"Bagaimana ini, Andrew? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" ujar Leana lemah sambil menggenggam sebuah kertas yang dia temukan di atas tempat tidur sang anak. Andrew Leiven sedang menghubungi seseorang yang tentu saja adalah putrinya itu tak ada jawaban. "Ponselnya mati, Leana. Ke mana dia pergi? Astaga Kelsey, apa kau benar-benar pergi?" sesal Andrew. Andrew Leiven memang begitu marah pada putrinya itu dan sempat mengucapkan kata-kata kasar pada Kelsey tapi dia tak mengira putrinya itu benar-benar akan menganggap ucapannya semalam serius. Dia hanya emosi dan tentu saja tak berniat mengusirnya. Bagaimana sekarang?Pria tua itu termenung meratapi kesalahannya yang tak bisa menahan dirinya sendiri dan malah membuat putri satu-satunya pergi dari rumah.Bukan ini yang dia harapkan. Bukan seperti ini yang dia mau. Namun, sepertinya nasi telah menjadi bubur. Seberapa pun Andrew menyesali perbuatannya, anaknya telah memilih untuk pergi dari sana. "Apa dia membawa barang-barang penti
Weylin masuk ke dalam kantornya dengan wajah ditekuk. Dia masih belum bisa menghilangkan rasa kesalnya pada Kelsey Lieven, sang tunangan yang baru saja membuat darahnya mendidik. "Wanita itu benar-benar." Pria itu membanting laporan yang ada di atas mejanya dengan keras, terlalu kesal. "Sialan, memangnya siapa dia? Berani mengatakan aku bukan pria," gumam Weylin dengan nada jengkel. Dalam seharian itu, moodnya sungguh berantakan dan itu karena ulah satu wanita yang memiliki nama lengkap Kelsey Anne Lieven.Dia benar-benar berhasil membuat hari Weylin menjadi suram hingga petang. Kata-katanya begitu menusuk hingga Weylin tak bisa mengenyahkannya dari pikirannya. Dengan wajah yang sama sekali tak enak dipandang, Weylin bergegas pulang ke rumah besar orang tuanya. Weylin adalah satu-satunya putra keluarga Malachy yang masih harus tinggal di Malachy's Mansion. Hal itu juga yang selalu membuat pria muda itu merasa jika keadilan tidak mampir ke dalam hidupnya.Ketiga adiknya telah
Enam tahun kemudian, Kelsey sedang terburu-buru berjalan keluar dari kantornya menuju sebuah restoran di seberang jalan dari Ans Bank. Dia berkali-kali melirik arlojinya takut jika dia telah membuat seseorang menunggunya terlalu lama. Sekarang dia sudah sampai di pinggir trotoar. Punggungnya ditepuk tiba-tiba.Dia sontak menoleh, "Hei. Mengagetkan saja." Kelsey tersenyum pada pria yang berdiri di dekatnya itu. "Ah, aku tak bermaksud begitu," sahut laki-laki itu sambil memperhatikan lampu lalu lintas.Begitu aman, dia menggandeng Kelsey menyeberang. Wanita itu membiarkannya, tak memprotes sedikitpun. "Aku tahu," ujar Kelsey. "Kau tahu apa?" tanya pria yang masih setia menggandeng tangan Kelsey. "Tahu kau tidak berniat mengagetkan aku," jawab Kelsey. Mimik laki-laki itu langsung saja berubah cemberut. Dia membalas, "Aku pikir kau tahu jika aku begitu sangat mencintaimu." Kelsey tergelak, "Itu aku juga tahu, Gerald." "Oh, jadi kau sudah punya jawaban?" tanya Gerald sambil mena
Weylin Malachy sedang menari di atas panggung yang dia cinta dan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak perempuan yang masih saja terpukau dan tergila-gila kepadanya. Meskipun sudah tak semuda dulu dan masih saja mengenakan topengnya saat mempertunjukkan keahlian menarinya itu, pria yang kini telah menginjak usia tiga puluh tiga tahun itu tidak luntur pesonanya. Dengan mudahnya dia menarik sejumlah perhatian dari para wanita yang masih saja setia melihat penampilannya. "Dia masih saja keren," celetuk salah seorang wanita muda yang telah menjadi salah satu fans berat 'M', nama panggung Weylin yang tidak pernah dirubahnya. "Ah, tentu saja aku tahu itu. Dia juga sangat misterius sekali," sahut wanita yang baru tiba di sana sehabis berdansa dengan seorang pria yang kini memeluknya dari belakang sambil menciumi lehernya. Sedangkan Weylin baru saja turun dari panggungnya dan langsung menuju ruang ganti.Biasanya setelah tampil, dia akan berkeliling klub malam tersebut sekit
Orang tua Weylin percaya begitu saja dan langsung saja pulang usai sarapan pagi bersama mereka. Weylin lalu menuju kamarnya dan menemukan Danielle yang telah memakai bajunya yang semalam dia pakai. "Kau sudah mau pulang?" tanya Weylin heran, tak biasanya wanita itu pulang sangat awal seperti ini jadi dia mengerutkan dahinya bingung. Danielle menghela napas panjang, "Ya. Anak buahku meneleponku tadi. Ada meeting dadakan pagi ini dengan investor." Weylin berkata, "Ah, benar-benar wanita pekerja keras." "Aku senang atas sanjunganmu," sahut Danielle sambil tersenyum. "Kau pantas menerimanya," timpal Weylin. Dia menyemprotkan parfum beraroma vanila pada tubuhnya dan dengan cepat merapikan rambutnya lalu berkata, "Oh iya, aku tak sengaja dengan jika kau akan pindah ke Leeds ya? Mau berangkat kapan?" Weylin menjawab dengan wajah sedikit muram, "Nanti malam aku akan berangkat." Danielle mengangguk, "Oke. Kabari aku jika kau sudah kembali ke sini, aku pergi dulu." "Hati-hati," ujar
Untuk beberapa detik, Kelsey hanya menatap bengong ke arah mantan calon suaminya itu. Kenapa dia harus bertemu dengan Weylin setelah hampir lima tahun delapan bulan, dia tak pernah melihat wajah orang yang menjadi mimpi buruknya hampi setiap malam. Dan lebih sialnya lagi, Weylin juga ayah kandung putranya. Apa yang dia lakukan di Leeds? Apa dia mencariku? Tapi untuk apa? Ah, dia tidak mungkin mencari aku kan? Kelsey membatin. Jantung Kelsey berdegup lebih kencang, tanpa dia lebih melihat Weylin, dia juga tahu jika pria itu tak berubah.Wajahnya semakin tampan dan tubuhnya pun masih seksi seperti saat dia pertama kali melihat Weylin melakukan pertunjukkannya di Sweet Heaven. Damn! Apa yang aku pikirkan? Kenapa malah teringat itu sih? batin Kelsey kesal pada dirinya sendiri. Sedangkan pandangan Weylin malah langsung jatuh pada anak memanggil Kelsey dengan sebutan 'Mama' itu. Dia mulai penasaran. "Kelsey, dia anak kamu? Kau sudah menikah?" Kata-kata itu muncul begitu saja dari mul
Kelsey Lieven hanya terdiam di sepanjang perjalanan menuju ke rumahnya dengan pikiran yang berkelana ke mana-mana. Dia sangat takut jika Weylin mencurigainya. Dia tidak akan sanggup jika Weylin tahu dan malah mengambil anaknya. Dia tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Aiden Lieven tak berani bertanya kepada mamanya mengenai sikat mamanya yang menurutnya sangat aneh itu. Anak kecil itu lebih memilih untuk diam saja dan berakhir ketiduran di mobilnya. Kehidupan Kelsey memanglah tidak terlalu mewah tapi tidak juga mengenaskan. Dia masih bisa membeli mobil dengan harga yang cukup bersahabat. Dia nekad membeli mobil itu juga demi Sang Putra tercinta. Hal ini dikarenakan dia tidak ingin terlalu merepotkan Gerald How untuk mengantar jemput anaknya.Lagi pula, dia sadar diri jika jam kerja Gerald dan juga jam anaknya masuk sekolah sedikit berbeda.Maka, untuk tidak lagi membuat Gerald berkorban, Kelsey membeli mobil sebulan setelah Gerald mulai bersekolah. Saat Kelsey sudah samp
Kelsey berdiri tanpa menerima uluran tangan Weylin yang menggantung di udara. Dengan cepat wanita cantik itu malah berlari keluar dari sana. "Nona Lieven," panggil Robert Grey dengan suara melengking. Weylin langsung menoleh, telinganya cukup sakit. "Maaf, Tuan Malachy atas ketidaksopanan karyawan saya. Saya akan menegurnya," ujar Robert serius. Weylin malah menjawab, "Tidak, tidak perlu." Robert mengerutkan keningnya bingung, "Tapi Tuan. Dia sudah..." Weylin memotong ucapan Robert, "Tak masalah. Kelsey Lieven itu teman saya di Manchester. Tidak perlu melakukan apa-apa." Robert Grey melotot kaget, begitu juga dengan semua orang yang juga terkejut dengan hal itu. Namun, Weylin sepertinya tahu bagaimana caranya memanfaatkan situasi jadi dengan cepat dia mengoreksi, "Well. Sebenarnya dia bukan teman saya tapi mantan kekasih saya. Oh, lebih tepatnya mantan tunangan saya." Selena dan juga Angel ternganga lebar. Robert bahkan tak bisa berkata-kata.Sedangkan semua karyawan wanit