suka sama wanita itu, kan?”“Enggaklah, Pa.”“Jangan berbohong, Delon! Papa juga pernah muda dan tahu betul rasanya bagaimana saat jatuh cinta. Bisa senyam-senyum sendiri, menatap foto doi, tapi kalau ketemu sok jaim dan terkesan cuek.”“Papa apaan sih? Aku tadi cuma mandangi foto Cici kok,” elakku. Astaga, Elsa memang bisa membuatku seperti berad di dunia lain, sampai-sampai tak mendenga

    Last Updated : 2023-06-03
  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Permohonan Wina

    Aku langsung menelpon Andika untuk memperjelas tentang pesan yang dia kirim. Aku penasaran kenapa Wina kembali setelah sekian lama menunggunya dan kini diri ini sudah melabuhkan hati pada wanita lain.“Halo, Bro. Ada apa?” tanyanya di seberang sana. Terdengar suara canda tawa anak-anak di dekatnya.“Sibuk, gak? Apa mengganggu?” Aku merasa tak enak hati. Malam begini adalah waktu istirahatnya dan aku malah menelpon.“Ini lagi ngumpul sama keluarga saja. Katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan, gak apa-apa.”Aku menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. “Kamu gak bercanda kan, tentang Wina yang datang ke kafe?” tanyaku ke inti.“Enggak. Ngapain juga aku bercanda? Gak penting banget.”“Dia datang mau ngapain? Minta kerjaan lagi?” cecarku. Mana tahu Andika tahu sesuatu.“Enggak. Katanya pengen ketemu kamu saja. Dia sempat minta alamatmu juga, tapi gak kukasih. Makanya dia tinggalkan nomor hapenya. Tanya aja sendirilah, dia mau ngapain,” balas Andika.“Baiklah, makasih infonya, Br

    Last Updated : 2023-06-05

Latest chapter

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Ending

    Setelah mengantar Delima pulang, aku menyusul Mama ke hotel langganan setiap datang ke sini. Benar saja dugaanku, Mama sudah di hotel dan tidak pergi kemana-mana.“Mama mau pulang sekarang? Katanya mau nginap barang sehari dua hari,” tuturku. Kulihat Mama sudah mengemasi barang-barangnya.“Buat apa Mama di sini, kamu hanya bikin kesal saja. Punya satu anak laki-laki tapi tak berguna. Mama sudah tua, tapi kamu masih belum kepikiran untuk kasih menantu.”Aku tersenyum tipis dan menyentuh lengan Mama. Kutahu, itulah kegundahan Mama selama ini. Takut jika ajalnya duluan menjemput, sementara aku masih sendiri. Mama terkesan memaksa untuk kebahagiaan pribadi, tapi sebenarnya cemas dengan nasibku kelak di masa depan.“Aku bukan tak mau menikah, Ma. Namun, memang dasarnya belum ada yang mau.” Aku beralasan.“Mulai sekarang, jangan sok jual mahal lagi, Delon. Umurmu juga makin tua. Kamu itu dapat istri saja sudah syukur. Tak usah berharap dapat gadis yang cantik dan tanpa ada cela,” cetus Mama

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Gadis yang Dikenalkan Mama

    Dua minggu kemudian, Mama memintaku untuk datang ke sebuah restoran yang berada di kota ini. Seperti ucapan Mama sebelumnya, dia ingin menjodohkanku dengan wanita pilihannya sendiri. Namun, aku heran kenapa Mama malah mengajak ketemuan di sini dan hanya datang sendirian tanpa ditemani Papa seperti biasanya? Padahal, kami beda kota. Apa Mama bawa calon menantunya sendiri ke sini? Atau memang orang sini? Entahlah. Mama kadang tak bisa ditebak. Papa sendiri yang jadi teman tidurnya selama ini tak bisa memahami pola pikir Mama.Ah, banyaknya pertanyaan bersarang dalam benakku tentang wanita yang memikat hati Mama. Daripada penasaran, lebih baik nanti saja kulihat siapa wanita itu. Aku memarkirkan kenderaan roda empatku di depan restoran dan langsung masuk. Dari kejauhan, kulihat Mama sedang mengobrol dengan seorang perempuan berjilbab panjang. Posisi wanita itu membelakangiku dan Mama menghadap ke arah pintu masuk. Begitu mata kami bertemu, Mama melambaikan tangan agar aku datang ke sana.

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Mama Mau Menjodohkanku

    Malam harinya, kami merayakan ulang tahun Cici di restoran yang sudah kupesan sebelumnya. Hanya dihadiri kami saja tanpa ada tambahan siapa-siapa. Cici terlihat bahagia dan tak pernah lepas senyumannya ketika beberapa hadiah dia dapatkan.Seperti janjiku pada Rian, aku akan mengantar Cici pulang sebelum jam yang ditentukan. Walaupun aku adalah ayah kandungnya, tapi tetap harus menghormati peraturan yang dibuat oleh Alina dan suaminya. Biar bagaimana pun, aku tak banyak berkontribusi terhadap anak ini. Mereka lah yang merawat Cici dari kecil hingga sebesar ini.Aku membantu membawakan hadiah-hadiah untuk Cici dan meletakkannya di dekat pintu. Putriku terdengar berteriak memanggil bunda dan neneknya untuk menceritakan tentang hadiah-hadiah yang dia dapatkan.“Wah, kamu antar lebih cepat rupanya,” ujar Rian, menyambutku di teras rumahnya.“Iya, aku takutlah nanti gak diizinin ketemu sama putriku sendiri.” Aku terkekeh dan disambut tawa oleh Rian. “Aku langsung balik kalau begitu, ya, Ri

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Ide Gila Mama

    *Hari ini, Cici berulang tahun. Aku berniat merayakan hari kelahiran putriku bersama Papa dan Mama. Hari kelahiran yang pertama kali kurayakan karena selama ini kami tidak tinggal bersama. Aku ingin mengukir momen indah di memori anak gadisku tentang ayahnya ini. Jika kelak dia dewasa, dia tetap mengingatku sebagai sosok ayah yang baik. Ayah kandung yang pantas dibanggakan dan diceritakan pada teman-temannya.“Aku jemput Cici dulu, ya, Pa, Ma. Semoga saja mereka mengizinkanku membawa Cici.”“Kami ikut.” Papa dan Mama kompak menjawab.Aku menautkan alis dan melihat keseriusan di wajah keduanya. “Beneran mau ikut? Apa Papa dan Mama tak sungkan nantinya ketemu sama Bu Rahimah?” cecarku.“Jadi Bu Rahimah tinggal di sana juga?” tanya Papa.Aku mengangguk. “Semenjak Alina hamil besar dan kini sudah melahirkan anak keduanya, mantan mertuaku tinggal di sana, Pa. Mungkin mau memberikan perhatian lebih agar Alina tak merasa diabaikan oleh ibunya. Belajar dari pengalaman saat mau melahirkan Cic

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Belum Siap Kecewa Lagi

    Aku pulang ke kafe cukup terkejut dengan kedatangan Papa dan Mama, menunggu di bagian depan. Mungkin karena aku belum mengabari mereka sepulang dari rumah Elsa kemarin, makanya sampai menyusul ke sini. Aku menyalami keduanya dan langsung mengajak mereka masuk ke kafe yang hampir akan tutup jam segini.“Papa dan Mama kok bisa di sini? Gak ngasih kabar pula? Naik apa ke sini, Pa, Ma?” cecarku.Kami kini memang hanya punya satu kenderaan roda empat, yaitu yang sering kugunakan. Semenjak pernah merasakan lumpuh, meski sudah sembuh, Papa tidak kepengen lagi mengemudikan mobil. Jika sesekali ada urusan keluar, Papa lebih memilih naik ojek motor atau mobil. Sedangkan Mama, karena sudah lama tak pernah bawa mobil, kepercayaan diri dan keberaniannya telah hilang untuk berkendara di jalan umum. Pun aku tak mengizinkan Mama belajar lagi, takut kalau terjadi apa-apa.“Bagaimana kami mau ngasih kabar? Kamu saja tak pernah angkat telpon,” cetus Mama.Aku menggaruk-garuk kepala yang mendadak terasa

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Pergilah dari Hidupku

    “Mas, kenapa melamun terus? Mau dibuatkan minum?” Delima mengagetkanku, membuyarkan lamunan.“Aku baik-baik saja. Gimana kerjanya? Bisa?”“Bisa, Mas. Di sini enak kok kerjanya. Teman-teman ramah dan pengunjungnya santun. Kadang kan di kafe-kafe banyak pelanggan genit yang suka godain cewek-cewek, kalau di sini tidak ada.”Aku tersenyum dan mengangguk. Keselamatan dan kenyamanan kerja para pegawai adalah tanggung jawabku. Kalau ada yang bersikap kurang ajar, mending aku kehilangan pelanggan daripada mengorbankan pelayan.“Hai cantik, cappucino-nya dua!”Dua orang laki-laki datang dan tersenyum genit ke arah Delima. Meskipun kami sedang mengobrol, sepertinya mereka langsung mengenali Delima adalah pelayan kafe ini karena memakai seragam khusus seperti pegawai yang lainnya.Baru saja Delima memuji kalau pelanggan kafeku sopan-sopan, sekarang sudah ada dua laki-laki yang kayaknya setengah mabuk dari cara duduknya dan berjalan tadi.“Sana siapkan biar aku yang antar sama mereka,” titahku p

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Kedatangan Elsa

    “Yang sabar, ya, Mas. Suatu saat kamu akan dapat pengganti yang lebih baik. Mungkin Mbak Elsa bukan jodoh yang terbaik buat Mas Delon,” ujar Wina. Ucapannya kelihatan tulus. Mungkin senyumannya tadi bukan bermaksud bahagia di atas penderitaanku.“Iya, kalau gitu aku pulang dulu, ya. Kamu juga pasti butuh istirahat banyak.”“Kok cepat banget pulangnya? Padahal baru nyampe loh.”“Besok aku bisa datang lagi, yang penting sudah ketemu sama Reza. Gak enak juga dilihat tetangga kalau aku bertandang ke sini malam-malam,” tukasku.“Terima kasih kalau begitu karena sudah berkunjung. Semoga hatimu baik-baik saja, ya, Mas.”Aku mengangguk, menyentuh pipi bocah menggemaskan yang sudah tertidur, lalu pulang. tak langsung ke kafe yang merangkap tempat tinggalku. Untuk menghilangkan suntuk, aku pergi ke taman kota, duduk di bangku besi yang tersedia. Cuaca lagi bagus dan di langit sedang banyak bintang menghiasi.“Tolong! Tolong lepasin aku!”Suara teriakan wanita membuatku langsung mengedarkan pand

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Senyuman Menyeringai

    Adakah laki-laki paling malang di dunia ini selain aku? Tak bisakah pintu taubat mengubah nasibku? Ya Allah, aku tahu, diri ini adalah manusia bejat di masa lalu. Namun, aku sudah lama menjauhi maksiat. Apakah pendosa sepertiku tak berhak dapat jodoh di dunia ini lagi?Tak terasa, air mata menetes begitu saja. Mungkin benarlah kata orang bijak kalau kita tak pantas menggantungkan harapan pada manusia. Sepercaya apapun kita, tetap saja harus bersiap akan kecewa. Segala kemungkina buruk itu pasti ada dan kini aku mengalaminya.Elsa, wanita yang selama ini jadi idaman hatiku. Kecocokan kami hampir seratus persen. Tak ada keluhan berarti tentangnya dalam hatiku. Dia nyaris sempurna bagiku untuk dijadikan pendamping hidup. Namun, siapa yang tega menghancurkan mimpiku? Siapa yang mengirim pesan pada Elsa kalau aku punya penyakit HIV? Ini pasti ulah orang-orang terdekatku, atau para wanita yang pernah hadir dalam hidupku. Aku lumayan banyak dekat dengan wanita, lalu mereka memilih pergi kare

  • Putriku Kelaparan di Rumah Mewah Suaminya   Gagal Lagi

    Setelah Wina lahiran, aku mengontrak rumah untuknya. Dia mandiri juga mengurus bayinya. Namun, meskipun begitu, aku tetap mencari orang untuk membantunya. Hari ini aku dan Elsa menjenguk Wina dan bayinya untuk memastikan semua baik-baik saja.“Aku ada kabar buruk sekaligus baik,” ujar Wina.“Apa, Win?” tanya Elsa.“Kabar buruknya, anakku sudah yatim. Namun, aku bahagia karena akhirnya terlepas dari lelaki itu tanpa harus ketakutan lagi dia kejar-kejar. Mantan suamiku sudah meninggal karena kecelakaan. Aku baru lihat berita online-nya.”Aku dan Elsa berpandangan. Jujur saja, aku juga tak tahu mau bilang selamat atau sedih. Aku prihatin karena anak yang baru lahir itu tak punya ayah lagi, tapi di lain sisi Wina akhirnya terbebas dari lelaki kejam itu.“Mungkin ini yang terbaik buat kalian, Win. Lagian, meskipun mantan suamimu masih hidup, Reza tak bisa menuntut apa-apa pada bapaknya. Kamu dan mantan suamimu hanya nikah siri dan tidak tercatat dalam dokumen negara. Kamu sebagai ibu harus

DMCA.com Protection Status