Tiga hari kemudian, pelayan dari paviliun Ainun datang ke Paviliun Ayana. Dia meminta Andini untuk pergi menemui Ainun.Ini belum waktunya Andini dibebaskan, tetapi Ainun sudah mengirim orang untuk memanggilnya. Andini merasa sangat cemas. Dia berpikir, jangan-jangan terjadi sesuatu pada Ainun sehingga dia dipanggil dengan tergesa-gesa. Langkahnya tanpa sadar menjadi lebih cepat.Begitu tiba di paviliun Ainun, Andini buru-buru memanggil, "Nenek!"Suaranya bahkan terdengar sedikit terisak. Namun, setelah melihat orang-orang di dalam ruangan, Andini seketika terdiam.Ainun sedang duduk di kursi utama. Raut wajahnya tampak seperti orang sakit, tetapi bibirnya tersenyum. Selain Ainun, Abimana dan Dianti juga ada di sana. Ada apa ini?Begitu melihat Andini, Ainun segera melambaikan tangannya sembari berkata, "Andin, ayo kemari!"Andini mendekat dan duduk di sebelah Ainun. Dia menatap Abimana dengan curiga, lalu bertanya pada Ainun dengan lembut, "Nenek, kenapa begitu tergesa-gesa panggil ak
Abimana tersenyum seraya menimpali, "Dian memang selalu yang paling lembut, paling baik, dan paling pengertian."Ketika mendengar Abimana dan Ainun memujinya, Dianti menunduk dengan malu-malu. Wajahnya penuh dengan kebahagiaan.Sementara itu, wajah Andini tetap dingin.Ainun yang melihat ketidaksetujuan Andini pun berkata dengan lembut, "Andin, kita cuma akan melihat-lihat. Kalau nggak ada satu pun yang kamu suka, kamu boleh pulang."Andini menarik napas dalam-dalam, lalu memaksakan diri untuk tersenyum. Dia membalas, "Nenek begitu terburu-buru mau menikahkan Andin? Andin masih mau menemani Nenek beberapa tahun lagi."Mendengar ini, mata Ainun berkaca-kaca. Dia mengelus kepala Andini sambil menatapnya dengan lembut . Katanya, "Sudah kubilang, Andin yang paling baik. Sayangnya, Nenek nggak bisa menemani Andin lebih lama lagi ...."Jadi, selagi masih hidup, Ainun ingin menyerahkan Andini ke tangan orang lain. Dia ingin melihat Andini memiliki kehidupan yang bahagia. Dengan begitu, Ainun
Wajah Abimana yang tersulut amarah tampak mengerikan. Namun, justru wajah mengerikan ini yang membuat Andini merasa familier. Sikap lembut barusan hanya topeng yang sering dipakai Abimana dulu. Sungguh memuakkan!Andini tertawa dingin sebelum membalas, "Aku sudah berjanji pada Nenek, jadi aku nggak akan mengingkarinya. Tapi, kamu juga jangan terlalu berharap."Selesai berbicara, Andini berbalik pergi. Tidak disangka, Dianti bergegas maju dan menghadang jalan Andini. Katanya, "Kak Andini, ada yang mau Dian katakan."Begitu melihat wajah yang penuh kepura-puraan ini, Andini langsung menimpali dengan tegas, "Aku nggak mau dengar."Dianti tercengang. Dia tidak menyangka sekarang Andini sudah tidak menghargainya. Namun, dia tetap mengatakannya.Dianti menggigit bibir dan berlinang air mata seperti orang yang sangat teraniaya. Katanya, "Meski Kakak nggak mau dengar, Dian tetap mau mengatakannya."Dianti meneruskan, "Aku tahu Kakak membenciku dan Kak Abimana. Tapi, tadi Kakak juga sudah lihat
Abimana jelas masih mengingat kejadian itu. Begitu mendengar Andini mengungkitnya, Abimana merasa sedikit bersalah.Namun, Abimana bersikeras meyakinkan, "Sudah bertahun-tahun berlalu, Dimas sudah bukan pria berandal seperti dulu. Sekarang dia sudah mengikuti ayahnya sebagai Menteri Perekonomian. Aku pernah bertemu dengannya, cukup tampan dan berwibawa ...."Plak! Andini akhirnya tidak bisa menahan diri. Dia maju untuk melayangkan tamparan ke wajah Abimana.Abimana terbelalak dengan sangat marah. Dia mengepalkan tangan dengan erat dan hendak meninju Andini. Tidak disangka, tatapannya tertuju pada kedua mata Andini yang berlinang air mata.Seketika, tinju Abimana berhenti tepat di depan mata Andin, seolah-olah ditahan oleh sebuah tangan yang tak terlihat. Tinjunya tidak bisa dilayangkan.Andini menatap Abimana dengan tajam. Di balik air matanya, tebersit kebencian yang mendalam.Andini jelas-jelas masih ingat ketika berusia delapan tahun, begitu tahu Dimas hampir menenggelamkan dirinya,
Tatapan seperti ini membuat Andini teringat dengan tiga tahun lalu, saat Rangga berdiri di depan Dianti. Kala itu, Rangga juga tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menggunakan tatapan untuk menghentikan keinginan Andini untuk membela diri.Memikirkan ini, hati Andini terasa sakit. Dia hanya merasa dirinya tiga tahun lalu benar-benar konyol! Betapa dia sangat mencintai Rangga saat itu! Bagaimana dia bisa mencintai Rangga hingga tidak bisa membela diri begitu melihat tatapannya?Abimana yang berdiri di samping juga terkejut melihat luka Dianti. Dia segera mendorong Andini dengan kasar, lalu menyergah, "Kamu memang nggak bisa berubah. Kamu selalu melampiaskan amarah pada orang yang nggak bersalah.""Demi memilihkan pakaian yang paling cantik untukmu, Dian sudah berkeliling di toko pakaian selama beberapa hari. Ini balasanmu padanya? Asal kamu tahu, kalau terjadi sesuatu pada Dian, aku nggak akan membuatmu hidup tenang!" ancam Abimana.Selesai berbicara, Abimana menyusul Rangga.Di paviliun
Sambil berkata, Kirana memberi isyarat mata pada Andini.Tentu saja Andini paham, ini cuma taktik mereka. Yang satu sengaja memasang muka galak, yang lainnya berpura-pura membujuk Andini.Oleh karena itu, Andini sengaja menatap Kirana dengan bingung, "Kenapa aku harus minta maaf?""Kamu masih berani berpura-pura bodoh?" Kresna berseru dengan marah, "Coba lihat sendiri keadaan Dian sekarang gara-gara kamu!"Andini melirik sebentar ke arah Dianti. "Dia jatuh sendiri, nggak ada hubungannya denganku.""Berani sekali kamu berdalih? Rangga melihatnya sendiri, kamulah yang mendorong Dian!" Kresna sangat marah."Sejak kecil Ayah sudah ajarkan, berbuat salah itu nggak apa-apa asalkan bisa menyadari kesalahan yang sudah diperbuat! Apa kamu lupakan semuanya?"Mendengar ucapan ini, Andini merasa lucu. "Yang duluan melupakannya, justru Tuan Adipati sendiri, 'kan?"Tiga tahun lalu, saat Dianti memecahkan mangkuk kaca, Kresna sama sekali tidak meminta pertanggungjawaban Dianti.Kresna sampai terdiam
Ucapan Andini membuat Kresna tercengang beberapa saat, seolah-olah dirinya baru mendengar sesuatu yang di luar nalar. "A ... apa maksudmu? Kamu mau putus hubungan dengan kami?"Andini bilang budi selama 15 tahun itu sudah lunas?Lunas apanya?Kresna mengingat kembali bagaimana bayi yang begitu mungil itu dirawatnya hingga menjadi gadis jelita seperti sekarang. Memangnya semua jerih payah itu bisa dilunaskan begitu saja?Saking emosinya, tubuh Kresna jadi bergetar. Namun, Andini malah tampak tenang.Kirana takut Andini akan melontarkan kata-kata sinis lainnya, jadi dia buru-buru menjelaskan, "Bukan, bukan itu maksud Andin. Jangan marah dulu, ini pasti salah paham. Andin, ayahmu sedang emosi, jangan memancing emosinya ...."Sebelum Kirana selesai berbicara, Andini menambahkan lagi, "Kalau bukan karena Nenek, kamu kira aku mau jadi anak dari Keluarga Adipati?"Hari demi hari selama dia disiksa di penatu istana, Andini sudah enggan menjadi anak dari Keluarga Adipati.Suaranya selembut air,
Kresna sengaja memberikan ultimatum seperti ini. Dia bermaksud menunjukkan pada Andini bahwa dirinya juga tega memutuskan hubungan. Dia berharap Andini akan gentar dan ciut karenanya.Tak disangka, Andini langsung memberi hormat dan berkata, "Aku harap Tuan Adipati bisa menepati janji ini."Sepatah kata ini seolah-olah membuat hati Kresna terjun ke jurang.Tatapan Andini menyapu semua orang dalam ruangan tersebut. Kemudian, dia berkata, "Kalau semuanya sudah beres, aku pamit dulu." Usai berkata, dia langsung berbalik dan pergi.Saat keluar dari kamar Dianti, Andini mendengar suara tangisan tragis Kirana.Dadanya terasa sesak, seolah-olah ada jarum yang menusuknya secara bertubi-tubi. Dia mengernyit, lalu memilih untuk mengabaikan perasaan itu.Namun, dia tetap tak kuasa menoleh ke belakang. Kirana tampak sedang menangis sambil bersandar di bahu Abimana. Seketika, Andini merasa heran.Andini tahu, Kirana pada dasarnya adalah orang yang mudah menangis. Namun sejak dulu, Kirana selalu mem
Setelah mendengar perintah Andini, pengawal buru-buru masuk dan memberi hormat kepada Kirana. Dia berucap, "Silakan."Para pengawal ini adalah bawahan Kalingga. Mereka hanya mematuhi perintahnya. Kalingga menyuruh mereka melindungi Andini, jadi sekarang mereka pasti mengikuti perintah Andini.Jangankan Nyonya Kediaman Adipati, biarpun Kresna datang, para pengawal juga mempersilakan dia keluar jika diperintah Andini.Akhirnya, Kirana tetap pergi sambil menangis. Tak lama kemudian, Laras datang. Melihat Andini masih duduk dan terus memainkan cangkir teh yang sudah dingin, Laras merasa cemas. Dia menghampiri Andini dan memanggil, "Nona ...."Andini baru tersadar. Dia tersenyum kepada Laras seraya berkata, "Aku kira aku nggak akan sedih."Namun, hati Andini terasa sakit ketika melihat ibu yang pernah menyayanginya selama 15 tahun merendahkan dirinya dan rela dipermalukan demi Dianti. Bahkan, Kirana juga mengkritik Andini.Laras yang merasa kasihan pada Andini memeluknya dan berujar, "Nona,
Kirana terkejut. Dia sudah memperkirakan hari ini Andini pasti tidak akan langsung menyetujui permintaannya. Namun, Kirana tidak menyangka sikap Andini begitu tegas.Kirana berpikir mungkin Andini akan menyalahkannya. Bahkan Andini juga akan melontarkan ucapan yang menyakitkan.Kalau begitu, Kirana akan menangis seperti biasanya supaya hati Andini luluh. Mungkin Andini bisa memberikan patung Buddha giok kepada Kirana.Hanya saja, Andini tetap duduk di tempatnya. Dia menghadapi Nyonya Kediaman Adipati dengan sikap arogan. Seketika Kirana merasa statusnya tidak bisa menandingi Andini.Namun, ini tidak mungkin. Kirana adalah ibunya Andini. Dia menunjukkan sikapnya sebagai senior dan berbicara seraya mengernyit, "Harta sesan itu memang diberikan oleh nenekmu, tapi Dian itu adikmu. Apa kamu tega lihat Dian malu di hari pernikahannya?"Andini menyela dengan ekspresi sinis, "Aku nggak pernah akui dia itu adikku. Lagi pula, aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Adipati. Jadi, masalah Keluar
Ekspresi Andini menjadi muram. Dia berkata, "Kalau begitu, kita temui dia saja. Kalau menghindar, justru kita terlihat seperti menutupi sesuatu."Selesai bicara, Andini menyuruh pengawal mempersilakan Kirana masuk. Saat Kirana berjalan masuk, Farida sedang membacakan daftar hadiah untuk Andini. Mereka bersikap seolah-olah tidak mengetahui kedatangan Kirana.Farida membacakan daftar hadiah sampai selesai sebelum melihat Kirana. Dia bertanya dengan ekspresi kaget, "Lho, kenapa Nyonya Kirana datang?"Akting Farida agak buruk. Laras tidak bisa menahan senyumnya, sedangkan Andini berusaha untuk tidak tersenyum. Namun, mereka tetap mencoba untuk bersikap serius.Sebaliknya, Kirana tampak canggung saat berbicara, "Ternyata Bibi Farida ada di sini. Aku pikir nggak ada yang bantu Andin waktu Keluarga Maheswara mengantar mahar, jadi aku datang melihatnya. Sekarang aku baru tenang setelah melihat Bibi Farida."Farida tersenyum dan menimpali, "Nyonya Kirana nggak usah khawatir. Titah anugerah pern
Tiga hari kemudian, Keluarga Maheswara mengantar sertifikat pernikahan, belasan kotak perhiasan, kain, dan hewan ternak. Selain itu, ada 6 pengurus pernikahan yang datang.Andini tidak pernah melihat situasi seperti ini. Dia sedikit kewalahan saat kediamannya menjadi ramai.Untung saja, Farida bisa menghadapinya dengan tenang. Dia mengarahkan bawahan untuk memasukkan barang ke gudang sambil mengajari Andini cara mengurus hadiah pernikahan.Empat jam kemudian, semuanya baru beres. Andini yang lelah duduk di kursi. Laras bergegas berjalan ke belakang Andini untuk memijat bahunya.Jabal segera maju, lalu memberi hormat kepada Andini dan berucap, "Tuan Kalingga nggak bisa keluar. Maaf merepotkan Nona Andini."Andini tersenyum seraya menggeleng. Farida dan Laras juga tahu kali ini Kalingga sudah banyak membantu Andini. Jadi, mereka tidak menyalahkan Kalingga yang tidak muncul.Hanya saja, Farida tetap maju ketika melihat para pelayan yang sedang memindahkan mahar. Dia bertanya kepada Jabal,
Farida mengangguk pelan. "Ini karena Keluarga Adipati sudah nggak punya sesuatu yang layak untuk dijadikan mas kawin bagi Nona Dianti!"Meskipun Farida tidak ingin terlalu merendahkan Keluarga Adipati, tetap saja, dia merasa perlu memperingatkan Andini lebih dulu.Andini menggenggam tangan Farida dan berkata dengan tegas, "Jangan khawatir, Bibi. Apa yang diberikan Nenek kepadaku adalah milikku. Siapa pun yang datang meminta, aku nggak akan memberikannya!"Mendengar itu, Farida mengangguk puas. "Kalau begitu, besok saya akan mulai mengurus semua untuk Nona. Saya akan memastikan pernikahanmu berlangsung dengan megah dan terhormat!"Sejak tadi, Laras berdiri di samping tanpa punya kesempatan untuk menyela. Dia akhirnya berujar, "Saya juga ikut bantu! Saya ini pelayan yang akan ikut Nona setelah menikah, tentu saja harus ikut menyiapkan semuanya!"Farida tertawa. "Ya, ya! Kamu ini memang bagian dari mas kawin paling berharga bagi Nona!"Wajah Laras langsung memerah karena malu, tetapi dia
Tidak lama kemudian, Farida mengetuk pintu rumah kecil itu.Begitu melihat siapa yang datang, Laras langsung terkejut sekaligus gembira. Dia segera meraih tangan Farida dan mengajaknya masuk.Sebelum memasuki halaman, Laras bahkan sudah berseru, "Nona, lihat siapa yang datang!"Mendengar suara Laras yang begitu bersemangat, Andini merasa penasaran. Dia segera melirik ke arah pintu.Andini melihat Farida yang mengenakan pakaian rakyat biasa, rambutnya disanggul sederhana, serta membawa sebuah tas kecil di tangannya. Dia langsung menyambut, "Bibi, kenapa tiba-tiba ke sini?""Saya datang menjenguk Nona." Farida tersenyum dengan mata menyipit. "Saya ingin menginap di sini beberapa hari. Semoga Nona nggak keberatan."Andini langsung menggeleng dan membalas, "Kenapa aku harus keberatan? Aku justru sangat senang!"Sambil berkata demikian, Andini menggandeng Farida masuk ke rumah. Setelah menuangkan segelas air untuknya, dia baru bertanya, "Bibi, dilihat dari pakaianmu ini, apakah kamu ingin p
Kirana memeluk Dianti dan berjalan kembali ke dalam. "Sekarang kamu akan menjadi satu-satunya istri Rangga, jadi jangan nangis lagi. Kalau terus nangis, matamu bisa bengkak di hari bahagiamu!"Kresna yang berjalan di belakang mereka menambahkan, "Keluarga Maheswara mungkin akan menikahkan Rangga dan saudaranya di hari yang sama. Titah Kaisar sudah turun, jadi pernikahan nggak akan lama lagi. Kirana, kamu harus mulai menyiapkan mas kawin untuk kedua putri kita!"Kirana tersenyum dan mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Meskipun Andin sudah pindah, dia adalah putri angkat Keluarga Adipati. Terlebih lagi, pernikahannya adalah titah Kaisar. Aku nggak berani menyepelekannya."Mendengar itu, tatapan Dianti menjadi agak suram. Entah Kirana menyadarinya atau tidak, dia melanjutkan, "Tapi, Dian adalah putri kandung Keluarga Adipati. Apalagi sekarang Rangga sangat disayangi oleh Kaisar.""Dalam hal mas kawin, kita nggak boleh membuat Rangga kehilangan muka, juga nggak boleh mempermalukan Keluar
Dianti tertegun mendengar pertanyaan yang mendadak itu. Dia jelas tidak menyangka bahwa Abimana bisa berpikir begitu jernih sampai mempertanyakan dirinya!Untuk sesaat, dia tidak bisa langsung menjawab, hanya merespons dengan bingung, "Hah?"Abimana tetap sabar. "Tadi kamu bilang, pelayan di paviliunmu bicara sembarangan. Bagaimana kamu tahu aku pergi menemui Andini karena mendengar ucapan mereka?"Abimana mengakui hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap Dianti saat ini. Seandainya tadi Jabal tidak datang tepat waktu, dia pasti sudah salah paham terhadap Andini dan entah kekacauan apa yang akan ditimbulkan di sana.Andini sudah memutus hubungan dengan Keluarga Adipati, bahkan sudah pindah. Jika Abimana membuat masalah lagi hari ini, hubungan mereka sebagai saudara benar-benar akan putus untuk selamanya.Tentunya, dia tidak ingin menuduh Dianti dengan pikiran buruk seperti itu. Namun, bukankah semuanya terlalu kebetulan? Kenapa saat dia berada di depan pintu, tiba-tiba ada pelayan yang ber
Selain itu, dengan betapa besarnya kasih sayang Kaisar terhadap Keluarga Maheswara, meskipun Kalingga hanya seorang pria cacat, dia tetap bisa melindungi Andini!Kalaupun Kalingga tidak bisa melindunginya, apakah Rangga akan diam saja melihat kakak iparnya ditindas?Semakin dipikirkan, Abimana merasa semakin gembira dan senyumannya semakin lebar.Melihat Abimana begitu bahagia, Kresna pun mulai percaya dan ikut merasa senang. Dia perlahan mengangguk. "Meskipun Kalingga cacat, dulu dia sangat dipercaya oleh Kaisar. Selain itu, alasan dia terluka juga karena Kaisar bersikeras mengirim pasukan.""Kaisar pasti merasa bersalah kepadanya. Bisa jadi, Kaisar memang berniat menjodohkan Andini dengan Kalingga. Itulah sebabnya titah pernikahan ditulis dengan cara yang samar."Namun, Kirana tetap terlihat khawatir. "Tapi, bukankah kamu bilang Rangga mendapatkan titah pernikahan ini sebagai hadiah atas jasanya menumpas para perampok? Sekarang, Andini malah menikah dengan kakaknya. Apa Rangga akan m