Hai-Hai!! Readers kesayangan Azitung. Aku punya cerita baru loh, Peri Kecil Tuan Allen. Baru terbit di goodnovel. Yuk, kepoin ceritanya yang pastinya tak kalah seru dari Putra Sang Presdir. Salam sayang dan doa terbaik untuk kalian. Saranghaeyo!!!
Kebahagian Antonio Dan Rivera Lerina memasuki gedung tinggi itu dan membalas sapaan dari para karyawan yang berpapasan dengannya.Dia mengeryit ada Norin yang sedang berjalan cepat menuju ke arahnya. Wajahnya terlihat panik seperti sedang ada masalah."Nyonya gawat!" Norin menghentikan langkahnya tepat di hadapan Lerina.Lerina menaikkan kedua alisnya sebagai ganti pertanyaan."Nyonya Barbara, dia datang dan ada di ruangan Nyonya." Norin memberitahu."What?" Tentu saja Lerina terkejut mendengarnya, "bukankah wanita itu masih di dalam penjara?""Ayo Nyonya, cepat hentikan dia!" Norin sampai mendesak Lerina."Apa yang di lakukannya?" Perasaan Lerina mulai tidak enak. Dia tahu betul bagaimana watak istri dari pamannya itu."Entahlah, dia mengunci pintu dari dalam." Norin antara rasa bersalah juga takut karena lalai menjaga pintu ruangan bosnya."Bawa, security ke atas!" titah Lerina. Norin segera berlari ke luar sebaliknya Lerina naik ke atas dengan menggunakan lift.Dia sedikit ber
Dasar Kakek Sombong! Sarra akhirnya mau bertemu dengan ibunya setelah dibujuk oleh suaminya."Seharusnya kamu yang marah pada ibu, karena ingin memisahkan kita," kata Sarra saat mereka berada di dalam mobil."Kalau aku marah akan memperkeruh suasana," balas Harry, "yang dilakukannya adalah wajar. Orang tua mana yang tidak was-was kalau putrinya selalu ingin dicelakai oleh keluarga suaminya."Ingatan Sarra kembali terlempar ke masa lalu. Berbagai upaya di lakukan oleh ibu angkat suaminya itu untuk menyingkirkannya. Sarra menghela nafasnya. Sudah banyak hari berat ia lalui, bahkan sampai koma berbulan lamanya.Dia pernah nyaris terbakar karena bom yang sengaja di pasang oleh Paula, namun kehidupan ini masih menginginkannya hingga Sarra selalu selamat dari maut, bahkan yang terakhir ia sampai kehilangan calon bayinya."Aku merasa sangat lega kali ini, jangan marah kalau aku mungkin terlihat senang dengan kepergian ibumu." Biar bagaimanapun suaminya memiliki ikatan dengan Paula
Kesombongan Yang Menular Hari yang di nantikan pun tiba, semua keluarga sudah berkumpul di bandara, mereka memakai satu pesawat khusus untuk keluarga.Sarra menghampiri kakeknya yang paling banyak kopernya."Wah, ini sih bukan liburan namanya, tetapi mau pindah tempat tinggal," sindir Sarra sambil melihat koper yang berjumlah lima itu."Kau ini, selalu usil pada kakek. Jangankan pindah, bahkan kakekmu ini bisa membeli pulau itu."Sarra menepuk jidatnya, "Sombong lagi," katanya seraya, menggeleng."Kalau tidak suka kakekmu ini meninggi, jangan suka usil. Lagi pula kakek yang membayar pesawat ini." Kakek Zoku terdengar sensitif. Sarra saja kalah di debat olehnya."Baiklah, kalau ada apa-apa, Kakek tidak boleh minta bantuanku." Sarra merajuk dan menjauh dari kakek.Haha hahaKakek Zoku menertawakan cucunya itu. Sean datang menghampirinya."Kakek, ada hadiah dari mommy untuk kakek," kata anak kecil itu, ia mengangkat sebuah kotak kecil di tangannya."Ibumu memang baik, dia selalu me
Ini Juga Olah Raga Alyona yang baru akan menginjak usia satu tahun itu pun terus bergerak dan menunjuk air."Sepertinya Alyona minta diturunkan," kata Han yang masih setia memijit pinggang kakeknya."Dia masih terlalu kecil," kata Antonio."Tidak apa-apa, turunkan saja agar dia mengenal air laut." Kakek memberi saran."Tidak, Kek. Aku takut putriku sakit." Antonio tidak setuju."Hanya karena menginjak air laut tidak akan membuat cucuku sakit. Lagi pula ibunya seorang dokter." "Tapi Kek, Alyona masih terlalu kecil." "Justru karena masih kecil sudah mulai diperkenalkan dengan alam, Kau tidak lihat, para bintang-bintang itu membawa anaknya menyelam ke dalam laut padahal usia mereka belum satu tahun." Kakek membandingkan cucunya dengan anak-anak bintang."Sepertinya Kakek suka mengikuti kehidupan para aktris," sahut Lerina. "Mau apa lagi selain menonton drama dan gosip, kakek tidak punya teman di rumah." Kakek tidak menyangkalnya, "Oh ya, kakek juga suka nonton drama dari korea
Jangan Terlalu Cemas Semua anggota keluarga telah berkumpul untuk menikmati sarapan pagi. Setelah cukup lama mereka berjalan di pantai kini saatnya mengisi energi, tetapi tidak dengan dua orang itu, Lerina dan Han bahkan belum keluar sama sekali."Dasar pengantin tua! Padahal jarang sekali kita kumpul begini, awas saja, nanti malam akan kupisahkan kamar mereka." Sarra menggerutu karena yang di tunggu belum menampakkan batang hidung."Kakek, ayolah, kami sudah lapar." Sarra merengek seperti anak kecil."Tunggu mereka datang," tegas kakek.Lima menit kemudian pasangan itu muncul dengan wajah semringah, pasti mereka memanfaatkan pagi ini untuk berolah raga di kamar."Selamat pagi!" Sapa keduanya bersamaan."Pagi!" jawab mereka serempak.Han menarik kursi untuk istrinya."Sean dan Rain sudah makan?" Lerina langsung bertanya pada anak-anaknya sebelum duduk."No, kami menunggu, Mommy dan Daddy," jawab Sean lesu. Barulah Lerina menoleh ke arah meja yang di atasnya masih terhidangan ma
Kau Terlalu Percaya Diri Patricia tengah bersiap-siap di kamar. Hari ini mereka akan pergi ke kediaman keluarga Dimitri. Ada pembahasan penting termasuk semua sepupu, paman, bibi akan berkumpul semua.Kali pertama bagi Patricia dan bayinya menginjakkan kaki di istana itu. Sebenarnya dia tidak ingin ikut karena sudah tahu watak ibu tiri suami dan adik iparnya, tetapi Bi Minnie bilang."Nyonya harus ikut dan jadi pendukung, Tuan," katanya kemarin saat Dimitri mengatakan bahwa mereka harus ikut dalam pertemuan itu.Bukan hanya dirinya, Bi Minnie juga turut di ajak agar ada yang menjaga bayinya di sana. Bayi yang di beri nama Felix itu sangat suka di gendong sehingga peran Bi Minnie sangat di butuhksn di sana."Akan ada yang tidak menyukaimu di sana dan mungkin akan menyindir atau mengatakannya secara langsung. Aku harap Kau tidak terpancing." Dimitri mewanti-wanti agar Patricia tidak perlu membalas apapun. "Sekalipun mereka menghina, apa aku harus diam?" Tentu Patricia tidak aka
Good Boy! Sepeninggal Dimitri dan keluarganya, mereka berembuk untuk memilih keputusan apa yang harus di ambil."Memberi saham dua puluh persen, sangat tidak tahu diri, dia hanya anak selingkuhan." Komentar salah satu sepupu Dimitri."Ya, apa lagi istrinya, berlagak seperti orang hebat, hanya pemilik butik saja sudah sombong." Nyatanya memang beginilah mereka menghujat di belakang Dimitri."Kehilangan dua puluh persen lebih baik dari pada kehilangan semuanya." Nyonya Winter mengutarakan pendapatnya."Itu artinya, ibu mengizinkan Dimitri memiliki dua puluh persen?" protes Dominic yang selalu iri dengan Dimitri."Hanya anak dari wanita selingkuhan, dia pikir dia siapa?" Mulut Ruby ikut menyahut.Nyonya Winter memijit pelipisnya. Dia tahu keluarganya tidak rela bila Dimitri ikut menikmati hasil dari perusahaan keluarga, tetapi dia bisa apa, karena, hanya Dimitrilah yang mampu memajukan perusahaan itu."Kakak, berikan pendapatmu!" Dia, bertanya pada kakak iparnya."Aku lebih mem
Akan Ku Rusak Istrimu! Hubungan yang semakin dekat dan saling membutuhkan membuat Patricia bahagia. Tidak salah ia memilih Dimitri sebagai ayah dari Felix.Patricia membantu Bi Minnie di dapur, semenjak melahirkan dia nyaris tidak pernah ke butik, hanya sesekali saja seraya melihat keadaan. Patricia masih aktif menggambar di rumah, meski tidak seperti biasanya.Dia harus membagi waktu dengan putranya.Hari ini Dimitri akan kembali ke perusahaan keluarganya. Saat pria itu keluar dari dalam kamar mandi stelan baju kemeja dan celana sudah tersedia di atas ranjang.Dimitri mulai mengenakannya, di liriknya Felix yang masih terlelap di dalam boxBayinya tidur dengan posisi telentang. Dia sangat menggemaskan.Dimitri keluar untuk sarapan. Bi Minnie segera mengatur hidangan di atas meja."Kau sudah selesai?"Hem"Tunggu sebentar, ini belum matang," ucap Patricia yang berdiri di dekat lemari pemanggang.Terdengar suara tangisan dari kamar, Patrcia tersentak."Biar aku saja," kata, Dimi