Share

Bab 4.2 | Canggung

Penulis: Archie Romadhoni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jam 00.00 Asri baru keluar dari kantor. Shift sore, pulang tengah malam. Ini adalah rutinitas dia sehari-hari. Mau bagaimana lagi, kalau dia tidak bekerja seperti ini ia tidak akan survive. Uang yang dia hasilkan dari pekerjaannya ini bisa dia gunakan untuk membayar perkuliahan, juga untuk makan dia sehari-hari. Asri sudah pantang meminta bantuan keluarganya meskipun harta keluarganya tidak akan habis hingga tujuh turunan maupun tujuh tanjakan. Dia ingin membuktikan kepada keluarganya kalau ia bisa mandiri tanpa bantuan mereka.

Asri masih berada di teras kantornya, duduk di bangku menunggu jemputan taksi online. Dari layar ponselnya, posisi kendaraan tersebut terlihat merambat cukup pelan tapi pasti. Lima menit lagi mobil itu sampai di kantornya.

As, pulang dulu ya?!” sapa Dwi yang sudah naik di sadel sepeda motornya. Dwi ini meskipun cewek tetapi ia lebih suka menaiki sepeda motor gedhe. Tampangnya sendiri lebih mirip anggota vokalis band rocker dengan celana jins yang lututnya robek serta jaket kulit. Sudah benar-benar mirip rocker sejati. Apalagi selera musik Dwi memang semacam punk rock.

Iya, Wi. Sampai besok,” jawab Asri.

Tak berapa lama kemudian taksi yang dipesan pun datang. Mobilnya city car warna putih. Asri segera keluar menuju ke mobil tersebut, saat kaca mobil diturunkan dia terkejut.

Kamu? Kok?” Asri terbelalak melihat Aryanaga ada di kursi kemudi.

Bandi sedang ada urusan, jadinya aku yang menggantikan,” jawab Aryanga.

Asri melihat lagi ke aplikasi taksi onlinenya, di sana memang benar ada nama Bandi. Jadi Bandi yang dimaksud di aplikasi taksi online ini ada hubungannya sama Aryanaga?

Bandi pembantumu itu?”

Aryanaga mengangguk. “Kebetulan, yah?”

Asri menelan ludah.

Ayo, lekas naik. Sudah malam. Kau tak mungkin menemukan sopir taksi online seganteng aku jam segini,” ucap Aryanaga dengan narsisnya. Asri memutar bola matanya. Ia pun pasrah dan terpaksa masuk ke dalam mobil. Ia mengambil duduk di depan.

Mobil melaju dengan agak cepat. Maklum jalanan malam hari di Kota Malang cukup sepi. Asri jadi teringat tiap malam ia terkadang sering nongkrong dengan teman-temannya di salah satu penjual makanan di daerah Suhat. Meskipun malam hari, tetapi suasana di tempat tersebut hangat karena banyak orang-orang yang beramah tamah, ngobrol dan saling dekat satu sama lain. Untuk sementara Asri tak bsia melakukannya, walaupun ia ingin. Sebab, tempat kosnya lebih jauh dari biasanya.

Kau ingin makan dulu?” tanya Aryanaga kepada Asri yang melihat suasana di pinggir jalan.

Eh, tidak,” jawab Asri yang terkejut. “Sudah malam ntar jadi gemuk.”

Baiklah, langsung ke tempat kos kalau gitu,” jawab Aryanaga.

Asri keheranan dengan Aryanaga. Bagaimana cowok ini bisa punya rumah sebesar itu, juga punya pembantu yang pekerjaannya narik taksi online? Emang pekerjaan pembantunya apa? Terus terang dia belum bertemu dengan orang yang bernama Bandi. Namun, kalau dilihat dari foto yang ada di aplikasi taksi online, ia seperti bapak-bapak pada umumnya.

Kamu asalnya dari mana?” tanya Aryanaga.

Dari Jogja,” jawab Asri. “Kelihatan ya?”

Iya, biasanya kalau orang Malang menyapa orang seperti aku dengan boso walikan,” jawab Aryanaga. “Logatmu juga tidak biasa.”

Asri tersenyum. “Kamu juga bukan orang sini sepertinya.”

Memang, aku bukan orang Malang, tetapi aku dibesarkan di Malang,” kata Aryanaga.

Ngomong-ngomong, aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Memangnya benar kata orang kalau kau kemarin mengambil cuti?”

Iya. Aku ada urusan sampai kemudian harus mengambil cuti.”

Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di jalanan mengarah ke Tidar. Tak banyak penerangan yang ada di sepanjang jalanan berpaving itu. Tidak banyak orang-orang yang kelihatan berlalu-lalang, hanya beberapa penjual nasi goreng ataupun penjual tahu tek keliling yang terlihat. Beberapa kelompok pemuda tampak nongkrong di pinggir jalan. Asri merasa heran dengan Aryanaga, kenapa kok membuka tempat kos di tempat yang sesepi ini.

Aku panggil kamu Arya saja boleh?” celetuk Asri tiba-tiba.

Iya, tak apa-apa,” jawab Aryanaga.

Aduh, iya. Aku lupa fotokopi KTP.”

Tak apa-apa. Di dekat kampus Ma-Chung ada fotokopi kok. Besok pagi kau bisa pergi ke sana.”

Setelah itu hening. Percakapan mereka tak banyak. Mungkin karena Asri masih canggung. Dia juga bahkan jadi salah tingkah. Sesekali ia mencuri-curi pandang ke arah cowok yang memegang kemudi itu. Wajahnya menyenangkan untuk dilihat, tetapi juga ada kesan misterius.

Ngomong-ngomong, itu rumahmu sendiri?” tanya Asri.

Secara teknis iya, tetapi semuanya atas kekayaan orang tuaku. Sebenarnya bangunannya tidak seperti itu awalnya, kemudian aku renovasi sendiri, aku ubah di sana-sini sampai akhirnya seperti yang kamu lihat sekarang,” jelas Aryanaga.

Ooh,” ucap Asri dengan “Oh” panjangnya.

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah kenapa kau memilih ngekos di tempatku? Jauh sekali. Tebakanku kau sedang ingin lari dari sesuatu,” tebak Aryanaga.

Asri tak menjawab. Dia lebih memilih diam.

Tak masalah kalau kau tak mau cerita. Aku sendiri juga tak mau mencampuri urusan orang lain. Setiap orang punya privasi.”

Tak ada bahasan yang berarti lagi setelah itu. Asri lebih memilih diam hingga mereka sampai. Pintu gerbang dibuka oleh orang yang disebut Bandi. Asri mengamati foto yang ada di aplikasi taksi onlinenya. Benar-benar mirip. Jadi memang benar, sopir taksi ini adalah Bandi, pembantunya Aryanaga. Mobil pun perlahan masuk ke halaman rumah.

Asri segera keluar dari mobil. “Makasih ya,” ucapnya seraya bergegas menuju ke kamar kosnya.

Jangan lupa kasih bintang yang banyak!” ucap Aryanaga.

Asri tersenyum simpul. Dia segera membuka pintu kamar lalu menguncinya. Bandi keheranan dengan kehadiran tuannya dan perempuan itu. Namun, ia tak bertanya.

Dia penghuni baru, kau belum melihatnya bukan?” kata Aryanaga.

Oh, iya. Jadi pangeran sudah langsung dapat penghuni baru? Padahal juga baru beberapa hari kita pasang pengumuman,” jawab Bandi.

Terima kasih, sudah membantuku.”

Tak masalah pangeran. Kira-kira yakin tempat ini jadi tempat kos putri?”

Kenapa tidak?”

Bandi mengerutkan dahi, entah tuannya yang tidak sadar akan pesona ketampanannya atau emang dia sengaja melakukannya. Kalau misalnya ini nanti jadi tempat kos putri, Bandi yang bakalan kerepotan menjaga tuannya dari godaan para cewek. Dan ia punya firasat tempat ini bakalan ramai.

Memangnya, pangeran ada alasan khusus kenapa membuka tempat kos?”

Aku kesepian, Bandi. Itu saja.” Aryanaga berjalan menuju ke teras rumah.

Bandi tertawa. Aryanaga menghentikan langkahnya lalu berbalik.

Ada yang lucu?” tanya Aryanaga.

Karena dia bukan?” ucap Bandi sambil menunjuk ke arah kamar kos Asri.

Maksudmu?”

Aku tahu selama ini pangeran mengikuti dia.”

Aryanaga mengangkat bahunya. “Buat apa aku mengikuti dia?”

Memangnya, selama ini pangeran ngapain pergi ke kampus selama setahun penuh? Secret admirer? Stalker? Atau ada alasan khusus?”

Aryanaga terkekeh. “Kata-katamu itu, kalau kata orang Malang keminggris.”

Aku tahu pangeran, kau sudah aku asuh sejak kecil. Jangan kira aku tak tahu. Kau suka kepadanya bukan?”

Aryanaga tak menjawab. Ia membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah. Ada sesuatu yang disembunyikan pemuda itu. Namun, dasar Bandi. Ia memang lebih tahu tentang majikannya. Semuanya berawal dari suatu peristiwa yang membuat pemuda ini tertarik kepada Asri.

* * *

Bab terkait

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 5.1 | Dua Nasib

    3 tahun yang laluKoper besar berisi pakaian sudah disiapkan Asri. Dia bertekad untuk pergi. Satu hal yang pasti ia akan merindukan kamar ini. Kamar yang menemaninya dari kecil sampai dewasa. Ia juga akan rindu dengan sobat kecilnya yang berada di dalam kotak kaca. Seekor tokek atau bunglon atau mungkin iguana, Asri tak bisa memastikannya. Namun, yang pasti hewan tersebut sudh jinak, karena dipelihara selama beberapa bulan. Setiap hari dia memberinya makan dan rasa sayang mulai tumbuh di hati Asri. Dia beri nama hewan kecil itu Damar.Perjuampaannya dengan Damar memang unik. Saat itu sedang ada kegiatan naik gunung di Lereng Gunung Lawu. Dia menemukan reptil ini nyaris terluka di sekujur tubuhnya. Asri menolong reptil itu tanpa takut, sedangkan teman-teman yang lainnya merasa jijik. Dia langsung tertarik dengan hewan itu, selain bentuknya yang unik, Asri juga memang penyayang bin

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 5.2 | Dua Nasib

    Malang, sekarangPonsel Asri berbunyi, ia terbangun. Matanya masih setengah terbuka sambil ia meraih-raih ponselnya yang ada di ranjang. Ada telepon dari nomor tak dikenal. Asri mengernyit. Dilihat jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Dia terlambat bangun.“Halo, siapa ya?” sapa Asri.“Aku Aryanaga,” jawab suara di teleponnya.Asri terkejut. Dia menatap layar ponselnya. Dari mana cowok itu tahu nomor teleponnya. “Kok kamu tahu nomor teleponku?”“Dari aplikasi taksi online,” jawab Aryanaga. “Aku kemarin belum minta nomor teleponmu. Jadinya kebetulan aku lihat di aplikasi ada nomormu.”“Ehm... begitu,” ucap Asri sambil menggeliat.“Mau sarapan gratis?” tawar Aryanaga.“Hah? Sa

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 5.2 | Dua Nasib

    Gunung Lawu, beberapa tahun yang laluMimpi itu kembali lagi. Aryanaga berubah dengan wujud hybrid-nya. Dia berlari dengan kecepatan luar biasa menembus rimba. Dari belakang terdengar suara gemerisik dedaunan dan patahan ranting. Suara geraman dan auman terdengar jelas. Mata naganya menembus kegelapan, memancarkan cahaya yang bisa membuatnya melihat dalam kegelapan.Kabut dari atas gunung mulai turun menghalangi jarak pandang, sementara itu suara yang mengikutinya sedari tadi terasa makin dekat. Dia tak tahu Bandi ada di mana sekarang. Di saat ia sangat membutuhkan bantuan pembantunya itu, yang terjadi malah sebaliknya. Dia sendirian menghadapi para goblin yang mengejarnya.Ada sesuatu yang tiba-tiba menghantam punggungnya. Hal itu membuatnya tersungkur dan berguling-guling beberapa kali sebelum tubuhnya menghantam sebuah pohon besar. Terlihat sesosok bayangan hitam gelap d

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 6.1 | Tanda Sang Ratu

    Kota Malang, sekarangAryanaga membuka mata. Dia terjaga saat matahari masih belum sempurna. Di luar embun masih menyelimuti daerah Tidar. Tidak ada ayam berkokok, karena tempat tinggalnya jauh dari perkampungan, apalagi di sekitar tempat itu tak ada yang memelihara ayam jantan. Aryanaga menggeliat di atas kasurnya yang empuk. Ia enggan untuk segera bangun. Berkali-kali Bandi selalu menasihatinya untuk tidak bermalas-malasan, latihan tiap hari dan jangan tidur terlalu nyenyak. Namun, apa yang dilakukan oleh Aryanaga ini lebih baik daripada dirinya dulu, sebelum peristiwa yang nyaris mencelakainya di Lereng Gunung Lawu.Pemuda itu beranjak dari tempat tidur menuju ke jendela. Dari atas, ia mengintip bangunan kos yang ada di samping rumah. Dia sangat merindukan Asri, lebih dari apa yang diketahui. Dia juga terkejut bertemu dengan gadis itu di kota ini. Ia sama sekali tak pernah men

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 6.2 | Tanda Sang Ratu

    “Mau sarapan?” ajak Aryanaga.“Kalau kau mengajakku makan pagi di rumah, nggak deh.”“Kenapa?”“Nggak enak.”“Jangan begitu. Aku dan kamu sudah sama-sama kenal. Kenapa tidak enak? Anggap saja rumahku adalah rumahmu sendiri.”“Meskipun kamu bilang begitu, tetap aja rasanya aneh. Masuk rumahmu saja ada perasaan merinding gitu.”Aryanaga bisa memahaminya. Memang di rumahnya terkadang makhluk-makhluk tak kasat mata mampir atas izinnya. Mereka diperbolehkan Aryanaga dan Bandi untuk masuk ke dalam rumah asalkan tidak berbuat onar. Aryanaga bisa melihat mereka. Asri bisa merasakan keberadaan makhluk-makhluk tersebut, tetapi tak bisa melihatnya. Biasanya keturunan bangsawan sudah ada bawaan sejak dari lahir memiliki panca indera yang lebih peka daripada manusia biasa p

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 6.3 | Tanda Sang Ratu

    Yogyakarta, beberapa tahun yang lalu“Astaghfirullah! Mbak, bawa apa itu?” seru Rah Wito, adiknya Asri saat melihat kakaknya membawa kandang kecil berisi kadal besar.“Kadal. Kenapa?” tanya Asri yang baru datang dari acara naik gunung bersama pecinta alam. Dia menurunkan ransel besarnya lalu kadang kecil berisi kadal besar itu diletakkannya begitu saja di atas meja.“Mbak, geli, Mbak!” ucap Rah Wito. “Darimana dapetnya?”“Pas naik gunung kemarin nemu ini. Kok ya lulut sama aku, akhirnya aku bawa aja deh.”“Mbak nggak takut?”Asri menggeleng. “Ngapain takut? Nggak gigit kok. Aku malah seneng dia seneng banget makan kecoak.”“Ih, jijik mbak. Aku gilo ndelok e (aku geli melihatnya).”

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 7.1 | Alergi

    Malang, sekarangHari Minggu ini rencananya Aryanaga ingin jalan-jalan ke Pasar Buku Wilis, untuk mencari buku-buku yang menarik baginya. Sebenarnya pemuda berambut jabrik ini tak suka membaca buku. Dia lebih suka menonton film. Namun, kebiasaan berubah setelah ia tahu Asri lebih suka dengan pria yang gemar membaca buku. Demi untuk bisa suka membaca buku, akhirnya ia berusaha mati-matian untuk tidak bosan ketika membaca satu buku. Ia menarget seratus buku berbeda dia baca selama tiga bulan lamanya. Awalnya berat. Lama kelamaan akhirnya ia berhasil juga dengan hobi barunya itu.Untuk buku-buku baru sebenarnya bisa dengan mudah didapatkan di toko-toko buku besar. Tapi untuk buku-buku lama perlu mencarinya di toko-toko buku bekas. Di Malang ada dua tempat, pertama di Pasar Buku Wilis. Kedua, ada di toko buku-buku bekas Velodrome. Kedua tempat ini sangat terkenal. Mahasiswa dan pelaj

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 7.2 | Alergi

    Asri memesan pia cokelat dan secangkir americano, sedangkan Tyas memesan pisang goreng keju dan machiato. Mereka sibuk dengan akun instagram dan diskusi soal perkuliahan. Besok mereka ada tugas yang harus dikumpulkan.“Kita kurang kelompok, kamu ama aku, trus Icus. Kan butuh empat orang,” ucap Tyas.Asri menoleh ke Aryanaga, “Arya? Kamu sudah ada kelompok belum?”Aryanaga tak menjawab. Dia masih fokus membaca.“Idih, kalau sudah membaca fokus sekali,” kekeh Tyas, “idolamu tuh.”Asri menggeleng-gelengkan kepala. “Arya!” Asri lalu menyentuh bahu Arya.Arya langsung tersadar, “Eh, iya? Ada apa?”“Yee, dipanggil dari tadi nggak nyahut,” ucap Tyas sambil mengerucutkan bibirnya.“Kamu sudah ada kelompok

Bab terbaru

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab E-2 | Pangeran Yang Terbuang

    Ternyata serangan tersebut tidak hanya dari satu sisi bumi saja. Daratan lain pun sudah mulai diserang. Para naga tersebut mulai memasuki pantai dari daratan yang lain, hingga setiap manusia yang mereka temui pun dimangsa. Mereka tidak melihat apakah itu orang dewasa atau anak-anak. Lelouch dan pasukan naganya tak mampu berbuat apa-apa selain menghalau apa yang mereka bisa. Hari itu mereka kalah, meskipun memenangkan pertempuran.Lelouch bertengger di atas bukit. Dari kejauhan dia melihat bangkai-bangkai naga bergelimpangan di tepi pantai. Sesaat dia mendongak ke atas, seolah-olah meminta bantuan kepada Sang Pencipta. Setelah itu dia menunduk, menutup sayapnya, berada dalam kebimbangan.“Yang Mulia,” panggil salah satu naga yang mengampirinya.“Aku sedang ingin sendiri,” ucap Lelouch.“Tidak, bukan begitu Yang Mulia. Lihat ke atas!” ucap naga tersebut.Lelouch mendongak. Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Lelo

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bag E-1 | Pangeran yang Terbuang

    “Bagaimana awalnya kita, para naga bisa menempati bumi ini?” tanya sesosok naga bersirip hitam dan putih. Di depannya tampak naga-naga kecil sedang duduk mendengarkan petuah-petuahnya. Hari ini adalah hari rutin untuk anak-anak naga mendapatkan pelajaran dari naga Lelouch. “Kita adalah makhluk yang dikutuk, tetapi sebagian dari kita dimaafkan. Bapak kita, adalah naga yang membuat bumi ini jadi ditempati oleh manusia. Namanya Azrael, dia penguasa lautan, sedangkan kita penguasa daratan,” lanjut Lelouch. “Yang Mulia, apakah kita akan terus bertempur dengan mereka?” tanya salah seekor naga kecil. “Pertempuran ini akan terus berlanjut sampai akhir zaman. Kita hanya bisa mengusirnya agar tidak sampai menguasai daratan. Daratan adalah tempat para manusia dan makhluk-makhluk lainnya, lautan adalah tempat kekuasaannya. Sebab, di sana dia bersama Iblis dan menjadi kaki tangannya,” jawab Lelouch. “Apakah dia bisa dikalahkan?” tanya naga kecil yang lain.

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 32.2 | Pangeran Yang Terbuang

    “Penjara apa?” tanya Aryanaga. “Eee… sebentar yang Mulia, apa tidak bisa diringankan hukumannya? Itu Penjara yang mengerikan. Tidak ada satupun yang keluar dari penjara itu sampai sekarang!” ucap sang Pembela. “Penjara apa? Apa itu?” “Pangeran Aryanaga, Penjara Tujuh Pintu adalah Penjara yang berada di kegelapan bumi. Kau tak akan bisa menghirup udara bebas. Di dalamnya ada tujuh pintu yang mana semuanya mewakili tujuh dosa mematikan. Selama jiwamu ada dosa itu, kau tak akan bisa keluar.” Aryanaga terkekeh. “Masukkan aku ke penjara itu. Aku tak keberatan.” “Sudah diputuskan, bawa dia!” ucap seseorang anggota Dewan Kehormatan Naga. Palu pun diketok dan sang pembela tak bisa meringankan hukuman Pangeran Aryanaga. Arya

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 32.1 | Pangeran Yang Terbuang

    Aprilia berada di depan dua gundukan tanah. Air matanya terus berderai seperti tak akan pernah habis. Bandi menepuk pundaknya, berusaha menenangkan Aprilia, bagaimana pun Aprilia adalah wanita dan hatinya lembut. Kepergian Raja Primadigda dan Asri membuatnya sedih. Keduanya dikuburkan di tanah terbaik dan tempat terbaik, yaitu di pemakaman para raja. Di tempat ini juga ada makam para raja sebelum Raja Primadigda.Orang-orang banyak yang menghadiri pemakaman itu. Mulai dari para prajurit, menteri dan juga para pejabat kerajaan. Hari itu rakyat berkabung atas gugurnya Raja Primadigda. Rumor pun cepat menyebar kalau Raja Primadigda dikalahkan oleh anaknya sendiri. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang motif pembunuhan ini. Aprilia dan Bandi sengaja tidak memberitahu, karena saat ini Antabogolah yang berkuasa. Nyaris semua lini kekuatan militer sekarang di pegang oleh Antabogo, sehingga mustahil baginya membuat su

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 31.3 | Jiwa Yang Hampa

    Aryanaga sama sekali tak bercanda. Dia kembali mengeluarkan tombak elemental dari telapak tangannya, kali ini warnanya kekuningan dengan percikan energi listrik di sekitar ujung tombaknya. Menyadari ada bahaya, Pangeran Bagar menjauh. Aryanaga tetap fokus kepadanya. Setiap pergerakan Pangeran Bagar, bisa dilihatnya. Dan ternyata, Aryanaga tak hanya mengeluarkan satu tombak, tapi lagi, lagi dan lagi hingga sepuluh tombak dengan energi listrik melayang di atasnya. Aryanaga mengambil satu per satu tombaknya, melemparkannya dengan kuat.Pangeran Bagar tak bisa kabur dari serangan itu. Sepuluh tombak beruntun menghantam di sekitarnya. Sepuluh kali petir menyambar-nyambar, jutaan volt menghantam tanah hingga menimbulkan ledakan listrik yang menggelegar.Aprilia dan Bandi yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh cukup ngeri dengan kekuatan yang dimiliki

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 31.2 | Jiwa Yang Hampa

    Bandi masih menangis, tetapi ia juga harus membawa jenazah Raja Primadigda. Dengan tersedu-sedu dia menggendong jenazah tersebut. Aprilia juga melakukannya. Aprilia sekarang yang gantian bermandikan darah Asri. Dia dan Bandi pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Aryanaga yang tak terkendali.Pangeran Bagar menjauh. Kini ratusan prajuritnya menghadapi Aryanaga. Mereka terdiri dari ras naga pilihan yang dilatih dengan ilmu perang yang cukup andal. Pangeran Bagar, tidak pernah salah dalam memilih anak buah. Mereka ahli pedang, tombak dan panah. Para prajurit membentuk formasi mengepung Aryanaga. Aryanaga mengamati mereka. Tombak-tombak terhunus ke arah Aryanaga, setiap tombak ini tentu saja ada bagian dari tubuh para naga, sebagian lagi adalah besi yang ditempa oleh para peri, sehingga bisa melukai para naga.Aryanaga sama sekali tak gentar. Ia mengeluarkan kekuatan yang san

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 31.1 | Jiwa Yang Hampa

    “Pangeran Bagar, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kau hanya menginginkan Aryanaga? Kenapa kau lukai Asri?” tanya Aprilia. Air matanya tak mampu lagi dibendung. Ia memeluk tubuh Asri yang terbujur kaku.Tangan Asri meremas lengan Aprilia. Suaranya terbata-bata lirih terdengar di telinga Aprilia yang sangat peka. Pangeran Bagar merasa tak bersalah. Dia telah menuntaskan rencananya agar Aryanaga kehilangan sesuatu yang ia cintai. Pangeran Bagar menganggap Asri adalah orang yang dicintai oleh Pangeran Aryanaga, maka dari itu misinya hanya satu yaitu membunuh Asri, tetapi tanpa mengotori tangannya. Sayang sekali rencananya meleset.“Omong kosong semua ini. Kenapa kalian mengacaukan semua rencanaku?” gerutu Pangeran Bagar, “aku adalah ahli strategi terbaik. Kalau begini caranya, ayahku tak akan mengakuiku.”

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 30.3 | Latihan Terakhir

    “Ayah mengamuk!” seru Aryanaga.“Aku bisa melihatnya. Yang Mulia Primadigda akan berubah ke wujud naganya, kesempatan kita cuma satu. Kamu bisa?” tanya Aprilia.Aryanaga menggeleng. “Aku tak bisa.”“Pangeran!” Aprilia memegang bahu Aryanaga. “Semuanya akan baik-baik saja, kau tidak bersalah atas hal ini. Ini yang diinginkan ayahmu.”“Tapi...”Aryanaga menatap mata Aprilia. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan satu sama lain. Aryanaga mencari sudut mata Aprilia, di sudut mata Aprilia ada rasa percaya kepadanya. Aprilia tahu, ini ujian terberat Aryanaga untuk saat ini. Kalau mereka kalah sekarang, semuanya akan sia-sia belaka.“Bantu ak

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 30.2 | Latihan Terakhir

    Primadigda memulai menerjang ke arah Asri. Aryanaga mencoba menghalangi, tubuhnya menghadang Raja Primadigda, sayangnya Primadigda memutar tubuhnya sehingga bisa mengecoh Aryanaga begitu saja. Namun, Aprilia dengan cepat menendang tubuh Primadigda sehingga sang Raja terempas ke belakang. Aryanaga tak tega melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.Aprilia tiba-tiba melayangkan tamparannya dengan keras ke pipi Aryanaga. “BANGUN! Apa yang kau lakukan?”Aryanaga terkejut.“Kau mau Asri tewas? Bertarunglah dengan sungguh-sungguh! Aku tahu dia ayahmu, tapi saat ini kau tak punya pilihan. Kalahkan beliau, lalu kita sama-sama menghajar Bagar,” ucap Aprilia menyemangati Aryanaga, “kau tak perlu khawatir, ayahmu yang menginginkan ini. Nyawanya tidak akan sia-sia. Ia bangga melatih anaknya untuk terakhir kali. Ia juga

DMCA.com Protection Status