Aku Merasa Seperti RatuRumah sudah terjual dengan harga sesuai keinginan Barbara, lalu ia membeli rumah yang lebih kecil untuknya dan Selena."Nenek kenapa belum bersiap, hari ini kita akan pindah dari sini, Nek," ucap Selena yang mengejutkan Manda. Dia tidak tahu sama sekali kalau rumah yang mereka tempati sudah laku terjual."Tidak perlu mengajak wanita tua itu, biarkan dia mencari tempat tinggalnya sendiri." Belum sempat Manda menjawab, Barbara menyahut dari dalam sambil menyeret satu koper besar."Tapi, Bu, nenek akan tinggal dimana? Kasihan, hanya kita keluarganya," tutur Selena. Meskipun ibunya tidak menyukainya, tapi Selena lumayan dekat dengan Manda, karena wanita tua itu selalu memanjakannya sejak kecil."Sudah, tidak perlu memikirkan dia yang sudah tidak berguna lagi," ketus Barbara tidak peduli bagaimana nasib Manda dan perasaan wanita yang berstatus ibu mertuanya itu."Apa yang akan ku katakan bila ayah bertanya tentang nenek?" Selena merasa berat meninggalkan Manda apala
Dasar Ceroboh! Han menarik napas lalu menghembuskannya kasar. Lerina baru saja mengomelinya karena aktivitas yang tidak cukup sekali mereka lakukan.Tubuhnya terbaring di sofa, terlalu malas untuk bangkit, selain itu dia juga sangat lelah."Aku berpikir untuk merenovasi kantormu ini, satu kamar tidur sepertinya bagus," usul Han sambil menatap sekeliling ruangan. "Jangan!" tolak Lerina cepat. Kalau sampai itu terjadi maka kemungkinan ruangannya ini akan di penuhi dengan aroma cinta dan itu tidak baik untuk pekerjaannya ke depan. "Kenapa, apa Kau tidak ingin bisa istirahat dengan tenang, apa lagi kehamilanmu semakin besar, Kau butuh tempat nyaman, Sayang."Lerina menarik napas pelan. Memang benar yang di katakan oleh suaminya tersebut. "Lalu Kau akan sering mengunjungiku, bukan?" Han mengangkat jempolnya, "of course!""Sudah ku duga." Lerina mencelos.Han mendekat lalu berjongkok di hadapan sang istri yang masih berbaring, "Ada apa denganmu, Kau tidak menyukai kehadiranku? Hem!" Men
Mommy, Dia Pasti Laki-Laki! Sesekali Lerina masih tertawa bila mengingatnya, sedangkan Han merasa malu pada putranya.Lerina menjulurkan lidahnya mengejek Han yang gagal menjamah tubuhnya, dan pria itu mendengkus kesal.Malam itu seperti biasa Sean selalu tidur di tengah-tengah, menjadi jarak bagi kedua orang tuanya.Pagi menyapa. Lerina bangun lebih dulu, dia ingin membuat sarapan untuk kedua pria kesayangannya. Hal itu memang sering dia lakukan agar peran ibu rumah tangga tidak lekang dari sosoknya, karena setelah nanti Lerina akan sibuk seharian di kantor.Keduanya bangun saat sarapan telah tersaji di meja, mereka bersiap untuk aktivitas masing-masing."Sepertinya aku harus membeli baju baru, Han. Ini sudah terasa sesak di perut." Lerina menyentuh pinggang rok yang ia kenakan."Siang nanti kita belanja, aku sedikit longgar hari ini," sahut Han yang sedang memakai kaus kakinya."Sean juga ingin ikut." Sean tiba-tiba saja muncul."Jangan, Kau harus belajar bukan? Guru privatmu aka
Kami Saling Mencintai SelenaMengingat Lerina yang telah menjadi bos dan menguasai perusahaan membuat Selena tidak begitu semangat hari ini. Bukan hanya itu, sepupunya itu juga tengah mengandung anak dari pria yang sangat di idamkan di kota ini.Selena menyipit ketika memasukkan mobil ke halaman, dia seperti mengenal pemilik mobil itu. Jack, ya Jack, sekretaris ayahnya. Selena tidak ambil pusing, pikirannya terus di penuhi kedengkian dan rasa benci. Selena jadi ingin mengubah tujuannya. Bila di terima, ia bersumpah akan menghabisi Lerina, tidak peduli lagi untuk merebut hartanya.Pintu terkunci dari dalam, pasti ibunya sedang keluar, tapi mobil Jack? Selena menerka-nerka, namun terlalu pusing memikirkan hal itu, dia kemudian merogoh tasnya, mengambil kunci rumah yang sempat masukkan tadi pagi ke dalam tasnya.CeklekTujuan pertamanya adalah sofa, menghempaskan penat juga mencoba mengenyahkan pikiran tentang Lerina. Ah, wanita itu sudah berhasil mengisi otaknya.Selena mendengkus kesal
Tiga Di Kali TujuhKetiganya kini berada di mobil meninggalkan pusat perbelanjaan dan kedua pelayan yang menahan senyum sejak Sean membawa tujuh kotak segitiga tersebut ke atas meja kasir."Untuk apa membeli ini, Sean? Milik daddy masih banyak." Pada akhirnya Han pun protes di mobil. Karena putranya yang konyol pelayan dan kasir mencuri-curi pandang padanya.Lerina tertawa melihat kekesalan Han pada putranya. Ini lucu dan Sean ingat kejadian malam itu hingga membuat ia berpikir bahwa daddynya kehabisan stok di rumah."Untuk Daddy, pakai," jawab Sean dengan mulut yang penuh berisi makanan."Kenapa banyak sekali?" tanya Han lagi."Daddy, itu hanya tujuh dan tidak banyak, lagi pula uang daddy tidak akan habis dengan membeli itu," jawabnya sedikit kesal.CkHan berdecak, bukan masalah uangnya, tapi setiap kotak itu berisi tiga dan di kali tujuh sama dengan dua puluh satu."Sudahlah, tidak usah mempermasalahkannya, itu artinya Sean peduli denganmu," ucap Lerina menengahi. Sean tersenyum pa
Selena, Tutup Mulutmu! [Nona Salvador, selamat! Anda di terima sebagai sekretaris direktur! Silahkan bekerja mulai besok!]Pesan dari Admin perusahaan membuat Selena terlonjak girang. Jalan untuk membalaskan dendam pada Lerina sudah terbuka di depan mata."Ah, akhirnya!" serunya dengan pikiran yang mulai menyusun rencana.Ceklek"Sepertinya Kau sedang bahagia, Selena?" Barbara masuk kemudian menghampiri putrinya yang berbaring di ranjang. Selena bangkit duduk, wajahnya kembali datar. Dia sepenuhnya belum memaafkan perbuatan ibunya."Apa Kau di terima bekerja?" Barbara sudah berdiri di hadapannya.Selena hanya mengangguk. "Bagus, jalan untuk membalaskan dendammu sudah terbuka, lakukan sebaik mungkin jangan sampai Kau gagal," pesan Barbara, menepuk pundak putrinya pelan kemudian berbalik meninggalkan kamar Selena."Bu, aku butuh uang, berikan bagian penjualan rumah kita!" Ucapan Selena menghentikan wanita yang memakai dandanan menor itu, dia mematung tanpa berpaling."Aku butuh mobi
Apa Aku Harus Berubah Menjadi Jahat? "Ada apa Han? Kenapa, wajahmu jadi tegang begitu?" Philip menyipit melihat perubahan sang putra sejak mendapat telpon."Lerina, bermalamlah disini! Aku harus pergi sekarang!" Alih-alih menjawab pertanyaan ayahnya, Han malah pamit ingin pergi."Han, ada apa? Telpon dari siapa?" Laura pun jadi penasaran. Gelagat Han sungguh mencurigakan, membuat siapapun yang melihatnya pasti berpikir sedang ada masalah. Han menghela napasnya, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita, "Nanti saja, Bu. Biarkan Lerina dan Sean disini, aku akan pergi, Paman Peng membutuhkanku!" Han bangkit tanpa menunggu persetujuan mereka."Ayah ikut!" Philip merasakan sesuatu yang tidak baik, dia memilih untuk ikut sedangkan Lerina dan Laura hanya menatap kepergian mereka dengan rasa penasaran atas apa yang terjadi."Han, ada apa sebenarnya?" Philip kembali bertanya setelah mobil melaju membelah kegelapan malam."Paman Lerina kabur dari penjara, Ayah," jawab Han sambil terus
Kamar Atas Nama Jack HunterKantor Lerina sudah mulai beroperasi kembali, Han menepati janjinya dalam sehari dia menyelesaikan semuanya."Selamat pagi, Nyonya!" sapa Norin sedikit membungkukkan kepala, sedang tangannya menyenggol lengan Selena agar mengikutinya memberi hormat.Selena terlalu terpana melihat Lerina yang tampil cantik meski memakai dress yang tidak sempit, kecantikannya bertambah di mata Selena hingga ia tidak berkedip melihatnya.Norim menyenggol lebih keras lagi, barulah Selena tersadar, "Oh, emm, selamat pagi, Nyonya!" ucapnya pelan. Sumpah dalam hati ia muak mengatakan hal itu, memberi hormat pada Lerina wanita yang di bencinya."Selamat pagi!" balas Lerina, "Nona Tania, selamat bergabung di perusahaan kami!" seru Lerina."I-iya, terimakasih, Nyonya karena, sudah memilih saya!" ucap Selena bibirnya mengulas senyum yang di paksakan.Lerina berlalu ke dalam ruangannya dan Norin pun kembali ke mejanya, sedangkan Selena terus memperhatikan Lerina hingga menghilang di ba