Kelsey berdiri tanpa menerima uluran tangan Weylin yang menggantung di udara. Dengan cepat wanita cantik itu malah berlari keluar dari sana. "Nona Lieven," panggil Robert Grey dengan suara melengking. Weylin langsung menoleh, telinganya cukup sakit. "Maaf, Tuan Malachy atas ketidaksopanan karyawan saya. Saya akan menegurnya," ujar Robert serius. Weylin malah menjawab, "Tidak, tidak perlu." Robert mengerutkan keningnya bingung, "Tapi Tuan. Dia sudah..." Weylin memotong ucapan Robert, "Tak masalah. Kelsey Lieven itu teman saya di Manchester. Tidak perlu melakukan apa-apa." Robert Grey melotot kaget, begitu juga dengan semua orang yang juga terkejut dengan hal itu. Namun, Weylin sepertinya tahu bagaimana caranya memanfaatkan situasi jadi dengan cepat dia mengoreksi, "Well. Sebenarnya dia bukan teman saya tapi mantan kekasih saya. Oh, lebih tepatnya mantan tunangan saya." Selena dan juga Angel ternganga lebar. Robert bahkan tak bisa berkata-kata.Sedangkan semua karyawan wanit
Angel menjitak kepala Selena lantaran memiliki usul yang saat ini susah dilakukan. "Walaupun bukan ide yang buruk tapi yah aku rasa tak bisa langsung begitu saja menikah kan? Kelsey belum mengenal orang tua Gerald meskipun mereka sempat bertetangga," ujar Angel. Kelsey tersenyum, andaikan saja semudah itu menikah dengan Gerald, dia pasti sudah melakukannya dari dulu.Masalahnya sekarang semakin rumit. Tidak mungkin dia begitu saja memutuskan untuk menikah dengan Gerald. "Ya, ya aku paham. Oh, astaga Kels. Aku lupa memberitahumu. Tadi si Malachy itu memanggilmu ke ruangannya," ucap Selena kemudian. Kelsey langsung menelan salivanya gugup, "Apa maunya?" Perasaan tidak enak mulai menghinggapi hatinya. Tidak mungkin mantan calon suaminya itu memintanya untuk datang ke ruangannya hanya untuk sekedar berbasa-basi. Angel menimpali, "Ke sana saja dulu, Kels. Tidak mungkin dia akan berbuat macam-macam kan? Ini di kantor." Selena mengerlingkan matanya pada Angel, berniat mengingatkan Ang
Kelsey terburu-buru melangkahkan kakinya seperti biasa saat makan siang.Dan begitu dia sampai di luar gedung Ans Bank, dia langsung saja tersenyum lebar setelah melihat Gerald How dengan bahagianya merentangkan tangannya untuk memeluknya. Keduanya berpelukan tanpa menghiraukan tatapan iri dari rekan-rekan kerja Kelsey ataupun orang-orang yang tak mereka kenal yang sedang berlalu lalang di sekitar daerah itu. "Well, lepaskan dia, Gerald!" ucap Angel yang baru muncul berdua dengan Selena. Gerald dengan enggan melepaskan pelukannya dan mengerucutkan bibirnya, "Dasar pengganggu." Angel tak terima, "Kau sebut kami pengganggu setelah kami sering ikut mengatur kejutan untuk Kelsey?" Gerald yang semula manyun seketika mengubah ekspresinya menjadi sangat manis, "Oh, tidak. Kalian adalah malaikat tanpa sayap, tentu saja." "Itu baru benar, Tuan How," ujar Angel senang. Selena hanya terkikik geli seraya menambahkan, "Kalau begitu, apakah sekarang kau akan mentraktir kami, Tuan How?" Geral
Raven tak henti-hentinya meminta maaf pada Kelsey Lieven sambil membungkukkan badannya dengan dalam, "Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Bu Kelsey. Saya benar-benar tidak tahu. Saya mohon maaf." Kelsey tersenyum samar, "Oh, Bu Raven. Tidak apa-apa. Tolong berhenti meminta maaf, saya baik-baik saja dan Aiden juga tidak apa-apa." Raven menggigit bibirnya kuat-kuat, "Seharusnya saya mencari tahu lebih dulu sebelum memberi materi pada anak-anak. Saya benar-benar merasa bersalah, Bu." Kelsey menjawab, "Saya tahu, Bu. Anda kan baru di sini. Saya tidak mempersalahkan hal itu. Tenang saja, Bu!" Raven mengangguk dan merasa sangat lega sekali saat tahu jika Kelsey ternyata sangat pengertian. Jika saja orang lain, belum tentu akan sesabar itu.Bisa saja jika Raven akan dimarahi habis-habisan karena telah membuat muridnya tak nyaman. Kelsey segera pergi dari sekolah anaknya yang juga merangkap sebagai day care.Kelsey sengaja memilih sekolah itu lantaran juga menyediakan jasa
Darren dengan santainya mematikan panggilan itu, sengaja ingin membuat Weylin sengaja. Dia tahu betul jika pria itu tak mungkin akan marah terhadapnya.Hal ini juga lantaran Darren merupakan satu-satunya orang yang mengetahui semua tentang Weylin Malachy. Darren yang masih setia mengikuti mobil Kelsey sedari itu pun akhirnya memutar balik mobilnya setelah memastikan Kelsey masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Darren berkendara dengan kecepatan sedang, tidak berniat untuk membuat Weylin, melainkan untuk mengetahui beberapa tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh Kelsey dan juga Aiden. Hal ini penting untuk Bosnya. Begitu dia rasa sudah cukup, dia langsung mengemudikan mobilnya menuju hunian mewah Weylin yang terletak tak jauh dari Ans Bank. Darren lah yang mengurusnya karena tak ingin Bosnya itu kerepotan jika harus sering pulang pergi ke Ans Bank. Saat dia membuka pintu apartemen Weylin, sebuah buku sudah terlempar ke kepalanya tapi dengan sigap Darren berhasil menangkapnya.Dar
"Apa maksudnya? Kenapa dia ingin berbicara denganku mengenai Aiden? Apa dia tahu?" Kelsey kembali gelisah. Wanita berusia tiga puluh tiga tahun itu sekarang tak bisa tenang setelah mendapat pesan dari Weylin Malachy yang amat dia tidak ingin temui itu. "Aku mungkin salah baca," gumam Kelsey, mencoba meyakinkan dirinya. Dengan perlahan, Kelsey mengambil ponselnya kembali yang terjatuh. Pelan-pelan, dia membuka isi pesan dari nomor asing yang tidak tersimpan di ponselnya itu. Dia langsung lemas. "Benar-benar dari Weylin. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Dia sepertinya curiga. Bagaimana ini?" Karena ketakutan, Kelsey lalu menelepon kedua sahabatnya bersamaan. Hanya dalam beberapa detik, panggilanya langsung diangkat oleh Angel dan juga Selena. "Sel, gawat. Angel, aku pusing," ucap Kelsey langsung. Angel yang terlihat dalam video call sedang menggunakan masker itu sontak menjawab, "Kenapa pusing, baby?" "Weylin," jawab Kelsey pelan. Selena yang sedang makan itu menjawab denga
Kelsey keluar ruangan Weylin dengan langkah tergesa-gesa. Dia tak sanggup rasanya berlama-lama dengan orang yang menyebalkan seperti Weylin. Sayang saat dia baru saja sampai di lift, dia berpapasan dengan salah satu orang yang juga tidak ingin dia temui. "Nona Lieven," sapa Darren. "Darren," balas Kelsey. Kelsey memang hanya beberapa kali bertemu dengan Darren tapi dia dengan mudah bisa mengetahui jika Darren adalah orang yang paling Weylin percayai.Yang Kelsey lihat, Darren akan selalu berada di sekitar Weylin dan tak pernah meninggalkan sisi Weylin barang satu jam pun. Intinya di mana ada Weylin, pasti akan ada Darren. Lalu tiba-tiba Kelsey sangat penasaran, apa Darren juga ada di sekitar sana ketika dia dan Weylin melakukan itu di hotel saat itu? Kelsey menelan salivanya gugup, takut jika pria yang sedang berdiri di hadapannya ini mengetahui kejadian malam itu. Darren berkata, "Anda mau masuk ke lift, Nona Lieven?" Kelsey tersadar dari lamunannya dan sontak menjawab, "Oh, i
Weylin berkata dengan suara terbata-bata, "Saya. Sa-ya.. hm ...." Hei, astaga Weylin. Ada apa denganmu? Kenapa kau bisa gugup seperti itu? Seperti bukan dirimu saja. Weylin menyalahkan dirinya sendri di dalam hatinya. Melihat Weylin yang sepertinya tak bisa menjawab dengan benar pertanyaan gurunya itu, Aiden mengambil alih dan menjawab, "Paman. Bu Raven, paman ini paman jauh Aiden." Weylin sontak menoleh kaget, Aiden tampak tenang mengatakan hal itu. Bagaimana bisa? Dia masih mengingat dirinya kah? Pikir Weylin bingung. Raven sedikit tidak percaya jadi dia kembali bertanya pada Aiden guna memastikan, "Kau benar-benar mengenal Paman ini, Aiden? Kau yakin?" Aiden mengangguk mantap, "Ya, Bu Guru. Kalau Ibu tidak percaya, Ibu bisa bertanya pada Mama. Ibu bisa meneleponnya." Raven menelisik Aiden dan dia kemudian mengangguk, "Baiklah kalau begitu, Ibu percaya." Raven berbalik dan membungkukkan badannya, merasa tidak enak karena sudah mencurigai Weylin, "Maafkan saya. Saya tadi tidak