Bertemu Dengan RiveraLima bulan berlalu, itu artinya Lerina akan segera melahirkan, putra kedua mereka.Sean yang paling antusias menyambut sang adik yang sesuai dengan harapannya. Memiliki adik laki-laki, dia yakin akan tampan sepertinya.Meski sedang hamil besar, Lerina tidak pernah absen ke kantor, ia tetap datang seperti biasa dan Han telah membangun kamar di ruangan istrinya, agar istirahat Lerina lebih nyaman."Nyonya, pertemuan di adakan di restauran Water's edge bar," beritahu Norin. Antonio baru saja menghubungi dirinya sebagai asisten Lerina."Jam berapa tepatnya?""Pukul dua belas, Nyonya. Tuan Antonio ingin mengajak, Nyonya makan siang." Tidak ada tanggapan dari Lerina, "Saya akan memberitahukan Tania untuk bersiap!" lanjut Norin."Tidak perlu, Norin. Banyak laporan yang harus di periksa, biarkan Tania di sini," tegas Lerina."Tapi, Nyonya ..." Norin ingin menyangkal."Biar sopir yang mengatarku. Kantor lebih membutuhkan Tania," potongnya cepat."Baiklah!" Seperti biasa N
Kecemburuan RiveraAntonia langsung menghampiri Lerina yang meringis menahan sakit di bagian perutnya.Antonio panik, dia tidak tahu harus melakukan apa. Rivera yang masih memiliki perasaan itu pun mendekat, "Cepat bawa ke mobil, Antonio. Lerina sepertinya akan melahirkan." Mengenyampingkan rasa cemburu yang membuncah di dada. Rivera memberikan saran.Antonio segera meraih tubuh itu sedangkan Rivera berjalan di depan setelah mengambil tas Lerina, dia membawanya menuju mobilnya."Naik mobilku saja!" Rivera tahu kebingungan Antonio, dia membuka pintu bagian belakang dan mendudukkan Lerina yang masih meringis merasakan kesakitan, "Bawa mobilnya, aku akan menjaganya di belakang!" Antonio meraih kunci mobil Rivera dan segera memasuki mobil."Tenang, Lerina! Tenang! Kita akan segera sampai!" Rivera mengusap-usap tangan Lerina memberi ketenangan untuknya."I-ini, ini sakit sekali! Aaaa!" Napasnya semakin tidak teratur dan keringat sebesar biji jagung sudah memenuhi dahinya.Meski bukan yang
Kau Sangat Beruntung LerinaSudah lebih dari dua puluh empat jam Lerina merasakan kontraksi, dan pembukaannya belum sempurna hingga membuat Han cemas luar biasa."Sayang, sebaiknya lakukan operasi ya! Aku tidak tahan melihatmu kesakitan." Han yang berdiri di sampingnya kembali membujuk Lerina."Ini nomal, Han.""Astaga, Lerina! Apa harus menunggu sesuatu terjadi pada Kalian berdua?" Han hampir kehilangan kesabaran menghadapi keras kepalanya Lerina."Kau dengar sendirikan apa kata dokter tadi." Lerina mendelik tidak suka."Lerina jangan membahayakan dirimu, cukup turuti apa kataku!" Han sangat tegas kali ini. Belum pernah Lerina melihat sikap Han yang seperti ini.Ck"Kenapa berdecak? Dasar keras kepala?""Apa? Aku keras kepala? Kau saja yang tidak sabaran." Lerina mencebik dan memalingkan wajahnya.Ingin rasanya Han marah saat ini, tapi ia tahan demi istrinya."A-aku hanya tidak sanggup melihatmu kesakitan." Suaranya memelan, namun penuh penekanan."Han, tunggu saja, di luar!" ucap L
Perubahan SeanSebulan pasca Lerina melahirkan, Han belum mengizinkannya ke perusahaan, jadilah Norin atau Tania yang sering datang bergantian untuk menandatangankan berkas-berkas penting."Mommy! Aku tidak menyukai bibi yang memakai kaca mata itu," keluh Sean sore itu setelah Tania dan Norin datang kembali ke perusahaan. "Hei, kenapa? Itu Bibi Tania sekretaris mommy, Sayang." Lerina menanggapi sambil memangku baby Rain yang baru selesai menyusui.Lerina memberikan asi secara langsung dari sumbernya. "Saat dia meminjam toilet kita, Sean melihat dia jalan-jalan, Mommy, dan dia melihat sekeliling rumah kita," adu Sean.Bukan hanya sekali dia melihat hal itu, setiap wanita itu meminjam toilet, selalu seperti itu, menatap sekeliling seperti mencari sesuatu."Tidak baik berburuk sangka pada bibi itu, mungkin saja dia menyukai interior rumah kita." Lerina tidak menyukai sikap Sean yang seperti ini, gampang menilai orang lain buruk sedangkan ia mengenal Tania sudah berbulan-bulan, gadi
Pengasuh Untuk Rain Siang harinya Sean tidak pulang kerumah, dia minta di antar kerumah neneknya.Jinli melaporkan pada Lerina, "Tuan muda ingin menginap disana?" katanya."Tidak apa-apa," jawab Lerina yang merasa biasa saja. Lagi pula dia sedang fokus pada Rain yang kurang enak badan.Dia sudah mengabari Han, dan suaminya itu sudah menguhubungi dokter untuk menangani Rain pagi ini. "Tidak perlu khawatir, dia hanya demam saja." Dokter memberikan penjelasan setelah selesai memeriksa Rain. Lerina bernapas lega, "Syukurlah! Kalau begitu terimakasih, Dokter!" ucapnya sambil berdiri ingin mengantar dokter ke depan. "Ya, sama-sama. Hubungi saya bila terjadi sesuatu, ok!" pesan dokter pria paruh baya itu. Lerina mengangguk.Mengantar dokter sampai ke depan, bertepatan mobil yang Lerina kenali memasuki halaman."Siang, Bu!" "Siang, Sayang!" balas Laura, "Ibu sudah membawa pengasuh untuk Rain," katanya seraya melihat ke mobil bersamaan dengan wanita muda turun sambil menenteng tasnya."K
Aku Ingin Istri Han Zoku! Hari ini Lerina akan kembali ke kantor, dia telah meninggalkan persediaan susu untuk Rain."Han, bisakah kita mampir ke sekolah Sean sebentar!" pintanya saat di mobil. Selain rindu dengan bocah itu, dia juga merasa Sean menghindarinya saat ini."Tentu, aku juga merindukannya," balas Han.Lima menit kemudian mereka sudah tiba di depan gerbang sekolah bertepatan dengan mobil Laura yang menepi, Sean turun dari sana."Sean!" panggil Han yang sudah keluar dari mobil."Daddy!" Senyumnya terkembang hingga menampakkan gigi putihnya. Dia berlari memeluk daddynya.Han berjongkok mensejajarkan diri, "Daddy merindukanmu, kapan Kau akan pulang?" suara Han seperti rengekan.CeklekLerina turun dari mobil memasang senyum manisnya, berbeda dengan Sean yang langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi datar."Sayang, mommy merindukanmu!" ucap Lerina meski sadar Sean seperti tidak menyukainya lagi.Lerina ikut berjongkok, mengabaikan roknya yang telah rapi demi bisa lebih dekat
Han, Maafkan Aku! Han terus mengikuti taksi yang membawa istrinya yang tidak tahu entah kemana tujuannya, mengabaikan beberapa, panggilan dari ibunya.Kesabaran Han hampir habis menghadapi kekeras kepalaan Lerina, taksi membelok ke sebuah tempat dan Han tahu itu tempat apa.Lerina tidak kunjung turun, hingga Han menyadari sesuatu, istrinya itu tidak membawa apapun dari rumah, ia pun turun dan menghampiri taksinya."Anda sudah membuat saya rugi, sebagai bayarannya, Anda harus menemani Saya!" bentak sopir taksi, tapi kata-katanya sangat menjijikkan di dengar. Ia berbalik dan wajahnya menyeringai dengan tangan yang siap mencengkeram Lerina. Dalam hati mengatakan, ini lebih dari bayaran, meski wajah penumpangnya terlihat berantakan, tapi dia tetap terlihat cantik.Ceklek"Apa yang akan Kau lakukan ha? Kau mau menyentuhnya?" Han menarik kerah belakang sopir itu sampai keluar, membaliknya dan...,BughArgghBughArgghBughArghhPria itu tidak sempat melawan, Han sudah menghajarnya denga
Paman, Keluarkan Aku Dari Sini! Dengan gerakan tangan, pria itu mengusir bartender keluar meninggalkan ia dan Han di dalam ruangan pribadi miliknya."Apa ada yang mengganggu perusahaanmu?" tebak pria itu setelah Han duduk. Kebiasaan Han akan menemuinya bila ada yang mengganggu perusahaannya. Han menyandarkan tubuhnya di sofa, kini mereka duduk berhadapan, "Lebih dari itu," katanya menatap wajah lawan bicaranya."What? Memangnya apa yang lebih penting dari perusahaanmu?" pria itu cukup heran."Putraku hilang dari sekolahnya, aku ingin Kau mencarinya sampai dapat." Terdengar berat suara Han saat mengatakannya.Pria itu menegakkan tubuhnya, "Ini masalah serius, Han.""Kalau tidak serius untuk apa aku datang kesini?" jawab Han. Pria itu mengangguk paham."Markus, temukan anakku secepatnya, berapapun yang Kau minta aku akan mengabulkannya," lanjut Han lagi. Orang-orang yang disuruhnya sampai sekarang belum menemukan titik temu dimana Sean berada, itulah sebabnya Han mendatangi Markus.