Di Negara Darsa, tanggal 28 Desember. Cuaca sangat dingin. Andini Gatari baru selesai mencuci pakaian terakhir di pagi hari.Sebelum sempat menyeka tangannya yang sudah mati rasa karena kedinginan, pelayan senior di penatu istana memanggil, "Andini, cepat! Anggota Keluarga Adipati menjemputmu!"Andini tertegun. Keluarga Adipati terdengar familier dan juga asing bagi Andini. Dia pernah menjadi putri Keluarga Adipati selama 15 tahun, tetapi dia diberi tahu dirinya bukan putri asli 3 tahun yang lalu.Bidan yang membantu istri adipati melahirkan berniat jahat. Dia menukar putrinya dengan putri Keluarga Adipati. Namun, bidan itu merasa tidak tega menjelang kematiannya. Jadi, dia mengungkap kebenarannya.Andini mengingat dengan jelas adipati dan istrinya sangat emosional saat pertama kali bertemu dengan Dianti. Mereka berpelukan sambil tertawa dan menangis. Sementara itu, Andini yang berdiri di samping kewalahan. Ternyata dia bukan anak kandung orang tua yang diakuinya selama 15 tahun.Mungk
Andini tertegun. Dia mengira dirinya sudah mati rasa. Siapa sangka, jantungnya berdebar saat mendengar suara yang familier itu.Andini memandang pria yang duduk di kereta kuda. Dia adalah jenderal yang berprestasi dan mantan tunangan Andini, Rangga Maheswara. Andini langsung berlutut sambil menyapa, "Salam, Jenderal Rangga."Rangga mengernyit, lalu melihat pergelangan kaki Andini dan bertanya, "Kamu mau pulang ke Kediaman Adipati?"Andini menunduk. Dia menjawab sembari mengangguk, "Iya."Kemudian, suasana menjadi hening. Rangga menunggu Andini melanjutkan perkataannya. Bagaimanapun, dulu Andini sangat cerewet.Rangga tidak suka orang yang cerewet. Namun, dia tidak pernah menegur Andini karena menghargai hubungan keluarga mereka. Hanya saja, Rangga juga tidak menyembunyikan kegusarannya.Terkadang, Rangga yang pusing akan menyodorkan kue kepada Andini untuk menutup mulutnya. Andini akan terlihat gembira, tetapi sebentar lagi Andini kembali mengoceh.Tidak disangka, Andini hanya melontar
Dulu Andini tinggal di Paviliun Persik. Di halamannya terdapat berbagai jenis bunga plum. Saat memasuki musim dingin, bunga plum di halaman akan bermekaran dan layu pada musim semi.Kresna mengutus orang pergi ke berbagai tempat di Negara Darsa untuk mencari semua bunga plum itu. Hanya karena waktu kecil Andini pernah mengatakan dia paling menyukai bunga plum. Keluarga Adipati menghabiskan banyak uang setiap tahun untuk merawat bunga-bunga itu.Namun, setelah Dianti kembali, dia hanya memuji bunga plum di halaman paviliun Andini sangat cantik. Akhirnya, Paviliun Persik pun menjadi milik Dianti.Kala itu, Andini sangat membenci Keluarga Adipati. Sekarang dia sudah mati rasa. Dianti adalah putri asli Keluarga Adipati, tentu saja semua yang ada di Kediaman Adipati adalah milik Dianti. Sementara itu, Andini hanya orang luar yang merebut posisi Dianti selama 15 tahun.Pelayan yang membawa Andini menjelaskan dengan ramah, "Pelayan yang melayani Nona Andini dulu sudah menikah. Nyonya menyuruh
Melihat Andini tidak menghargai perhatian Dianti, Abimana melupakan perasaan bersalahnya. Dia menegur Andini, "Kamu nggak usah sindir orang! Kenapa tadi kamu nggak bilang tubuhmu terluka? Apa kamu nggak punya mulut?"Jika Andini mengatakannya, Abimana pasti meminta salep kepada tabib. Andini berucap dengan datar, "Tadi aku mau bilang, tapi Tuan Abimana nggak memberiku kesempatan."Akhirnya, Andini menarik tangannya. Ekspresi Abimana menjadi muram. Andini sudah kembali ke Kediaman Adipati, kenapa dia masih tidak memanggil Abimana dengan sebutan "kakak"?Amarah Abimana tidak mereda, dia malah berkata dengan ketus, "Kamu itu putri Keluarga Adipati. Sejak kecil, kamu belajar ilmu bela diri dengan guru di kediaman. Apa di penatu istana ada ahli sehingga bisa membuat kamu terluka parah?"Ucapan Abimana membuat Andini tertegun sejenak. Kemudian, dia menurunkan lengan bajunya dan berucap dengan dingin, "Awalnya aku melawan mereka. Sesuai ucapan Tuan Abimana, para pelayan istana itu memang buka
Rangga hanya melihat kotak bahan obat di tangannya dan tidak berbicara. Abimana makin gelisah. Dia bertanya lagi, "Hari ini kamu nggak dipanggil ke istana. Apa kamu khusus pergi ke istana untuk menjemput Andin?"Rangga tetap tidak berbicara. Abimana tumbuh besar bersama Rangga, mana mungkin dia tidak memahami respons Rangga?Abimana berucap, "Rangga, kamu gila, ya? Dulu kamu abaikan Andin waktu dia terus mendekatimu. Sekarang kamu sudah menjadi tunangan Dian, kamu baru memperhatikan Andin? Aku peringatkan kamu, mereka berdua itu adikku, jangan desak aku putus hubungan denganmu!"Rangga hanya mendengus setelah mendengar ucapan Abimana. Dia memandang Abimana sembari menimpali dengan sinis, "Kamu bersikap seolah-olah kamu sangat memedulikan Andin."Jelas-jelas, Abimana melontarkan kata-kata yang menyakiti Andini. Ucapan Rangga membuat Abimana tidak bisa berkata-kata.Abimana menatap Rangga lekat-lekat. Dia berpikir sejenak sebelum membalas, "Memangnya kamu sangat memedulikan Andin? Jangan
Malam itu, Andini terjaga sepanjang malam hingga fajar menyingsing. Dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.Mungkin karena penghangat di kamarnya terlalu panas. Rasanya sangat berbeda dengan gubuk reyot yang bocor dan dingin, tempatnya bertahan hidup selama tiga tahun terakhir. Mungkin juga karena selimutnya kali ini kering, lembut, dan hangat saat menutupi tubuhnya.Segala sesuatu terlihat begitu sempurna hingga Andini merasa seolah-olah berada di dunia lain. Dia merasa berada di sebuah dunia yang begitu indah hingga terasa tidak nyata.Andini pernah berpikir bahwa dirinya akan menghabiskan sisa hidup di penatu istana. Namun ketika sinar matahari pagi yang hangat masuk melalui jendela, dia akhirnya sepenuhnya yakin bahwa dia benar-benar telah kembali.Kirana telah menyiapkan baju baru untuknya. Itu sepertinya dibeli dari kedai baju di kota. Meskipun baju itu tidak sepenuhnya pas, setidaknya lengannya cukup panjang untuk menutupi bekas luka di lengan Andini.Pagi-pagi sekali, Andini pe
Abimana memandang Andini dengan ekspresi tak percaya. Dia ingin segera menuduh Andini berbohong, tetapi ketika matanya menangkap ibunya yang hanya duduk di sana dengan kepala tertunduk tanpa memberikan tanggapan apa pun, dia segera memahami kebenarannya.Namun, bagaimana ini mungkin? Sejak kecil, Kresna selalu paling menyayangi Andini. Bagaimana mungkin ayahnya membiarkan dia mengubah marganya?Rasa seperti jantungnya sedang disobek oleh sesuatu kembali membuat Abimana sulit bernapas. Hatinya terasa kacau balau. Ketika dia memandang orang-orang di dalam ruangan, tidak ada satu pun yang membuatnya merasa nyaman.Dengan emosi yang tak terkendali, Abimana akhirnya membalikkan badan dan pergi dengan mengibaskan lengan bajunya.Kepergian Abimana membuat Rangga merasa canggung. Dia melangkah maju dan memberi hormat, "Hormat pada Nyonya Ainun."Ainun bersikap ramah terhadapnya. Sebagai seorang jenderal muda yang mencapai prestasi besar, Rangga terkenal berani sekaligus cerdas. Selain itu, sik
Di sisi lain, Andini baru saja membantu Ainun kembali ke kamar. Tiba-tiba, neneknya jatuh sakit. Seperti yang Kirana katakan sebelumnya, kondisi tubuh Ainun memang tidak sebaik dulu.Meskipun hari ini Ainun sudah berusaha mengendalikan emosinya, kegembiraan dan kesedihan yang bertubi-tubi masih terlalu berat baginya. Setelah berbaring, napasnya langsung terdengar berat dan terengah-engah.Untungnya pelayan Ainun, Farida, sudah mempersiapkan segalanya. Dia sebelumnya telah memanggil tabib kediaman untuk berjaga di luar kamar.Begitu Ainun berbaring, tabib segera mulai memberikan terapi akupunktur dan pijatan. Setelah 30 menit, kondisi Ainun perlahan stabil kembali.Meski tidak terlalu berbahaya, Andini tetap merasa panik melihat situasi itu. Dia berdiri di sisi ranjang dengan bingung dan tak tahu harus berbuat apa.Melihat wajah Andini yang penuh rasa cemas, Ainun yang sedang bersandar di kepala ranjang memanggilnya dengan lembut.Hidung Andini memerah. Dia khawatir jika terlalu emosion
Setelah mendengar perintah Andini, pengawal buru-buru masuk dan memberi hormat kepada Kirana. Dia berucap, "Silakan."Para pengawal ini adalah bawahan Kalingga. Mereka hanya mematuhi perintahnya. Kalingga menyuruh mereka melindungi Andini, jadi sekarang mereka pasti mengikuti perintah Andini.Jangankan Nyonya Kediaman Adipati, biarpun Kresna datang, para pengawal juga mempersilakan dia keluar jika diperintah Andini.Akhirnya, Kirana tetap pergi sambil menangis. Tak lama kemudian, Laras datang. Melihat Andini masih duduk dan terus memainkan cangkir teh yang sudah dingin, Laras merasa cemas. Dia menghampiri Andini dan memanggil, "Nona ...."Andini baru tersadar. Dia tersenyum kepada Laras seraya berkata, "Aku kira aku nggak akan sedih."Namun, hati Andini terasa sakit ketika melihat ibu yang pernah menyayanginya selama 15 tahun merendahkan dirinya dan rela dipermalukan demi Dianti. Bahkan, Kirana juga mengkritik Andini.Laras yang merasa kasihan pada Andini memeluknya dan berujar, "Nona,
Kirana terkejut. Dia sudah memperkirakan hari ini Andini pasti tidak akan langsung menyetujui permintaannya. Namun, Kirana tidak menyangka sikap Andini begitu tegas.Kirana berpikir mungkin Andini akan menyalahkannya. Bahkan Andini juga akan melontarkan ucapan yang menyakitkan.Kalau begitu, Kirana akan menangis seperti biasanya supaya hati Andini luluh. Mungkin Andini bisa memberikan patung Buddha giok kepada Kirana.Hanya saja, Andini tetap duduk di tempatnya. Dia menghadapi Nyonya Kediaman Adipati dengan sikap arogan. Seketika Kirana merasa statusnya tidak bisa menandingi Andini.Namun, ini tidak mungkin. Kirana adalah ibunya Andini. Dia menunjukkan sikapnya sebagai senior dan berbicara seraya mengernyit, "Harta sesan itu memang diberikan oleh nenekmu, tapi Dian itu adikmu. Apa kamu tega lihat Dian malu di hari pernikahannya?"Andini menyela dengan ekspresi sinis, "Aku nggak pernah akui dia itu adikku. Lagi pula, aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati. Jadi, masalah Keluar
Ekspresi Andini menjadi muram. Dia berkata, "Kalau begitu, kita temui dia saja. Kalau menghindar, justru kita terlihat seperti menutupi sesuatu."Selesai bicara, Andini menyuruh pengawal mempersilakan Kirana masuk. Saat Kirana berjalan masuk, Farida sedang membacakan daftar hadiah untuk Andini. Mereka bersikap seolah-olah tidak mengetahui kedatangan Kirana.Farida membacakan daftar hadiah sampai selesai sebelum melihat Kirana. Dia bertanya dengan ekspresi kaget, "Lho, kenapa Nyonya Kirana datang?"Akting Farida agak buruk. Laras tidak bisa menahan senyumnya, sedangkan Andini berusaha untuk tidak tersenyum. Namun, mereka tetap mencoba untuk bersikap serius.Sebaliknya, Kirana tampak canggung saat berbicara, "Ternyata Bibi Farida ada di sini. Aku pikir nggak ada yang bantu Andin waktu Keluarga Maheswara mengantar mahar, jadi aku datang melihatnya. Sekarang aku baru tenang setelah melihat Bibi Farida."Farida tersenyum dan menimpali, "Nyonya Kirana nggak usah khawatir. Titah anugerah pern
Tiga hari kemudian, Keluarga Maheswara mengantar sertifikat pernikahan, belasan kotak perhiasan, kain, dan hewan ternak. Selain itu, ada 6 pengurus pernikahan yang datang.Andini tidak pernah melihat situasi seperti ini. Dia sedikit kewalahan saat kediamannya menjadi ramai.Untung saja, Farida bisa menghadapinya dengan tenang. Dia mengarahkan bawahan untuk memasukkan barang ke gudang sambil mengajari Andini cara mengurus hadiah pernikahan.Empat jam kemudian, semuanya baru beres. Andini yang lelah duduk di kursi. Laras bergegas berjalan ke belakang Andini untuk memijat bahunya.Jabal segera maju, lalu memberi hormat kepada Andini dan berucap, "Tuan Kalingga nggak bisa keluar. Maaf merepotkan Nona Andini."Andini tersenyum seraya menggeleng. Farida dan Laras juga tahu kali ini Kalingga sudah banyak membantu Andini. Jadi, mereka tidak menyalahkan Kalingga yang tidak muncul.Hanya saja, Farida tetap maju ketika melihat para pelayan yang sedang memindahkan mahar. Dia bertanya kepada Jabal,
Farida mengangguk pelan. "Ini karena Keluarga Adipati sudah nggak punya sesuatu yang layak untuk dijadikan mas kawin bagi Nona Dianti!"Meskipun Farida tidak ingin terlalu merendahkan Keluarga Adipati, tetap saja, dia merasa perlu memperingatkan Andini lebih dulu.Andini menggenggam tangan Farida dan berkata dengan tegas, "Jangan khawatir, Bibi. Apa yang diberikan Nenek kepadaku adalah milikku. Siapa pun yang datang meminta, aku nggak akan memberikannya!"Mendengar itu, Farida mengangguk puas. "Kalau begitu, besok saya akan mulai mengurus semua untuk Nona. Saya akan memastikan pernikahanmu berlangsung dengan megah dan terhormat!"Sejak tadi, Laras berdiri di samping tanpa punya kesempatan untuk menyela. Dia akhirnya berujar, "Saya juga ikut bantu! Saya ini pelayan yang akan ikut Nona setelah menikah, tentu saja harus ikut menyiapkan semuanya!"Farida tertawa. "Ya, ya! Kamu ini memang bagian dari mas kawin paling berharga bagi Nona!"Wajah Laras langsung memerah karena malu, tetapi dia
Tidak lama kemudian, Farida mengetuk pintu rumah kecil itu.Begitu melihat siapa yang datang, Laras langsung terkejut sekaligus gembira. Dia segera meraih tangan Farida dan mengajaknya masuk.Sebelum memasuki halaman, Laras bahkan sudah berseru, "Nona, lihat siapa yang datang!"Mendengar suara Laras yang begitu bersemangat, Andini merasa penasaran. Dia segera melirik ke arah pintu.Andini melihat Farida yang mengenakan pakaian rakyat biasa, rambutnya disanggul sederhana, serta membawa sebuah tas kecil di tangannya. Dia langsung menyambut, "Bibi, kenapa tiba-tiba ke sini?""Saya datang menjenguk Nona." Farida tersenyum dengan mata menyipit. "Saya ingin menginap di sini beberapa hari. Semoga Nona nggak keberatan."Andini langsung menggeleng dan membalas, "Kenapa aku harus keberatan? Aku justru sangat senang!"Sambil berkata demikian, Andini menggandeng Farida masuk ke rumah. Setelah menuangkan segelas air untuknya, dia baru bertanya, "Bibi, dilihat dari pakaianmu ini, apakah kamu ingin p
Kirana memeluk Dianti dan berjalan kembali ke dalam. "Sekarang kamu akan menjadi satu-satunya istri Rangga, jadi jangan nangis lagi. Kalau terus nangis, matamu bisa bengkak di hari bahagiamu!"Kresna yang berjalan di belakang mereka menambahkan, "Keluarga Maheswara mungkin akan menikahkan Rangga dan saudaranya di hari yang sama. Titah Kaisar sudah turun, jadi pernikahan nggak akan lama lagi. Kirana, kamu harus mulai menyiapkan mas kawin untuk kedua putri kita!"Kirana tersenyum dan mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Meskipun Andin sudah pindah, dia adalah putri angkat Keluarga Adipati. Terlebih lagi, pernikahannya adalah titah Kaisar. Aku nggak berani menyepelekannya."Mendengar itu, tatapan Dianti menjadi agak suram. Entah Kirana menyadarinya atau tidak, dia melanjutkan, "Tapi, Dian adalah putri kandung Keluarga Adipati. Apalagi sekarang Rangga sangat disayangi oleh Kaisar.""Dalam hal mas kawin, kita nggak boleh membuat Rangga kehilangan muka, juga nggak boleh mempermalukan Keluar
Dianti tertegun mendengar pertanyaan yang mendadak itu. Dia jelas tidak menyangka bahwa Abimana bisa berpikir begitu jernih sampai mempertanyakan dirinya!Untuk sesaat, dia tidak bisa langsung menjawab, hanya merespons dengan bingung, "Hah?"Abimana tetap sabar. "Tadi kamu bilang, pelayan di paviliunmu bicara sembarangan. Bagaimana kamu tahu aku pergi menemui Andini karena mendengar ucapan mereka?"Abimana mengakui hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap Dianti saat ini. Seandainya tadi Jabal tidak datang tepat waktu, dia pasti sudah salah paham terhadap Andini dan entah kekacauan apa yang akan ditimbulkan di sana.Andini sudah memutus hubungan dengan Keluarga Adipati, bahkan sudah pindah. Jika Abimana membuat masalah lagi hari ini, hubungan mereka sebagai saudara benar-benar akan putus untuk selamanya.Tentunya, dia tidak ingin menuduh Dianti dengan pikiran buruk seperti itu. Namun, bukankah semuanya terlalu kebetulan? Kenapa saat dia berada di depan pintu, tiba-tiba ada pelayan yang ber
Selain itu, dengan betapa besarnya kasih sayang Kaisar terhadap Keluarga Maheswara, meskipun Kalingga hanya seorang pria cacat, dia tetap bisa melindungi Andini!Kalaupun Kalingga tidak bisa melindunginya, apakah Rangga akan diam saja melihat kakak iparnya ditindas?Semakin dipikirkan, Abimana merasa semakin gembira dan senyumannya semakin lebar.Melihat Abimana begitu bahagia, Kresna pun mulai percaya dan ikut merasa senang. Dia perlahan mengangguk. "Meskipun Kalingga cacat, dulu dia sangat dipercaya oleh Kaisar. Selain itu, alasan dia terluka juga karena Kaisar bersikeras mengirim pasukan.""Kaisar pasti merasa bersalah kepadanya. Bisa jadi, Kaisar memang berniat menjodohkan Andini dengan Kalingga. Itulah sebabnya titah pernikahan ditulis dengan cara yang samar."Namun, Kirana tetap terlihat khawatir. "Tapi, bukankah kamu bilang Rangga mendapatkan titah pernikahan ini sebagai hadiah atas jasanya menumpas para perampok? Sekarang, Andini malah menikah dengan kakaknya. Apa Rangga akan m