Dasar Ceroboh! Han menarik napas lalu menghembuskannya kasar. Lerina baru saja mengomelinya karena aktivitas yang tidak cukup sekali mereka lakukan.Tubuhnya terbaring di sofa, terlalu malas untuk bangkit, selain itu dia juga sangat lelah."Aku berpikir untuk merenovasi kantormu ini, satu kamar tidur sepertinya bagus," usul Han sambil menatap sekeliling ruangan. "Jangan!" tolak Lerina cepat. Kalau sampai itu terjadi maka kemungkinan ruangannya ini akan di penuhi dengan aroma cinta dan itu tidak baik untuk pekerjaannya ke depan. "Kenapa, apa Kau tidak ingin bisa istirahat dengan tenang, apa lagi kehamilanmu semakin besar, Kau butuh tempat nyaman, Sayang."Lerina menarik napas pelan. Memang benar yang di katakan oleh suaminya tersebut. "Lalu Kau akan sering mengunjungiku, bukan?" Han mengangkat jempolnya, "of course!""Sudah ku duga." Lerina mencelos.Han mendekat lalu berjongkok di hadapan sang istri yang masih berbaring, "Ada apa denganmu, Kau tidak menyukai kehadiranku? Hem!" Men
Mommy, Dia Pasti Laki-Laki! Sesekali Lerina masih tertawa bila mengingatnya, sedangkan Han merasa malu pada putranya.Lerina menjulurkan lidahnya mengejek Han yang gagal menjamah tubuhnya, dan pria itu mendengkus kesal.Malam itu seperti biasa Sean selalu tidur di tengah-tengah, menjadi jarak bagi kedua orang tuanya.Pagi menyapa. Lerina bangun lebih dulu, dia ingin membuat sarapan untuk kedua pria kesayangannya. Hal itu memang sering dia lakukan agar peran ibu rumah tangga tidak lekang dari sosoknya, karena setelah nanti Lerina akan sibuk seharian di kantor.Keduanya bangun saat sarapan telah tersaji di meja, mereka bersiap untuk aktivitas masing-masing."Sepertinya aku harus membeli baju baru, Han. Ini sudah terasa sesak di perut." Lerina menyentuh pinggang rok yang ia kenakan."Siang nanti kita belanja, aku sedikit longgar hari ini," sahut Han yang sedang memakai kaus kakinya."Sean juga ingin ikut." Sean tiba-tiba saja muncul."Jangan, Kau harus belajar bukan? Guru privatmu aka
Kami Saling Mencintai SelenaMengingat Lerina yang telah menjadi bos dan menguasai perusahaan membuat Selena tidak begitu semangat hari ini. Bukan hanya itu, sepupunya itu juga tengah mengandung anak dari pria yang sangat di idamkan di kota ini.Selena menyipit ketika memasukkan mobil ke halaman, dia seperti mengenal pemilik mobil itu. Jack, ya Jack, sekretaris ayahnya. Selena tidak ambil pusing, pikirannya terus di penuhi kedengkian dan rasa benci. Selena jadi ingin mengubah tujuannya. Bila di terima, ia bersumpah akan menghabisi Lerina, tidak peduli lagi untuk merebut hartanya.Pintu terkunci dari dalam, pasti ibunya sedang keluar, tapi mobil Jack? Selena menerka-nerka, namun terlalu pusing memikirkan hal itu, dia kemudian merogoh tasnya, mengambil kunci rumah yang sempat masukkan tadi pagi ke dalam tasnya.CeklekTujuan pertamanya adalah sofa, menghempaskan penat juga mencoba mengenyahkan pikiran tentang Lerina. Ah, wanita itu sudah berhasil mengisi otaknya.Selena mendengkus kesal
Tiga Di Kali TujuhKetiganya kini berada di mobil meninggalkan pusat perbelanjaan dan kedua pelayan yang menahan senyum sejak Sean membawa tujuh kotak segitiga tersebut ke atas meja kasir."Untuk apa membeli ini, Sean? Milik daddy masih banyak." Pada akhirnya Han pun protes di mobil. Karena putranya yang konyol pelayan dan kasir mencuri-curi pandang padanya.Lerina tertawa melihat kekesalan Han pada putranya. Ini lucu dan Sean ingat kejadian malam itu hingga membuat ia berpikir bahwa daddynya kehabisan stok di rumah."Untuk Daddy, pakai," jawab Sean dengan mulut yang penuh berisi makanan."Kenapa banyak sekali?" tanya Han lagi."Daddy, itu hanya tujuh dan tidak banyak, lagi pula uang daddy tidak akan habis dengan membeli itu," jawabnya sedikit kesal.CkHan berdecak, bukan masalah uangnya, tapi setiap kotak itu berisi tiga dan di kali tujuh sama dengan dua puluh satu."Sudahlah, tidak usah mempermasalahkannya, itu artinya Sean peduli denganmu," ucap Lerina menengahi. Sean tersenyum pa
Selena, Tutup Mulutmu! [Nona Salvador, selamat! Anda di terima sebagai sekretaris direktur! Silahkan bekerja mulai besok!]Pesan dari Admin perusahaan membuat Selena terlonjak girang. Jalan untuk membalaskan dendam pada Lerina sudah terbuka di depan mata."Ah, akhirnya!" serunya dengan pikiran yang mulai menyusun rencana.Ceklek"Sepertinya Kau sedang bahagia, Selena?" Barbara masuk kemudian menghampiri putrinya yang berbaring di ranjang. Selena bangkit duduk, wajahnya kembali datar. Dia sepenuhnya belum memaafkan perbuatan ibunya."Apa Kau di terima bekerja?" Barbara sudah berdiri di hadapannya.Selena hanya mengangguk. "Bagus, jalan untuk membalaskan dendammu sudah terbuka, lakukan sebaik mungkin jangan sampai Kau gagal," pesan Barbara, menepuk pundak putrinya pelan kemudian berbalik meninggalkan kamar Selena."Bu, aku butuh uang, berikan bagian penjualan rumah kita!" Ucapan Selena menghentikan wanita yang memakai dandanan menor itu, dia mematung tanpa berpaling."Aku butuh mobi
Apa Aku Harus Berubah Menjadi Jahat? "Ada apa Han? Kenapa, wajahmu jadi tegang begitu?" Philip menyipit melihat perubahan sang putra sejak mendapat telpon."Lerina, bermalamlah disini! Aku harus pergi sekarang!" Alih-alih menjawab pertanyaan ayahnya, Han malah pamit ingin pergi."Han, ada apa? Telpon dari siapa?" Laura pun jadi penasaran. Gelagat Han sungguh mencurigakan, membuat siapapun yang melihatnya pasti berpikir sedang ada masalah. Han menghela napasnya, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita, "Nanti saja, Bu. Biarkan Lerina dan Sean disini, aku akan pergi, Paman Peng membutuhkanku!" Han bangkit tanpa menunggu persetujuan mereka."Ayah ikut!" Philip merasakan sesuatu yang tidak baik, dia memilih untuk ikut sedangkan Lerina dan Laura hanya menatap kepergian mereka dengan rasa penasaran atas apa yang terjadi."Han, ada apa sebenarnya?" Philip kembali bertanya setelah mobil melaju membelah kegelapan malam."Paman Lerina kabur dari penjara, Ayah," jawab Han sambil terus
Kamar Atas Nama Jack HunterKantor Lerina sudah mulai beroperasi kembali, Han menepati janjinya dalam sehari dia menyelesaikan semuanya."Selamat pagi, Nyonya!" sapa Norin sedikit membungkukkan kepala, sedang tangannya menyenggol lengan Selena agar mengikutinya memberi hormat.Selena terlalu terpana melihat Lerina yang tampil cantik meski memakai dress yang tidak sempit, kecantikannya bertambah di mata Selena hingga ia tidak berkedip melihatnya.Norim menyenggol lebih keras lagi, barulah Selena tersadar, "Oh, emm, selamat pagi, Nyonya!" ucapnya pelan. Sumpah dalam hati ia muak mengatakan hal itu, memberi hormat pada Lerina wanita yang di bencinya."Selamat pagi!" balas Lerina, "Nona Tania, selamat bergabung di perusahaan kami!" seru Lerina."I-iya, terimakasih, Nyonya karena, sudah memilih saya!" ucap Selena bibirnya mengulas senyum yang di paksakan.Lerina berlalu ke dalam ruangannya dan Norin pun kembali ke mejanya, sedangkan Selena terus memperhatikan Lerina hingga menghilang di ba
Penyesalan RobinDi sebuah rumah sederhana berukuran kecil, Manda sedang menemani anak-anaknya makan. Robin melarikan diri dan bersembunyi di rumah ibunya. Lusi mengambilkan air minum untuk kedua majikannya itu."Lusi, duduklah, Kau juga belum makan," ucap Robin di sela kunyahannya.“Nanti saja, Tuan, saya makan di dapur,” jawab Lusi sungkan duduk bersama sang majikan. "Tidak apa-apa, Lus. Kemarilah!" Robin menunjuk kursi di sisinya.Lusi yang sedikit sungkan pun akhirnya ikut duduk."Lusi, terimakasih! Kau sudah mau menemani ibu, meski tidak di gaji lagi," ucap Robin. Sungguh dia sangat bersyukur karena Lusi masih mau menemani Manda di saat putri dan istrinya pergi dengan tidak tau dirinya membawa semua uang penjualan rumah. Tidak hanya uang usaha, penjualan rumah serta mobil semua di kuasai oleh Barbara.Sudah dua bulan wanita itu tidak dibayar oleh Barbara, padahal hasil dari usaha mereka masih cukup untuk membayar pelayan, tapi Barbara memang sengaja tidak mau membayarnya. "Say
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d