Raven tak henti-hentinya meminta maaf pada Kelsey Lieven sambil membungkukkan badannya dengan dalam, "Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Bu Kelsey. Saya benar-benar tidak tahu. Saya mohon maaf." Kelsey tersenyum samar, "Oh, Bu Raven. Tidak apa-apa. Tolong berhenti meminta maaf, saya baik-baik saja dan Aiden juga tidak apa-apa." Raven menggigit bibirnya kuat-kuat, "Seharusnya saya mencari tahu lebih dulu sebelum memberi materi pada anak-anak. Saya benar-benar merasa bersalah, Bu." Kelsey menjawab, "Saya tahu, Bu. Anda kan baru di sini. Saya tidak mempersalahkan hal itu. Tenang saja, Bu!" Raven mengangguk dan merasa sangat lega sekali saat tahu jika Kelsey ternyata sangat pengertian. Jika saja orang lain, belum tentu akan sesabar itu.Bisa saja jika Raven akan dimarahi habis-habisan karena telah membuat muridnya tak nyaman. Kelsey segera pergi dari sekolah anaknya yang juga merangkap sebagai day care.Kelsey sengaja memilih sekolah itu lantaran juga menyediakan jasa
Darren dengan santainya mematikan panggilan itu, sengaja ingin membuat Weylin sengaja. Dia tahu betul jika pria itu tak mungkin akan marah terhadapnya.Hal ini juga lantaran Darren merupakan satu-satunya orang yang mengetahui semua tentang Weylin Malachy. Darren yang masih setia mengikuti mobil Kelsey sedari itu pun akhirnya memutar balik mobilnya setelah memastikan Kelsey masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Darren berkendara dengan kecepatan sedang, tidak berniat untuk membuat Weylin, melainkan untuk mengetahui beberapa tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh Kelsey dan juga Aiden. Hal ini penting untuk Bosnya. Begitu dia rasa sudah cukup, dia langsung mengemudikan mobilnya menuju hunian mewah Weylin yang terletak tak jauh dari Ans Bank. Darren lah yang mengurusnya karena tak ingin Bosnya itu kerepotan jika harus sering pulang pergi ke Ans Bank. Saat dia membuka pintu apartemen Weylin, sebuah buku sudah terlempar ke kepalanya tapi dengan sigap Darren berhasil menangkapnya.Dar
"Apa maksudnya? Kenapa dia ingin berbicara denganku mengenai Aiden? Apa dia tahu?" Kelsey kembali gelisah. Wanita berusia tiga puluh tiga tahun itu sekarang tak bisa tenang setelah mendapat pesan dari Weylin Malachy yang amat dia tidak ingin temui itu. "Aku mungkin salah baca," gumam Kelsey, mencoba meyakinkan dirinya. Dengan perlahan, Kelsey mengambil ponselnya kembali yang terjatuh. Pelan-pelan, dia membuka isi pesan dari nomor asing yang tidak tersimpan di ponselnya itu. Dia langsung lemas. "Benar-benar dari Weylin. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Dia sepertinya curiga. Bagaimana ini?" Karena ketakutan, Kelsey lalu menelepon kedua sahabatnya bersamaan. Hanya dalam beberapa detik, panggilanya langsung diangkat oleh Angel dan juga Selena. "Sel, gawat. Angel, aku pusing," ucap Kelsey langsung. Angel yang terlihat dalam video call sedang menggunakan masker itu sontak menjawab, "Kenapa pusing, baby?" "Weylin," jawab Kelsey pelan. Selena yang sedang makan itu menjawab denga
Kelsey keluar ruangan Weylin dengan langkah tergesa-gesa. Dia tak sanggup rasanya berlama-lama dengan orang yang menyebalkan seperti Weylin. Sayang saat dia baru saja sampai di lift, dia berpapasan dengan salah satu orang yang juga tidak ingin dia temui. "Nona Lieven," sapa Darren. "Darren," balas Kelsey. Kelsey memang hanya beberapa kali bertemu dengan Darren tapi dia dengan mudah bisa mengetahui jika Darren adalah orang yang paling Weylin percayai.Yang Kelsey lihat, Darren akan selalu berada di sekitar Weylin dan tak pernah meninggalkan sisi Weylin barang satu jam pun. Intinya di mana ada Weylin, pasti akan ada Darren. Lalu tiba-tiba Kelsey sangat penasaran, apa Darren juga ada di sekitar sana ketika dia dan Weylin melakukan itu di hotel saat itu? Kelsey menelan salivanya gugup, takut jika pria yang sedang berdiri di hadapannya ini mengetahui kejadian malam itu. Darren berkata, "Anda mau masuk ke lift, Nona Lieven?" Kelsey tersadar dari lamunannya dan sontak menjawab, "Oh, i
Weylin berkata dengan suara terbata-bata, "Saya. Sa-ya.. hm ...." Hei, astaga Weylin. Ada apa denganmu? Kenapa kau bisa gugup seperti itu? Seperti bukan dirimu saja. Weylin menyalahkan dirinya sendri di dalam hatinya. Melihat Weylin yang sepertinya tak bisa menjawab dengan benar pertanyaan gurunya itu, Aiden mengambil alih dan menjawab, "Paman. Bu Raven, paman ini paman jauh Aiden." Weylin sontak menoleh kaget, Aiden tampak tenang mengatakan hal itu. Bagaimana bisa? Dia masih mengingat dirinya kah? Pikir Weylin bingung. Raven sedikit tidak percaya jadi dia kembali bertanya pada Aiden guna memastikan, "Kau benar-benar mengenal Paman ini, Aiden? Kau yakin?" Aiden mengangguk mantap, "Ya, Bu Guru. Kalau Ibu tidak percaya, Ibu bisa bertanya pada Mama. Ibu bisa meneleponnya." Raven menelisik Aiden dan dia kemudian mengangguk, "Baiklah kalau begitu, Ibu percaya." Raven berbalik dan membungkukkan badannya, merasa tidak enak karena sudah mencurigai Weylin, "Maafkan saya. Saya tadi tidak
Weylin belum bisa berkata-kata tapi Aiden langsung berucap, "Memangnya kenapa, Paman?" "Eh-" "Apa menjadi penari itu tidak bagus?" tanya Aiden dengan polos. Weylin yang tadinya tegang mulai sedikit mencair, "Bukan begitu. Penari pekerjaan yang bagus juga. Tapi apa kau yakin Papamu benar-benar seorang penari?" Aiden mengangguk yakin, "Ya. Mama bilang Papa bekerja sebagai seorang penari. Papa penari yang sangat hebat. Saat mengatakan hal itu, sudut bibir terangkat membentuk sebuah senyuman manis. Anak kecil itu terlihat sangat bangga akan hal itu. "Kau benar-benar suka jika papamu seorang penari ya?" tanya Weylin ingin tahu. Aiden menjawab, "Suka. Kalau papa suka menjadi penari, Aiden akan suka." Kening Weylin mengerut heran, "Kenapa begitu?" "Ya karena apa yang papa suka, Aiden pasti suka karena pilihan papa pasti yang terbaik untuk papa," ucap anak kecil itu dengan jujur sambil menyendokkan kembali es krim rasa mint itu ke dalam mulut mungilnya. Weylin menjadi ingin sekali me
Weylin memilih untuk tidak menanggapi ucapan Darren. Seketika langsung saja dia mengusir pria yang menjadi kepercayaannya itu untuk segera membawa sample rambut miliknya dan juga Aiden ke rumah sakit.Darren menggelengkan kepalanya tak habis pikir mengenai tingkah ajaib bosnya yang berubah-ubah itu.Padahal setahu dirinya, Weylin bukanlah orang yang mudah merubah sebuah keputusan. Pria itu akan mempertahankan setiap sesuatu yang dia putuskan walaupun ada hal yang membuatnya bingung sekalipun.Namun, kali ini tiba-tiba saja Weylin yang awalnya tidak terlalu antusias malah berubah begitu bersemangat untuk segera mengetahui identitas asli putra Kelsey tersebut.Dengan langkah tergesa-gesa, Darren keluar dari kantor itu dan segera saja menuju rumah sakit terbaik di Leeds, yakni, Chapel Allerton Hospital yang terletak cukup jauh dari Ans Bank.Kelsey yang secara kebetulan melihat Darren yang terlihat cepat-cepat sedikit heran."Kenapa dia tidak bersama Weylin?" gumam Kelsey bingung.Selena
Pada awalnya, Weylin ingin langsung menemui Kelsey untuk menanyakan alasan wanita itu malah meninggalkan dirinya di saat dia sedang mengandung. Namun, saat dia melihat Kelsey terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya, dia memilih membatalkan niatnya lalu keluar dari kantor. Dia mengemudi mobilnya dengan tak sabar menuju sekolah Aiden. Meskipun begitu, dia tahu jika dia harus menahan dirinya untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada Aiden.Setidaknya untuk saat ini, dia harus menekan rasa egoisnya. Dia tak boleh sembarangan bertindak karena dia malah bisa saja dijauhkan dari putra semata wayangnya. Saat Aiden muncul dari sana dan berlari kecil ke arahnya dengan senyum yang terukir di bibirnya, Weylin segera ikut berlari dan mengangkat anak itu tinggi-tinggi. Aiden keheranan tapi dia tak keberatan. Weylin memeluk putranya itu dengan penuh kasih hingga Weylin sendiri kebingungan atas apa yang dia lakukan ini.Dia bahkan lupa kapan dia terakhir merasa bahagia yang begitu meluap-