"Baik!" Para dayang menjawab serempak, lalu keluar dari kamar. Setelah pintu ditutup, ruangan itu seketika menjadi gelap dan suram.Barulah Andini perlahan berbicara, "Aku bertemu dengan Pangeran ketika dia sudah lama disiksa oleh para bandit. Tubuhnya penuh luka dan dia berlutut di tanah memohon agar mereka melepaskannya. Dia memohon seperti seekor anjing!"Haira ingin mengetahui kebenaran, bukan? Inilah kebenarannya. Putra satu-satunya yang paling dia cintai, kehilangan seluruh wibawa dan martabatnya sebagai seorang pangeran di depan para bandit itu.Hanya dengan membayangkan pemandangan tersebut, hati Haira terasa seperti dihancurkan berkeping-keping. Namun, dia juga tahu bahwa dibandingkan cerita tentang pengorbanan demi melindungi calon istri, apa yang baru saja dikatakan Andini jauh lebih masuk akal.Andini melepaskan tangan Haira dari dirinya dan berdiri dari lantai. Sementara itu, Haira masih berlutut di lantai seolah semua kekuatannya telah lenyap.Andini melanjutkan, "Selir A
Andini langsung terkejut. Sebelum sempat bereaksi, Haira tiba-tiba berbalik dan mencengkeram lengannya.Wajah Haira yang basah oleh air mata kini menampilkan senyum licik. Dia berucap, "Kemarin, aku suruh Ambar keluar istana untuk membeli perlengkapan ritual.""Hari ini, kamu datang ke istana dan mengatakan semua ini padaku. Kenapa? Kamu takut aku benar-benar akan memaksamu melakukan pernikahan arwah dengan Bas dan dikuburkan bersamanya?" tanya Haira.Andini menarik napas dalam-dalam, tetapi tetap tenang. Dia bahkan mengangkat tangan untuk menyeka air mata di wajah Haira, lalu membalas, "Benar. Meskipun nyawaku nggak berharga, aku tetap takut mati."Jari-jari Andini yang kasar menyentuh pipi halus Haira. Itu membuatnya merinding. Haira tak pernah membayangkan ada wanita dengan tangan sekasar itu. Bahkan dayang-dayangnya yang bekerja keras pun tidak memiliki sentuhan sekeras dan sekasar Andini.Namun, Andini tidak menyadari hal itu. Sebaliknya, dia berucap sambil tersenyum lembut pada H
Haira meminta Andini mengantar Baskoro untuk terakhir kalinya, itu tentu bukan berarti hanya memberikan penghormatan.Setelah memberikan penghormatan, Andini membakar dupa untuk Baskoro.Ketika melihat pemandangan ini, dua kasim muda yang ada di luar aula duka berbisik-bisik."Nona Andini kelihatan sangat mencintai Pangeran Baskoro. Dia baru kemari pagi tadi, sekarang datang lagi.""Benar. Kamu nggak lihat matanya memerah saat menatap peti mati Pangeran Baskoro barusan? Kasihan sekali.""Aduh .... Cinta yang dalam selalu meninggalkan penyesalan." Setelah melontarkan ini, Rangga tiba-tiba datnag. Kasim itu terkejut dan menyapa, "Ah! Salam, Tuan Rangga."Ekspresi Rangga sangat dingin. Tatapannya tertuju pada dua kasim itu. Dia berucap dengan suara yang penuh niat membunuh, "Apa aturan di istana mengajarkan kalian membicarakan majikan?"Dua kasim itu tertegun. Mereka berpikir, bukankah Andini tidak termasuk majikan? Namun, ketika melihat ekspresi Rangga yang dingin, mereka panik dan seger
Kaisar tampak terkejut saat mendengar Safira menyebutkan keinginan terakhir Baskoro.Begitu melihat Kaisar mempertimbangkan hal ini, Andini merasa cemas.Kala ini, Rangga memberikan hormat sebelum berkomentar, "Nggak bisa. Andini hanya terikat perjanjian pernikahan dengan Pangeran Baskoro. Kalau Andini mengantarnya ke pemakaman sebagai seorang janda, takutnya akan menimbulkan kecaman."Yang paling penting, jika Andini benar-benar menganggap dirinya sebagai janda, dia tidak boleh menikah lagi dalam waktu tiga tahun sesuai aturan Negara Darsa.Usai mendengar ucapan Rangga, Kaisar mengangguk sambil membalas, "Masuk akal. Safira, jangan sembarangan beri usulan. Kalau sampai menimbulkan kecaman, Keluarga Kekaisaran yang akan malu."Safira hanya menjulurkan lidah. Dia bersandar di bahu Kaisar dengan manja seraya menyahut, "Aku cuma asal bicara."Kaisar hanya punya satu putri. Dia tentu tidak akan menyalahkan Safira, sebaliknya malah menepuk punggung tangan Safira dengan penuh kasih sayang.S
Andini akui dirinya memang ingin membiarkan Safira menghadapi Dianti. Namun, tidak sampai menyingkirkannya. Apalagi, gaun itu sama sekali tidak ada kaitan dengannya.Andini mengernyit sembari menjelaskan, "Hamba sudah kembalikan toko pakaian itu ke Selir Agung Haira."Safira membentak, "Tapi, gaun itu milikmu! Aku sudah minta orang untuk selidiki keesokan harinya! Rangga memesan gaun itu sesuai ukuranmu!"Andini tercengang. Itu adalah gaun sutra yang langka. Gaun yang belum tentu bisa dibuat meski sudah menunggu tiga sampai lima tahun. Rangga memberikan gaun itu padanya?Melihat ekspresi Andini yang tercengang, Safira malah makin geram. Dia menyergah, "Jangan berpura-pura lagi! Andini, sekarang kamu sudah tahu Rangga itu orang yang aku suka. Sebaiknya kamu sadar diri dan jauhi dia!"Andini langsung bersujud pada Safira seraya memohon, "Putri, tenanglah. Kalau gaun itu benar-benar diberikan Jenderal Rangga pada hamba, itu berarti hanya ada satu kemungkinan, yaitu untuk menebus kesalahan
Ketika Andini kembali ke Paviliun Ayana, hari sudah menjelang sore. Begitu masuk ke kamar, dia langsung terbaring lemas di sofa. Pikirannya dipenuhi perkataan terakhir Safira padanya.Andini baru tahu ternyata selama tiga tahun ini, Dianti dilindungi begitu ketat oleh Keluarga Adipati. Ternyata ketika Andini ditindas para dayang di penatu istana, Keluarga Biantara tidak mengizinkan Dianti masuk ke istana lagi!Hukuman Andini di penatu istana seakan-akan peringatan bagi Keluarga Adipati. Mereka takut semua orang atau segala hal di istana akan berkaitan dengan Dianti. Itu sebabnya, mereka sama sekali tidak peduli pada Andini selama tiga tahun.Ironisnya, beberapa hari setelah Andini kembali ke Kediaman Adipati, Kirana malah tidak sabar untuk membawanya ke tempat yang mereka anggap berbahaya. Tempat itu adalah istana. Memikirkan ini, Andini tak kuasa tertawa dengan pelan dan getir. Sebenarnya, Andini bisa menahan kepahitan ini. Setelah melewati tiga tahun tanpa dipedulikan, dia sudah lam
Andini mengenakan pakaian sederhana. Dia berjalan di barisan terakhir pengiring jenazah. Sepanjang perjalanan, banyak orang yang berbisik sambil menunjuknya. Ikut mengantar pemakaman saja sudah ditunjuk seperti ini. Bagaimana jika Andini memakai pakaian berkabung dan ikut mengangkat peti mati? Andini benar-benar tidak berani membayangkannya.Setelah mengantar pengiring jenazah keluar dari kota, Andini berbalik dan berjalan pulang. Di perjalanan, orang-orang masih memperhatikannya. Untungnya Andini tidak terpengaruh sama sekali, bahkan menghela napas lega. Setidaknya, Andini sudah bisa sedikit lega tentang masalah Baskoro. Ketika sedang memikirkan sesuatu, terdengar seseorang memanggilnya. "Andini."Andini menoleh ke arah sumber suara. Orang itu adalah Byakta. Andini membalas dengan senyuman, lalu membungkuk memberi hormat sambil menyapa, "Salam, Wakil Jenderal Byakta."Byakta segera membalas hormat dengan menangkupkan kedua tangan dan berkata, "Kamu nggak perlu begitu formal."Geraka
Waktu setengah bulan berlalu. Selama setengah bulan ini, Kediaman Adipati sangat tenang sampai undangan pesta musim semi dikirim ke kediaman.Pesta musim semi diadakan oleh Permaisuri, tetapi dipimpin oleh Putri. Setiap awal musim semi, Putri akan menyuruh lembaga falak untuk memilih hari dengan cuaca yang paling hangat. Dia akan mengundang para keturunan keluarga bangsawan untuk menikmati bunga, minum arak, dan berpuisi.Andini mengamati undangan itu. Laras yang melihatnya bertanya dengan ekspresi cemas, "Apa Nona mau pergi?"Andini bertanya balik seraya mengangkat alis, "Apa aku nggak boleh pergi?"Laras menghampiri Andini dan menjelaskan, "Hamba juga nggak tahu alasannya. Hanya saja, setiap undangan pesta musim semi dikirim, Tuan Kresna dan Nyonya Kirana akan berbohong Nona Dianti sakit. Mereka melarangnya pergi. Hamba merasa seharusnya pesta musim semi ini bermasalah!"Andini tersenyum. Pesta musim semi ini memang bermasalah. Dulu, dia dihukum masuk ke penatu istana di pesta musim
Tidak lama kemudian, Farida mengetuk pintu rumah kecil itu.Begitu melihat siapa yang datang, Laras langsung terkejut sekaligus gembira. Dia segera meraih tangan Farida dan mengajaknya masuk.Sebelum memasuki halaman, Laras bahkan sudah berseru, "Nona, lihat siapa yang datang!"Mendengar suara Laras yang begitu bersemangat, Andini merasa penasaran. Dia segera melirik ke arah pintu.Andini melihat Farida yang mengenakan pakaian rakyat biasa, rambutnya disanggul sederhana, serta membawa sebuah tas kecil di tangannya. Dia langsung menyambut, "Bibi, kenapa tiba-tiba ke sini?""Saya datang menjenguk Nona." Farida tersenyum dengan mata menyipit. "Saya ingin menginap di sini beberapa hari. Semoga Nona nggak keberatan."Andini langsung menggeleng dan membalas, "Kenapa aku harus keberatan? Aku justru sangat senang!"Sambil berkata demikian, Andini menggandeng Farida masuk ke rumah. Setelah menuangkan segelas air untuknya, dia baru bertanya, "Bibi, dilihat dari pakaianmu ini, apakah kamu ingin p
Kirana memeluk Dianti dan berjalan kembali ke dalam. "Sekarang kamu akan menjadi satu-satunya istri Rangga, jadi jangan nangis lagi. Kalau terus nangis, matamu bisa bengkak di hari bahagiamu!"Kresna yang berjalan di belakang mereka menambahkan, "Keluarga Maheswara mungkin akan menikahkan Rangga dan saudaranya di hari yang sama. Titah Kaisar sudah turun, jadi pernikahan nggak akan lama lagi. Kirana, kamu harus mulai menyiapkan mas kawin untuk kedua putri kita!"Kirana tersenyum dan mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Meskipun Andin sudah pindah, dia adalah putri angkat Keluarga Adipati. Terlebih lagi, pernikahannya adalah titah Kaisar. Aku nggak berani menyepelekannya."Mendengar itu, tatapan Dianti menjadi agak suram. Entah Kirana menyadarinya atau tidak, dia melanjutkan, "Tapi, Dian adalah putri kandung Keluarga Adipati. Apalagi sekarang Rangga sangat disayangi oleh Kaisar.""Dalam hal mas kawin, kita nggak boleh membuat Rangga kehilangan muka, juga nggak boleh mempermalukan Keluar
Dianti tertegun mendengar pertanyaan yang mendadak itu. Dia jelas tidak menyangka bahwa Abimana bisa berpikir begitu jernih sampai mempertanyakan dirinya!Untuk sesaat, dia tidak bisa langsung menjawab, hanya merespons dengan bingung, "Hah?"Abimana tetap sabar. "Tadi kamu bilang, pelayan di paviliunmu bicara sembarangan. Bagaimana kamu tahu aku pergi menemui Andini karena mendengar ucapan mereka?"Abimana mengakui hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap Dianti saat ini. Seandainya tadi Jabal tidak datang tepat waktu, dia pasti sudah salah paham terhadap Andini dan entah kekacauan apa yang akan ditimbulkan di sana.Andini sudah memutus hubungan dengan Keluarga Adipati, bahkan sudah pindah. Jika Abimana membuat masalah lagi hari ini, hubungan mereka sebagai saudara benar-benar akan putus untuk selamanya.Tentunya, dia tidak ingin menuduh Dianti dengan pikiran buruk seperti itu. Namun, bukankah semuanya terlalu kebetulan? Kenapa saat dia berada di depan pintu, tiba-tiba ada pelayan yang ber
Selain itu, dengan betapa besarnya kasih sayang Kaisar terhadap Keluarga Maheswara, meskipun Kalingga hanya seorang pria cacat, dia tetap bisa melindungi Andini!Kalaupun Kalingga tidak bisa melindunginya, apakah Rangga akan diam saja melihat kakak iparnya ditindas?Semakin dipikirkan, Abimana merasa semakin gembira dan senyumannya semakin lebar.Melihat Abimana begitu bahagia, Kresna pun mulai percaya dan ikut merasa senang. Dia perlahan mengangguk. "Meskipun Kalingga cacat, dulu dia sangat dipercaya oleh Kaisar. Selain itu, alasan dia terluka juga karena Kaisar bersikeras mengirim pasukan.""Kaisar pasti merasa bersalah kepadanya. Bisa jadi, Kaisar memang berniat menjodohkan Andini dengan Kalingga. Itulah sebabnya titah pernikahan ditulis dengan cara yang samar."Namun, Kirana tetap terlihat khawatir. "Tapi, bukankah kamu bilang Rangga mendapatkan titah pernikahan ini sebagai hadiah atas jasanya menumpas para perampok? Sekarang, Andini malah menikah dengan kakaknya. Apa Rangga akan m
Sepanjang perjalanan kembali, Abimana terus memikirkan semuanya, tetapi tetap tidak bisa memahaminya.Jelas-jelas kemarin Rangga mengatakan dengan sangat jelas bahwa Andini dan Dianti akan menjadi istri sederajat. Namun, baru satu malam berlalu, kenapa tiba-tiba Andini malah menjadi kakak ipar Rangga?Dengan kebingungan, Abimana kembali ke Kediaman Adipati. Begitu masuk, dia langsung bertemu dengan Kresna, Kirana, dan Dianti. Dia tertegun. "Ayah, Ibu, kalian mau ke mana?"Kresna mengerutkan alis, nada suaranya penuh amarah. "Ke mana lagi? Tentu saja mencari kamu! Katakan, kamu tadi pergi menemui adikmu, 'kan?"Kirana tampak sangat cemas, bahkan menangis. "Dia akhirnya mau tinggal di ibu kota, kenapa kamu malah memaksanya pergi lagi?"Dianti juga menangis. "Kak, para pelayan di kamarku hanya asal bicara, jangan dimasukkan ke hati. Aku yakin Kak Andini nggak mungkin melakukan hal seperti itu!""Dia bahkan hampir meninggalkan ibu kota kemarin. Kita yang dengan susah payah menahannya. Baga
"Aku dengar Nona Andini bahkan sempat menjelek-jelekkan Keluarga Adipati di gerbang kota. Jangan-jangan semua itu dilakukan agar Tuan Abimana merasa bersalah dan nggak berani menghalangi pernikahannya dengan Jenderal Rangga?"Abimana tak lagi mendengar kelanjutan percakapan itu. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dengan langkah lebar, dia keluar dari Kediaman Adipati.Semuanya masuk akal sekarang. Pantas saja, Andini tiba-tiba ingin meninggalkan ibu kota. Dua perempuan seperti dia dan Laras melakukan perjalanan jauh sendirian. Mereka tidak takut?Ternyata semua ini hanyalah sandiwara!Begitu Abimana pergi, para pelayan yang tadi bergosip langsung mengintip dari balik pintu. Saat melihat bahwa dia sudah pergi cukup jauh, mereka segera kembali ke kamar Dianti. "Nona, Tuan Abimana sudah pergi."Dianti yang tengah menyeka air matanya pun bertanya, "Apa Kakak mendengar semuanya?""Nona tenang saja, Tuan Abimana mendengar semuanya. Kami melihat betapa marahnya beliau. Pasti sekarang dia
Rangga akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Kalingga, tetapi amarah di hatinya tetap membara. Bahkan, suaranya dipenuhi kekecewaan. "Kupikir kamu akan memahamiku."Dia tahu, permohonannya kepada Kaisar untuk menikahi Andini sebagai istri bukanlah hal yang mudah dipahami oleh orang lain. Itu sebabnya, meskipun Kaisar akhirnya mengabulkan permintaannya, titah itu tetap dibuat kurang jelas.Hanya dengan satu kalimat dari Kalingga, ayah dan ibu langsung menyerahkan pernikahan ini kepadanya. Padahal, Kalingga tahu betul apa saja yang telah dirinya lakukan demi Andini.Seluruh dunia boleh mengkhianatinya, tetapi tidak dengan Kalingga. Bagaimanapun, Rangga adalah adik kandungnya.Melihat kekecewaan yang jelas tergambar di mata Rangga, tatapan Kalingga menjadi suram. Nada suaranya dipenuhi dengan ketidakberdayaan. "Kalau begitu, anggap saja hari itu dia nggak pernah keluar dari halaman rumahku."Anggap saja rencana yang disusun Rangga dan Abimana telah berhasil. Anggap saja Andini sudah keh
Tiga tahun, persis dengan waktu yang dia habiskan di penatu istana. Tiga tahun di sana telah membuatnya membayar lunas budi Keluarga Adipati yang telah membesarkannya selama 15 tahun.Maka, pernikahan tiga tahun dengan Kalingga ini juga akan menjadi caranya untuk membalas semua bantuan yang telah diberikan Kalingga kepadanya. Dia akan merawat Kalingga dengan sepenuh hati.Namun, tiga tahun kemudian, dia harus pergi. Dia harus menyambut hidup barunya. Jika tidak, dia tidak akan sanggup bertahan.Mendengar itu, Kalingga hanya tersenyum tipis dan dingin seperti biasa. Tanpa banyak bicara, dia meletakkan surat yang Andini kirimkan kemarin di atas meja.Andini tidak mengerti maksudnya, tetapi melihat Kalingga memberi isyarat dengan matanya, dia pun mengulurkan tangan dan mengambil surat itu.Tanpa disangka, sebuah mata panah yang telah berkarat tiba-tiba jatuh dari dalam amplop, menimpa meja dengan suara berat.Andini terkejut. Kemudian, terdengar suara Kalingga yang tidak sedingin biasanya
Tuan Kalingga?Laras terkejut, buru-buru membawa pelayan itu masuk.Saat ini, di sisi Kalingga hanya ada seorang pelayan yang selalu mengikutinya. Itu adalah orang kepercayaannya.Andini sempat bertemu dengan pelayan ini pagi tadi saat pergi menemui Kalingga. Melihatnya datang berkunjung malam ini, Andini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan surat dari Byakta?"Pelayan itu memberi hormat, lalu pandangannya jatuh ke atas meja, tepat pada titah Kaisar yang diletakkan secara asal-asalan. "Tuan dengar Kaisar telah memberikan titah. Beliau secara khusus mengutus hamba untuk mengingatkan Nona. Hal ini bukan hal sepele, jadi jangan ceroboh. Harus hati-hati."Kata terakhir diucapkannya dengan sangat perlahan. Andini sedikit bingung, tetapi Laras langsung menangkap maksudnya dan segera bergerak untuk mengambil titah tersebut."Ya, ya! Kami akan memperlakukannya dengan hati-hati. Aku akan segera menyimpannya di tempat yang layak!" Dari tadi, dia