Tiga Di Kali TujuhKetiganya kini berada di mobil meninggalkan pusat perbelanjaan dan kedua pelayan yang menahan senyum sejak Sean membawa tujuh kotak segitiga tersebut ke atas meja kasir."Untuk apa membeli ini, Sean? Milik daddy masih banyak." Pada akhirnya Han pun protes di mobil. Karena putranya yang konyol pelayan dan kasir mencuri-curi pandang padanya.Lerina tertawa melihat kekesalan Han pada putranya. Ini lucu dan Sean ingat kejadian malam itu hingga membuat ia berpikir bahwa daddynya kehabisan stok di rumah."Untuk Daddy, pakai," jawab Sean dengan mulut yang penuh berisi makanan."Kenapa banyak sekali?" tanya Han lagi."Daddy, itu hanya tujuh dan tidak banyak, lagi pula uang daddy tidak akan habis dengan membeli itu," jawabnya sedikit kesal.CkHan berdecak, bukan masalah uangnya, tapi setiap kotak itu berisi tiga dan di kali tujuh sama dengan dua puluh satu."Sudahlah, tidak usah mempermasalahkannya, itu artinya Sean peduli denganmu," ucap Lerina menengahi. Sean tersenyum pa
Selena, Tutup Mulutmu! [Nona Salvador, selamat! Anda di terima sebagai sekretaris direktur! Silahkan bekerja mulai besok!]Pesan dari Admin perusahaan membuat Selena terlonjak girang. Jalan untuk membalaskan dendam pada Lerina sudah terbuka di depan mata."Ah, akhirnya!" serunya dengan pikiran yang mulai menyusun rencana.Ceklek"Sepertinya Kau sedang bahagia, Selena?" Barbara masuk kemudian menghampiri putrinya yang berbaring di ranjang. Selena bangkit duduk, wajahnya kembali datar. Dia sepenuhnya belum memaafkan perbuatan ibunya."Apa Kau di terima bekerja?" Barbara sudah berdiri di hadapannya.Selena hanya mengangguk. "Bagus, jalan untuk membalaskan dendammu sudah terbuka, lakukan sebaik mungkin jangan sampai Kau gagal," pesan Barbara, menepuk pundak putrinya pelan kemudian berbalik meninggalkan kamar Selena."Bu, aku butuh uang, berikan bagian penjualan rumah kita!" Ucapan Selena menghentikan wanita yang memakai dandanan menor itu, dia mematung tanpa berpaling."Aku butuh mobi
Apa Aku Harus Berubah Menjadi Jahat? "Ada apa Han? Kenapa, wajahmu jadi tegang begitu?" Philip menyipit melihat perubahan sang putra sejak mendapat telpon."Lerina, bermalamlah disini! Aku harus pergi sekarang!" Alih-alih menjawab pertanyaan ayahnya, Han malah pamit ingin pergi."Han, ada apa? Telpon dari siapa?" Laura pun jadi penasaran. Gelagat Han sungguh mencurigakan, membuat siapapun yang melihatnya pasti berpikir sedang ada masalah. Han menghela napasnya, saat ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita, "Nanti saja, Bu. Biarkan Lerina dan Sean disini, aku akan pergi, Paman Peng membutuhkanku!" Han bangkit tanpa menunggu persetujuan mereka."Ayah ikut!" Philip merasakan sesuatu yang tidak baik, dia memilih untuk ikut sedangkan Lerina dan Laura hanya menatap kepergian mereka dengan rasa penasaran atas apa yang terjadi."Han, ada apa sebenarnya?" Philip kembali bertanya setelah mobil melaju membelah kegelapan malam."Paman Lerina kabur dari penjara, Ayah," jawab Han sambil terus
Kamar Atas Nama Jack HunterKantor Lerina sudah mulai beroperasi kembali, Han menepati janjinya dalam sehari dia menyelesaikan semuanya."Selamat pagi, Nyonya!" sapa Norin sedikit membungkukkan kepala, sedang tangannya menyenggol lengan Selena agar mengikutinya memberi hormat.Selena terlalu terpana melihat Lerina yang tampil cantik meski memakai dress yang tidak sempit, kecantikannya bertambah di mata Selena hingga ia tidak berkedip melihatnya.Norim menyenggol lebih keras lagi, barulah Selena tersadar, "Oh, emm, selamat pagi, Nyonya!" ucapnya pelan. Sumpah dalam hati ia muak mengatakan hal itu, memberi hormat pada Lerina wanita yang di bencinya."Selamat pagi!" balas Lerina, "Nona Tania, selamat bergabung di perusahaan kami!" seru Lerina."I-iya, terimakasih, Nyonya karena, sudah memilih saya!" ucap Selena bibirnya mengulas senyum yang di paksakan.Lerina berlalu ke dalam ruangannya dan Norin pun kembali ke mejanya, sedangkan Selena terus memperhatikan Lerina hingga menghilang di ba
Penyesalan RobinDi sebuah rumah sederhana berukuran kecil, Manda sedang menemani anak-anaknya makan. Robin melarikan diri dan bersembunyi di rumah ibunya. Lusi mengambilkan air minum untuk kedua majikannya itu."Lusi, duduklah, Kau juga belum makan," ucap Robin di sela kunyahannya.“Nanti saja, Tuan, saya makan di dapur,” jawab Lusi sungkan duduk bersama sang majikan. "Tidak apa-apa, Lus. Kemarilah!" Robin menunjuk kursi di sisinya.Lusi yang sedikit sungkan pun akhirnya ikut duduk."Lusi, terimakasih! Kau sudah mau menemani ibu, meski tidak di gaji lagi," ucap Robin. Sungguh dia sangat bersyukur karena Lusi masih mau menemani Manda di saat putri dan istrinya pergi dengan tidak tau dirinya membawa semua uang penjualan rumah. Tidak hanya uang usaha, penjualan rumah serta mobil semua di kuasai oleh Barbara.Sudah dua bulan wanita itu tidak dibayar oleh Barbara, padahal hasil dari usaha mereka masih cukup untuk membayar pelayan, tapi Barbara memang sengaja tidak mau membayarnya. "Say
Kedatangan Robin Lerina kembali ke perusahaan setelah memberikan pelajaran pada Barbara, dengan memindahkan selnya itu sudah cukup bagi Lerina.Han melajukan mobilnya meninggalkan sang istri yang sudah turun dan akan masuk ke dalam. Entah sampai kapan masalah ini berakhir. Lerina berharap setelah Barbara dan pamannya di penjara, Selena tidak akan membuat ulah lagi. Lerina yang selalu ingin menjalani hidup dengan damai selalu terusik dengan gangguan-gangguan dari keluarga pamannya."Tuan, tolong pergi dari sini! Atasan saya sedang tidak ada, percuma Tuan menunggu di sini karena Nyonya Lerina belum dapat di pastikan kapan kembali." Norin berbicara pada Robin. Dia tidak begitu mengenalnya karena wajah pria paruh baya itu di penuhi dengan jambang dan kumis.Terlihat tidak terurus, dia datang satu jam yang lalu hanya untuk menemui Lerina dan Norin sudah beberapa kali menyuruhnya pergi. Karyawanpun tidak mengenalinya lagi karena selain berjambang, Robin juga mengenakan topi dan masker
Karena Itu Aku Ingin Masuk"Tania, silahkan Kamu pelajari berkas dari Bardi Group. Pukul empat belas Kamu ikut saya ke perusahaan itu!""Baik, Nyonya!"Lerina memerintahkan sekretaris barunya untuk menemaninya menemui pihak Bardi. Dia merasa lebih baik Norin tinggal di kantor.Selama beberapa hari bekerja, dia merasa Tania cukup pintar dan mudah memahami pekerjaannya dengan baik. Lerina tidak begitu lelah, dia mempercayakan Tania untuk memeriksa berkas bila sedang menumpuk.Mereka berangkat pukul satu siang, agar tidak terlambat. Lerina ingin terjun langsung dan memastikan kerka sama mereka tidak gagal."Selamat siang, Nyonya Zoku! Anda sudah di tunggu di ruangan bos sekarang. Mari saya antar!" Sekretaris Antonio Bardi menyambut mereka di bawah. Dia mempersilahkan mereka mengikuti langkahnya."Tania, pastikan berkas kita tidak ada yang ketinggalan," ucap Lerina di dalam lift."Siap, Nyonya, ini sudah lengkal semua," balas Tania sambil memeluk beberapa berkas di tangannya."Silahkan N
Kejutan Untuk LerinaSudah satu jam lebih mereka menyelesaikan makannya, namun ada saja yang ingin di katakan Tuan Antonio.Pembahaaan di luar kerja, bertanya tentang kehidupan Lerina yang membuat sekretarisnya heran. Tuannya terlalu terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Lerina."Tuan, satu jam lagi rapat bulanan akan di adakan," Sekretarisnya memberitahukan.Lerina begitu lega mendengarnya, dia yang sebenarnya sudah ingin pergi sejak tadi selalu di tahan oleh Antonio."Batalkan saja, masih ada yang ingin ku bicarakan dengan Lerina," jawabnya dengan enteng, membuat Lerina terhenyak pun dengan sekretarisnya yang tampak kesal dengan bosnya."Lerina, bagaimana kalau aku mengajakmu ke rumahku?" Pertanyaan itu terdengar konyol, "Aku, ingin mengenalkammu pada ibuku," lanjutnya yang membaca mimik bingung di wajah Lerina."Tuan Antonio, maaf! Sepertinya saya harus kembali ke perusahaan," kata Lerina lagi.Antonio terdiam, entah apa alasan pria itu terus menahannya. Lerina yang awal