Kamar Atas Nama Jack HunterKantor Lerina sudah mulai beroperasi kembali, Han menepati janjinya dalam sehari dia menyelesaikan semuanya."Selamat pagi, Nyonya!" sapa Norin sedikit membungkukkan kepala, sedang tangannya menyenggol lengan Selena agar mengikutinya memberi hormat.Selena terlalu terpana melihat Lerina yang tampil cantik meski memakai dress yang tidak sempit, kecantikannya bertambah di mata Selena hingga ia tidak berkedip melihatnya.Norim menyenggol lebih keras lagi, barulah Selena tersadar, "Oh, emm, selamat pagi, Nyonya!" ucapnya pelan. Sumpah dalam hati ia muak mengatakan hal itu, memberi hormat pada Lerina wanita yang di bencinya."Selamat pagi!" balas Lerina, "Nona Tania, selamat bergabung di perusahaan kami!" seru Lerina."I-iya, terimakasih, Nyonya karena, sudah memilih saya!" ucap Selena bibirnya mengulas senyum yang di paksakan.Lerina berlalu ke dalam ruangannya dan Norin pun kembali ke mejanya, sedangkan Selena terus memperhatikan Lerina hingga menghilang di ba
Penyesalan RobinDi sebuah rumah sederhana berukuran kecil, Manda sedang menemani anak-anaknya makan. Robin melarikan diri dan bersembunyi di rumah ibunya. Lusi mengambilkan air minum untuk kedua majikannya itu."Lusi, duduklah, Kau juga belum makan," ucap Robin di sela kunyahannya.“Nanti saja, Tuan, saya makan di dapur,” jawab Lusi sungkan duduk bersama sang majikan. "Tidak apa-apa, Lus. Kemarilah!" Robin menunjuk kursi di sisinya.Lusi yang sedikit sungkan pun akhirnya ikut duduk."Lusi, terimakasih! Kau sudah mau menemani ibu, meski tidak di gaji lagi," ucap Robin. Sungguh dia sangat bersyukur karena Lusi masih mau menemani Manda di saat putri dan istrinya pergi dengan tidak tau dirinya membawa semua uang penjualan rumah. Tidak hanya uang usaha, penjualan rumah serta mobil semua di kuasai oleh Barbara.Sudah dua bulan wanita itu tidak dibayar oleh Barbara, padahal hasil dari usaha mereka masih cukup untuk membayar pelayan, tapi Barbara memang sengaja tidak mau membayarnya. "Say
Kedatangan Robin Lerina kembali ke perusahaan setelah memberikan pelajaran pada Barbara, dengan memindahkan selnya itu sudah cukup bagi Lerina.Han melajukan mobilnya meninggalkan sang istri yang sudah turun dan akan masuk ke dalam. Entah sampai kapan masalah ini berakhir. Lerina berharap setelah Barbara dan pamannya di penjara, Selena tidak akan membuat ulah lagi. Lerina yang selalu ingin menjalani hidup dengan damai selalu terusik dengan gangguan-gangguan dari keluarga pamannya."Tuan, tolong pergi dari sini! Atasan saya sedang tidak ada, percuma Tuan menunggu di sini karena Nyonya Lerina belum dapat di pastikan kapan kembali." Norin berbicara pada Robin. Dia tidak begitu mengenalnya karena wajah pria paruh baya itu di penuhi dengan jambang dan kumis.Terlihat tidak terurus, dia datang satu jam yang lalu hanya untuk menemui Lerina dan Norin sudah beberapa kali menyuruhnya pergi. Karyawanpun tidak mengenalinya lagi karena selain berjambang, Robin juga mengenakan topi dan masker
Karena Itu Aku Ingin Masuk"Tania, silahkan Kamu pelajari berkas dari Bardi Group. Pukul empat belas Kamu ikut saya ke perusahaan itu!""Baik, Nyonya!"Lerina memerintahkan sekretaris barunya untuk menemaninya menemui pihak Bardi. Dia merasa lebih baik Norin tinggal di kantor.Selama beberapa hari bekerja, dia merasa Tania cukup pintar dan mudah memahami pekerjaannya dengan baik. Lerina tidak begitu lelah, dia mempercayakan Tania untuk memeriksa berkas bila sedang menumpuk.Mereka berangkat pukul satu siang, agar tidak terlambat. Lerina ingin terjun langsung dan memastikan kerka sama mereka tidak gagal."Selamat siang, Nyonya Zoku! Anda sudah di tunggu di ruangan bos sekarang. Mari saya antar!" Sekretaris Antonio Bardi menyambut mereka di bawah. Dia mempersilahkan mereka mengikuti langkahnya."Tania, pastikan berkas kita tidak ada yang ketinggalan," ucap Lerina di dalam lift."Siap, Nyonya, ini sudah lengkal semua," balas Tania sambil memeluk beberapa berkas di tangannya."Silahkan N
Kejutan Untuk LerinaSudah satu jam lebih mereka menyelesaikan makannya, namun ada saja yang ingin di katakan Tuan Antonio.Pembahaaan di luar kerja, bertanya tentang kehidupan Lerina yang membuat sekretarisnya heran. Tuannya terlalu terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Lerina."Tuan, satu jam lagi rapat bulanan akan di adakan," Sekretarisnya memberitahukan.Lerina begitu lega mendengarnya, dia yang sebenarnya sudah ingin pergi sejak tadi selalu di tahan oleh Antonio."Batalkan saja, masih ada yang ingin ku bicarakan dengan Lerina," jawabnya dengan enteng, membuat Lerina terhenyak pun dengan sekretarisnya yang tampak kesal dengan bosnya."Lerina, bagaimana kalau aku mengajakmu ke rumahku?" Pertanyaan itu terdengar konyol, "Aku, ingin mengenalkammu pada ibuku," lanjutnya yang membaca mimik bingung di wajah Lerina."Tuan Antonio, maaf! Sepertinya saya harus kembali ke perusahaan," kata Lerina lagi.Antonio terdiam, entah apa alasan pria itu terus menahannya. Lerina yang awal
Buatlah Mommy bahagia! Makan malam romantis di hadiahkan Han untuk istrinya tercinta, setelah kejutan di perusahaan, tidak cukup hanya di lantai atas, ketika menuruni lantai demi lantai banyak kejutan yang di dapat Lerina.Pemberian Norin saat mereka melewati meja asistennya itu, pun di dalam lift, salah satu karyawan menyerahkan setangkai bunga mawar merah, keluar dari lift satu bunga lagi, saat melewati meja karyawannya, masing-masing mereka menyerahkan bunga yang sama hingga tangan Lerina sulit memegangnya."Malam ini, menginaplah di rumah nenek!" bisik Han pada putranya."Ok, daddy! Buatlah mommy bahagia untuk Sean!" balasnya juga berbisik, tak ingin di dengar oleh Lerina."Tentu!" kata Han. Jinli sudah menunggu Sean di lobby.Sean menghampiri Lerina yang sedang berbicara dan selalu menampilkan senyum pada karyawannya. Sesekali wanita itu tertawa hingga membuat Han terpana. Kebahagiaan itu memancar dari wajahnya."Mommy!" panggil Sean. Lerina mengangkat satu tangannya pada teman
Bertemu Dengan RiveraLima bulan berlalu, itu artinya Lerina akan segera melahirkan, putra kedua mereka.Sean yang paling antusias menyambut sang adik yang sesuai dengan harapannya. Memiliki adik laki-laki, dia yakin akan tampan sepertinya.Meski sedang hamil besar, Lerina tidak pernah absen ke kantor, ia tetap datang seperti biasa dan Han telah membangun kamar di ruangan istrinya, agar istirahat Lerina lebih nyaman."Nyonya, pertemuan di adakan di restauran Water's edge bar," beritahu Norin. Antonio baru saja menghubungi dirinya sebagai asisten Lerina."Jam berapa tepatnya?""Pukul dua belas, Nyonya. Tuan Antonio ingin mengajak, Nyonya makan siang." Tidak ada tanggapan dari Lerina, "Saya akan memberitahukan Tania untuk bersiap!" lanjut Norin."Tidak perlu, Norin. Banyak laporan yang harus di periksa, biarkan Tania di sini," tegas Lerina."Tapi, Nyonya ..." Norin ingin menyangkal."Biar sopir yang mengatarku. Kantor lebih membutuhkan Tania," potongnya cepat."Baiklah!" Seperti biasa N
Kecemburuan RiveraAntonia langsung menghampiri Lerina yang meringis menahan sakit di bagian perutnya.Antonio panik, dia tidak tahu harus melakukan apa. Rivera yang masih memiliki perasaan itu pun mendekat, "Cepat bawa ke mobil, Antonio. Lerina sepertinya akan melahirkan." Mengenyampingkan rasa cemburu yang membuncah di dada. Rivera memberikan saran.Antonio segera meraih tubuh itu sedangkan Rivera berjalan di depan setelah mengambil tas Lerina, dia membawanya menuju mobilnya."Naik mobilku saja!" Rivera tahu kebingungan Antonio, dia membuka pintu bagian belakang dan mendudukkan Lerina yang masih meringis merasakan kesakitan, "Bawa mobilnya, aku akan menjaganya di belakang!" Antonio meraih kunci mobil Rivera dan segera memasuki mobil."Tenang, Lerina! Tenang! Kita akan segera sampai!" Rivera mengusap-usap tangan Lerina memberi ketenangan untuknya."I-ini, ini sakit sekali! Aaaa!" Napasnya semakin tidak teratur dan keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahinya.Meski bukan yang