Tidak lama kemudian, Farida mengetuk pintu rumah kecil itu.Begitu melihat siapa yang datang, Laras langsung terkejut sekaligus gembira. Dia segera meraih tangan Farida dan mengajaknya masuk.Sebelum memasuki halaman, Laras bahkan sudah berseru, "Nona, lihat siapa yang datang!"Mendengar suara Laras yang begitu bersemangat, Andini merasa penasaran. Dia segera melirik ke arah pintu.Andini melihat Farida yang mengenakan pakaian rakyat biasa, rambutnya disanggul sederhana, serta membawa sebuah tas kecil di tangannya. Dia langsung menyambut, "Bibi, kenapa tiba-tiba ke sini?""Saya datang menjenguk Nona." Farida tersenyum dengan mata menyipit. "Saya ingin menginap di sini beberapa hari. Semoga Nona nggak keberatan."Andini langsung menggeleng dan membalas, "Kenapa aku harus keberatan? Aku justru sangat senang!"Sambil berkata demikian, Andini menggandeng Farida masuk ke rumah. Setelah menuangkan segelas air untuknya, dia baru bertanya, "Bibi, dilihat dari pakaianmu ini, apakah kamu ingin p
Farida mengangguk pelan. "Ini karena Keluarga Adipati sudah nggak punya sesuatu yang layak untuk dijadikan mas kawin bagi Nona Dianti!"Meskipun Farida tidak ingin terlalu merendahkan Keluarga Adipati, tetap saja, dia merasa perlu memperingatkan Andini lebih dulu.Andini menggenggam tangan Farida dan berkata dengan tegas, "Jangan khawatir, Bibi. Apa yang diberikan Nenek kepadaku adalah milikku. Siapa pun yang datang meminta, aku nggak akan memberikannya!"Mendengar itu, Farida mengangguk puas. "Kalau begitu, besok saya akan mulai mengurus semua untuk Nona. Saya akan memastikan pernikahanmu berlangsung dengan megah dan terhormat!"Sejak tadi, Laras berdiri di samping tanpa punya kesempatan untuk menyela. Dia akhirnya berujar, "Saya juga ikut bantu! Saya ini pelayan yang akan ikut Nona setelah menikah, tentu saja harus ikut menyiapkan semuanya!"Farida tertawa. "Ya, ya! Kamu ini memang bagian dari mas kawin paling berharga bagi Nona!"Wajah Laras langsung memerah karena malu, tetapi dia
Tiga hari kemudian, Keluarga Maheswara mengantar sertifikat pernikahan, belasan kotak perhiasan, kain, dan hewan ternak. Selain itu, ada 6 pengurus pernikahan yang datang.Andini tidak pernah melihat situasi seperti ini. Dia sedikit kewalahan saat kediamannya menjadi ramai.Untung saja, Farida bisa menghadapinya dengan tenang. Dia mengarahkan bawahan untuk memasukkan barang ke gudang sambil mengajari Andini cara mengurus hadiah pernikahan.Empat jam kemudian, semuanya baru beres. Andini yang lelah duduk di kursi. Laras bergegas berjalan ke belakang Andini untuk memijat bahunya.Jabal segera maju, lalu memberi hormat kepada Andini dan berucap, "Tuan Kalingga nggak bisa keluar. Maaf merepotkan Nona Andini."Andini tersenyum seraya menggeleng. Farida dan Laras juga tahu kali ini Kalingga sudah banyak membantu Andini. Jadi, mereka tidak menyalahkan Kalingga yang tidak muncul.Hanya saja, Farida tetap maju ketika melihat para pelayan yang sedang memindahkan mahar. Dia bertanya kepada Jabal,
Ekspresi Andini menjadi muram. Dia berkata, "Kalau begitu, kita temui dia saja. Kalau menghindar, justru kita terlihat seperti menutupi sesuatu."Selesai bicara, Andini menyuruh pengawal mempersilakan Kirana masuk. Saat Kirana berjalan masuk, Farida sedang membacakan daftar hadiah untuk Andini. Mereka bersikap seolah-olah tidak mengetahui kedatangan Kirana.Farida membacakan daftar hadiah sampai selesai sebelum melihat Kirana. Dia bertanya dengan ekspresi kaget, "Lho, kenapa Nyonya Kirana datang?"Akting Farida agak buruk. Laras tidak bisa menahan senyumnya, sedangkan Andini berusaha untuk tidak tersenyum. Namun, mereka tetap mencoba untuk bersikap serius.Sebaliknya, Kirana tampak canggung saat berbicara, "Ternyata Bibi Farida ada di sini. Aku pikir nggak ada yang bantu Andin waktu Keluarga Maheswara mengantar mahar, jadi aku datang melihatnya. Sekarang aku baru tenang setelah melihat Bibi Farida."Farida tersenyum dan menimpali, "Nyonya Kirana nggak usah khawatir. Titah anugerah pern
Kirana terkejut. Dia sudah memperkirakan hari ini Andini pasti tidak akan langsung menyetujui permintaannya. Namun, Kirana tidak menyangka sikap Andini begitu tegas.Kirana berpikir mungkin Andini akan menyalahkannya. Bahkan Andini juga akan melontarkan ucapan yang menyakitkan.Kalau begitu, Kirana akan menangis seperti biasanya supaya hati Andini luluh. Mungkin Andini bisa memberikan patung Buddha giok kepada Kirana.Hanya saja, Andini tetap duduk di tempatnya. Dia menghadapi Nyonya Kediaman Adipati dengan sikap arogan. Seketika Kirana merasa statusnya tidak bisa menandingi Andini.Namun, ini tidak mungkin. Kirana adalah ibunya Andini. Dia menunjukkan sikapnya sebagai senior dan berbicara seraya mengernyit, "Harta sesan itu memang diberikan oleh nenekmu, tapi Dian itu adikmu. Apa kamu tega lihat Dian malu di hari pernikahannya?"Andini menyela dengan ekspresi sinis, "Aku nggak pernah akui dia itu adikku. Lagi pula, aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati. Jadi, masalah Keluar
Setelah mendengar perintah Andini, pengawal buru-buru masuk dan memberi hormat kepada Kirana. Dia berucap, "Silakan."Para pengawal ini adalah bawahan Kalingga. Mereka hanya mematuhi perintahnya. Kalingga menyuruh mereka melindungi Andini, jadi sekarang mereka pasti mengikuti perintah Andini.Jangankan Nyonya Kediaman Adipati, biarpun Kresna datang, para pengawal juga mempersilakan dia keluar jika diperintah Andini.Akhirnya, Kirana tetap pergi sambil menangis. Tak lama kemudian, Laras datang. Melihat Andini masih duduk dan terus memainkan cangkir teh yang sudah dingin, Laras merasa cemas. Dia menghampiri Andini dan memanggil, "Nona ...."Andini baru tersadar. Dia tersenyum kepada Laras seraya berkata, "Aku kira aku nggak akan sedih."Namun, hati Andini terasa sakit ketika melihat ibu yang pernah menyayanginya selama 15 tahun merendahkan dirinya dan rela dipermalukan demi Dianti. Bahkan, Kirana juga mengkritik Andini.Laras yang merasa kasihan pada Andini memeluknya dan berujar, "Nona,
Waktu setengah bulan berlalu dengan cepat. Andini dan lainnya sangat sibuk. Hari ini, Farida membangunkan Andini sebelum langit terang.Farida mengingatkan, "Nona, sebentar lagi sudah pagi. Nanti kamu terlambat kalau nggak bangun."Kemudian, Andini mandi dan merias wajahnya. Saat langit baru terang, Andini sudah selesai berdandan dan duduk di depan cermin.Kalingga mengutus tukang rias untuk mendandani Andini. Ukiran bunga di dahi Andini sangat indah sehingga membuat dandanan Andini makin menarik dan mewah.Rambut Andini disanggul oleh wanita tua berpengalaman yang dicari oleh Kalingga. Wanita ini berusia 68 tahun, tetapi masih belum pikun.Keluarga wanita tua ini harmonis, dia dan suaminya sangat menyayangi anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak mereka juga sangat berbakti kepada orang tua. Wanita tua ini dianggap sebagai orang yang sangat beruntung di ibu kota.Farida sangat puas. Dia berdiri di belakang Andini dan melihat wajah Andini yang sempurna dari cermin. Farida memuji, "Tuan Kal
Penduduk lain memuji, "Mempelai wanita juga sangat karismatik saat menunggangi kuda, lebih menarik daripada tandu yang monoton."Bahkan, ada penduduk yang berteriak, "Mempelai wanita cantik sekali!"Kemudian, semua orang menyelamati, "Selamat menikah!"Laras melempar uang yang sudah disiapkan ke arah penduduk. Seketika semua penduduk bersorak.Andini yang menunggangi kuda berangkat ke kediaman Keluarga Maheswara. Anggota penjemput pengantin yang memimpin jalan dan Andini mengikuti mereka. Sementara itu, anggota pengantar pengantin yang keluar dari kediaman berjalan di belakang Andini.Para penduduk yang tadinya masih sibuk memungut uang terperangah saat melihat anggota pengantar pengantin. Mereka berkomentar."Wah, harta sesannya banyak sekali!""Aku kira Nona Andini sebatang kara setelah keluar dari Kediaman Adipati. Nggak disangka, dia mampu menyiapkan harta sesan sebanyak ini!""Lihat, masih belum berhenti. Anggotanya sudah hampir mencapai ujung jalan!"....Sejujurnya, Andini tidak
Di ujung jalan masuk desa, Dierja sedang memimpin sekelompok orang datang ke arah mereka. Dia berjalan pincang, tetapi tetap berusaha melangkah lebih cepat. Dia sesekali menunduk dan tersenyum menyanjung pada pria di sampingnya.Pria yang berjalan di sampingnya itu memiliki postur tegap dan langkah yang penuh wibawa, disertai aura angkuh khas kaum bangsawan. Penampilannya benar-benar tidak serasi dengan suasana pedesaan yang sederhana di sekelilingnya.Andini tidak tahu apakah dia harus panik atau justru merasa lega.Pria itu ... adalah Kalingga."Itu dia! Di rumah tua itu!" seru Dierja penuh semangat. Langkahnya yang pincang jadi makin cepat saking bersemangat.Beberapa hari lalu, saat Dierja dibawa ke kantor pemerintahan, dia sempat mengira akan mendekam di penjara selama bertahun-tahun. Tak disangka, justru saat itu dia melihat para petugas membawa gambar buronan.Hanya dengan sekali lihat, dia langsung mengenalinya. Dierja pun segera memberi tahu mereka.Benar saja, pagi ini, bangs
Mendengar ucapan Andini, Kino yang berada di sampingnya pun angkat suara, "Semua harus lebih hati-hati, jangan sampai tato kita terlihat. Bagaimanapun juga, kita sudah hidup di sini selama delapan tahun, mereka nggak akan mudah mencurigai kita."Mengungkit hal itu, Kino menoleh ke arah Andini dan berkata lagi, "Kamu juga nggak perlu terlalu khawatir. Lukisan wajah itu hanya disebar di sekitar kota kecil ini, belum tersebar luas. Beberapa kakak yang tinggal di kota juga akan ikut mengawasi. Begitu ada sesuatu yang mencurigakan, kami pasti segera memberitahumu."Padahal baru saja diangkat sebagai saudara, tapi mereka sudah mulai melindunginya. Hati Andini pun hangat seketika. Dia memandang Kino dan mengangguk pelan."Sudah ah, jangan bahas yang bikin stres. Hari ini kita resmi punya adik, harus senang dong! Ayo, makan yang banyak!" kata Darya sambil tersenyum, tapi kemudian dia merasa ada yang aneh. "Tapi masa kita terus-terusan panggil 'adik'? Sepertinya agak aneh."Andini menunduk dan
Untuk usulan dari Joso, sahabat urutan keenamnya, Surya sama sekali tidak merasa terkejut.Bagaimanapun juga, saat mereka berpura-pura mabuk dan mendengar bahwa Andini meminta Endah untuk merawat mereka sebelumnya, sekelompok orang ini sudah mulai menyukai Andini.Hari ini, saat Surya memberitahukan kepada mereka tentang identitas Andini, tentu saja dia juga menceritakan kisah hidup gadis itu. Setelah mendengarnya, mereka merasa ngeri dan tidak percaya.Ditambah lagi, karena adanya hubungan antara Andini dan Byakta, mereka pun tak kuasa merasa simpati padanya. Namun, soal Joso yang bilang ingin menjadikan Andini sebagai adik angkat, Surya memang tidak mengetahuinya sebelumnya.Maka dari itu, sekarang dia hanya menoleh ke arah Andini dan berkata dengan nada datar, "Jos0 cuma asal bicara. Kalau kamu nggak mau, nggak ada seorang pun yang bisa memaksamu.""Iya iya, aku cuma asal ngomong, Nona Andini jangan merasa terbebani ya."Mereka ingin menjadikannya adik angkat, tapi malah belum berta
Ini bukan ibu kota, ini adalah Desa Teluk Horta. Di sini, tidak ada Pangeran Surya. Yang ada hanya seorang pemburu bernama Arjuna. Melihat Surya yang bersikap begitu santai, Andini pun tidak berkata apa-apa lagi, lalu masuk ke dalam rumah.Mungkin karena semalam tidurnya terlalu larut, keesokan paginya saat Andini terbangun, matahari sudah bersinar terang.Endah sedang duduk di tempat teduh sambil menjahit pakaian yang robek. Begitu melihat Andini bangun, dia segera berdiri dan membawakan semangkuk bubur."Arjuna bilang, kamu nggak enak badan tadi malam, jadi dia suruh aku jangan ganggu. Sekarang sudah mendingan belum?"Andini mengangguk pelan. Dia melirik ke arah halaman yang tampak kosong, lalu tersenyum, "Kak Arjuna sudah pergi kerja lagi sama Anom?"Namun, Endah menggeleng, "Nggak. Arjuna sudah pergi ke kota sejak fajar belum menyingsing. Mungkin ada urusan penting yang harus diurus. Anom masih tergeletak di kamar, badannya masih sakit semua setelah kemarin."Mendengar hal itu, And
Surya benar-benar dibuat bingung oleh Andini. "Andini? Bukannya kamu adik Byakta?"Andini sempat terkejut, tapi segera sadar, ternyata selama ini Surya mengira dirinya adalah Gayatri. Dia pun tersenyum tipis dan berkata, "Aku tunangan Byakta."Di bawah cahaya remang malam, mata Surya yang tajam tampak memantulkan seberkas keterkejutan. Dia segera melangkah maju dan membantu Andini bangkit berdiri, lalu bertanya, "Jadi, Byakta tewas di tangan para perampok itu?"Andini mengangguk perlahan dan dia mendengar kemarahan yang tersirat dalam nada bicara Surya.Para perampok sialan itu .... Mereka telah membunuh sahabatnya dan mencemarkan nama baiknya serta Pasukan Harimau!Seolah teringat sesuatu, Surya kembali bertanya, "Kalau begitu, apa hubunganmu dengan Kalingga?"Andini terdiam sejenak, lalu teringat bahwa dia memang pernah memperlihatkan kemampuan bela diri di hadapan Surya. Dia pun menghela napas dan menjawab, "Kalingga ... dulunya adalah suamiku."Begitu kalimat itu meluncur dari bibi
"Aku nggak berniat membunuhmu." Suara Andini bergetar, entah karena sakit atau karena hati yang hancur. Air matanya pun berderai, "Aku cuma ingin membalaskan dendam tunanganku!"Kening Surya mengernyit tajam. "Tunanganmu?"Dalam sekejap, berbagai wajah melintas dalam ingatannya. Namun, saking banyaknya orang yang pernah dia bunuh, Surya benar-benar tidak bisa mengingat siapa tunangan Andini yang dimaksudnya.Andini tahu, malam ini dia tidak akan bisa membalas dendam. Akan tetapi, itu tidak membuatnya gentar."Aku tahu kamu penyelamat hidupku, tapi kamu juga punya hubungan dengan perampok dari Yolasa! Mereka membunuh orang tanpa ampun, menjarah, membantai desa, dan melakukan semua kejahatan! Kamu menyebut mereka saudaramu, itu cukup membuktikan bahwa kamu pun bukan orang baik!"Barulah saat itu Surya paham, Andini telah mengira dirinya sebagai perampok. Dia pun melepaskan cengkeramannya dan mundur dua langkah.Andini ikut bangkit dan duduk. Kedua matanya memerah, air mata terus menetes
Melihat kejadian itu, Endah segera berseru, "Aduh, tunggu sebentar! Biar kuambilkan kain untuk bersihkan bajumu!" Usai bicara, dia langsung keluar rumah.Anom yang tampaknya juga tidak nyaman berada di dekat Surya, ikut keluar bersama ibunya.Surya melirik ke arah Darya dan berkata singkat, "Di lemari ada baju. Ganti saja."Ruangan milik Surya ini merangkap sebagai kamar tidur dan ruang tengah. Lemari bajunya juga berada tidak jauh dari meja makan.Seakan paham maksud tersirat dari Surya, Darya langsung berjalan ke lemari. Dia mengambil sebuah baju kerja dan tanpa ragu menggantinya langsung di hadapan Andini.Tepat di dadanya, tato kepala harimau terlihat jelas.Andini yang awalnya gelisah dan penuh curiga, seolah mendapatkan kepastian. Hatinya yang tadi dilanda kekacauan mulai terasa tenang perlahan. Dia kembali duduk dan mulai makan dengan lahap. Saat Endah masuk kembali ke rumah, wajah Andini sudah kembali normal seolah tak terjadi apa-apa.Darya menerima handuk dan mengelap tubuhny
Surya ikut menoleh saat mendengar suara Endah. Dia juga merasa wajah Andini tampak tidak beres dan tanpa sadar berkata, "Aku akan pinjam gerobak sapi, nanti sore kita ke kota cari tabib, ya."Namun, Andini tak menjawab. Sebaliknya, tubuhnya justru mulai gemetar pelan.Wajah Byakta yang penuh darah terus bertautan di pikirannya dengan bayangan Surya yang menyelamatkannya malam itu. Hal itu membuatnya kini benar-benar kehilangan arah. Dia bahkan tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun.Namun, tepat pada saat itu, dari luar pagar bambu terdengar suara seseorang memanggil, "Kakak!"Suaranya terdengar asing dan Andini pun tak mengenali pria itu. Dia tidak yakin apakah orang ini adalah salah satu yang pernah duduk minum bersama Surya di halaman tempo hari. Lagi pula, waktu itu memang banyak yang datang dan dia tidak sempat menghafal wajah-wajah mereka.Akan tetapi, jika pria itu memanggil Surya dengan sebutan "Kakak", maka jelas dia adalah bagian dari kelompoknya. Surya pun berjalan mend
Penjahat yang satu lagi adalah seorang duda tua di desa, bernama Dierja. Dia adalah orang yang dulu mengajari Anom berjudi.Lucunya, saat warga desa datang menghadapinya, Dierja masih berani menunjukkan kakinya yang terjepit perangkap hewan dan mengaku kalau itu akibat kecelakaan saat pergi mencari Ihatra dan ayahnya di hutan.Niatnya sebenarnya adalah untuk memeras keluarga Diah. Kalau gagal, setidaknya dia bisa mengemis sedikit uang dari kepala desa. Namun tak disangkanya, para warga langsung mengikatnya dan menyeretnya ke hadapan Surya.Mengenai kelanjutannya, Andini sendiri tidak tahu. Dia hanya tahu, keesokan paginya saat bangun tidur, Dierja sudah diseret dan dikirim ke kantor pemerintahan. Sementara itu, Anom sudah dibawa Surya ke ladang sejak pagi.Dulu, Endah selalu memanjakan anaknya dan tidak pernah membiarkan Anom menyentuh pekerjaan ladang. Namun hari ini, di bawah pengawasan langsung dari Surya, Anom dipaksa bekerja keras di bawah terik matahari selama empat jam penuh seb