Weylin belum bisa berkata-kata tapi Aiden langsung berucap, "Memangnya kenapa, Paman?" "Eh-" "Apa menjadi penari itu tidak bagus?" tanya Aiden dengan polos. Weylin yang tadinya tegang mulai sedikit mencair, "Bukan begitu. Penari pekerjaan yang bagus juga. Tapi apa kau yakin Papamu benar-benar seorang penari?" Aiden mengangguk yakin, "Ya. Mama bilang Papa bekerja sebagai seorang penari. Papa penari yang sangat hebat. Saat mengatakan hal itu, sudut bibir terangkat membentuk sebuah senyuman manis. Anak kecil itu terlihat sangat bangga akan hal itu. "Kau benar-benar suka jika papamu seorang penari ya?" tanya Weylin ingin tahu. Aiden menjawab, "Suka. Kalau papa suka menjadi penari, Aiden akan suka." Kening Weylin mengerut heran, "Kenapa begitu?" "Ya karena apa yang papa suka, Aiden pasti suka karena pilihan papa pasti yang terbaik untuk papa," ucap anak kecil itu dengan jujur sambil menyendokkan kembali es krim rasa mint itu ke dalam mulut mungilnya. Weylin menjadi ingin sekali me
Weylin memilih untuk tidak menanggapi ucapan Darren. Seketika langsung saja dia mengusir pria yang menjadi kepercayaannya itu untuk segera membawa sample rambut miliknya dan juga Aiden ke rumah sakit.Darren menggelengkan kepalanya tak habis pikir mengenai tingkah ajaib bosnya yang berubah-ubah itu.Padahal setahu dirinya, Weylin bukanlah orang yang mudah merubah sebuah keputusan. Pria itu akan mempertahankan setiap sesuatu yang dia putuskan walaupun ada hal yang membuatnya bingung sekalipun.Namun, kali ini tiba-tiba saja Weylin yang awalnya tidak terlalu antusias malah berubah begitu bersemangat untuk segera mengetahui identitas asli putra Kelsey tersebut.Dengan langkah tergesa-gesa, Darren keluar dari kantor itu dan segera saja menuju rumah sakit terbaik di Leeds, yakni, Chapel Allerton Hospital yang terletak cukup jauh dari Ans Bank.Kelsey yang secara kebetulan melihat Darren yang terlihat cepat-cepat sedikit heran."Kenapa dia tidak bersama Weylin?" gumam Kelsey bingung.Selena
Pada awalnya, Weylin ingin langsung menemui Kelsey untuk menanyakan alasan wanita itu malah meninggalkan dirinya di saat dia sedang mengandung. Namun, saat dia melihat Kelsey terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya, dia memilih membatalkan niatnya lalu keluar dari kantor. Dia mengemudi mobilnya dengan tak sabar menuju sekolah Aiden. Meskipun begitu, dia tahu jika dia harus menahan dirinya untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada Aiden.Setidaknya untuk saat ini, dia harus menekan rasa egoisnya. Dia tak boleh sembarangan bertindak karena dia malah bisa saja dijauhkan dari putra semata wayangnya. Saat Aiden muncul dari sana dan berlari kecil ke arahnya dengan senyum yang terukir di bibirnya, Weylin segera ikut berlari dan mengangkat anak itu tinggi-tinggi. Aiden keheranan tapi dia tak keberatan. Weylin memeluk putranya itu dengan penuh kasih hingga Weylin sendiri kebingungan atas apa yang dia lakukan ini.Dia bahkan lupa kapan dia terakhir merasa bahagia yang begitu meluap-
Dengan kemarahan yang tengah bergumul di dadanya, Kelsey mengarahkan mobilnya menuju sekolah tempat putranya juga dititipkan. Entah kenap, dia merasa Weylin tetap akan memulangkan anaknya di sana. "Awas saja kau, Weylin. Aku akan membunuhmu jika kau macam-macam," ucapnya kesal luar biasa. Begitu dia memarkirkan mobilnya, dia langsung saja disambut oleh Raven yang berdiri dengan tenang di sana. Dia berkata, "Aiden sudah ada di sini, Bu." Kelsey mengangguk, "Dia di mana?" Raven menjawab dengan tidak enak, "Di taman bersama dengan Pak Weylin, Bu." Sungguh Raven merasa canggung setelah mengetahui fakta tentang Weylin yang ternyata adalah ayah kandung Aiden.Dia merasa tidak pantas mengethui rahasia orang sehingga dia pun berucap, "Bu, Kelsey. Saya mohon maaf." "Ah, tidak apa-apa Bu. Ini bukan salah Anda," ucap Kelsey tak ingin membuat sikap canggung di antara mereka. "Saya temui mereka dulu dan bisakah Anda ikut saya sebentar?" tanya Kelsey. Meskipun Raven tidak paham kenapa dia
Kelsey menatap tak percaya pada Weylin. Tatapannya bisa diartikan seolah dia berkata 'Kau sedang bercanda kan?' Weylin sendiri heran sekali ketika dia mengatakan hal itu. Dia bahkan kaget dengan ucapannya.Namun, tentu saja dia tidak bisa menarik kembali ucapannya kan?Dia ini seorang laki-laki sejati dan pantang baginya untuk membatalkan apa yang baru saja dia katakan. Dikarenakan ucapannya tak mendapat tanggapan dari Kelsey, Weylin pun mengulangi perkataannya dengan lebih pelan, "Menikahkah denganku, Kels." "Demi Aiden," tambah Weylin. Kelsey sontak tersadar setelah beberapa detik lamanya terdiam, terlalu terkejut dengan ucapan Weylin yang dia duga hanyalah bayangannya saja.Akan tetapi, begitu Weylin mengulangi ucapannya itu, Kelsey pun mulai paham jika pendengarannya tidak bermasalah. "Kau benar-benar sedang bercanda ya Weylin? Aku tidak tertarik menanggapi candaanmu ini," ujar Kelsey malas. Weylin menghela napasnya, "Aku tidak sedang bercanda, Kels. Aku benar-benar ingin men
"Kenapa kau jadi tertarik?" tanya Kelsey sambil menaikkan alisnya sebelah. Weylin mendesah, sungguh wanita yang kebetulan adalah ibu dari putranya itu pintar sekali membuat dirinya kesal.Entah apa dosanya dulu hingga bisa sampai melakukan hal gila dan membuat Kelsey mengandung anaknya. Dan beberapa waktu yang lau, dia bahkan sempat berpikir jika Kelsey itu menarik dan lucu. Sebenarnya apa yang ada di kepalanya, benar-benar Weylin menyesali perkataannya. "Baiklah-baiklah, aku tidak akan bertanya lagi," ucap Weylin mengalah sekarang. Kelsey menghela napas lega. Dia berbicara, "Jadi, apa yang ingin kau lakukan?" "Hah!?" ucap Weylin bingung. Kelsey memutar bola matanya jengah, "Apa yang akan kau lakukan untuk menjadi ayah yang baik untuk Aiden?" Kelsey kesal, tidakkah Weylin itu cukup pintar? Kenapa harus dijelaskan seperti ini? Weylin, "Oh, itu. Aku akan mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengannya." "Contohnya?" Weylin terlihat berpikir sebelum menjawab, "Mengantarnya ke s
Weylin berjongkok untuk mensejajarkan badannya dengan sang Putra. Aiden kecil menunggu penjelasan dua orang dewasa itu. "Aiden, kami tidak bertengkar. Kami hanya berbeda pendapat saja. Sekarang maukah Aiden masuk dulu ke dalam?" ucap Weylin lembut. Adriana terkejut, tak mengira jika Weylin akan bersikap seperti itu. "Baiklah, Paman. Aiden akan masuk lagi," jawab Aiden patuh. Setelah Weylin melihat Sang Putra sudah masuk ke dalam, pria itu langsung berkata, "Saya mohon. Anda sudah salah paham. Saya hanya ingin memperbaiki semuanya. Saya tahu memang saya sangat bersalah di sini. Jadi, izinkan saya untuk membuat semuanya kembali menjadi lebih baik." Adriana menghela napas dan menjawab, "Terserah kau saja. Tapi ingat, jangan sampai kau menyakiti Aiden." "Tidak akan, Nona Lieven," sahut Weylin. "Baiklah, mungkin saya lebih baik pulang dulu saja. Besok saya akan datang untuk menjemput Aiden," ucap Weylin lagi. Adriana membalas, "Hm." Weylin tak bisa memprotes, dia memang telah mela
"Apapun yang terjadi aku harus siap, Bibi. Lagi pula aku tidak mungkin bisa menyembunyikan Aiden lama-lama kan, Bi?" ucap Kelsey. Adriana menghela napas, tak mungkin dia mengkonfontasi Kelsey. Dia sudah cukup membuat keponakan tersayangnya itu kebingungan dengan sikapnya. Dia merasa bersalah. Dia seharusnya tidak menyalahkan Kelsey seperti tadi. Kalau dia mempertanyakan keputusan yang Kelsey buat, dia hanya akan mempersulit keponakannya dan juga cucunya itu kan? Sedangkan selama ini dia tahu mengenai perjuangan Kelsey sejak dia tiba di Leeds. Adriana yang menyadari jika dia telah melakukan kesalahan besar itu akhirnya berkata dengan suara pelan, "Maaflkan, Bibi." Kelsey terkejut mendengarnya, tak menyangka mendengar permintaan maaf dari sang Bibi.Dia pun membalas, "Aku yang harusnya meminta maaf pada Bibi. Aku yang membuat keputusan mendadak dan aku tahu pasti Bibi sangat kaget. Aku paham jika Bibi marah padaku." Adriana menggeleng pelan, benar-benar merasa bodoh karena telah m