Asri memesan pia cokelat dan secangkir americano, sedangkan Tyas memesan pisang goreng keju dan machiato. Mereka sibuk dengan akun instagram dan diskusi soal perkuliahan. Besok mereka ada tugas yang harus dikumpulkan.
“Kita kurang kelompok, kamu ama aku, trus Icus. Kan butuh empat orang,” ucap Tyas.
Asri menoleh ke Aryanaga, “Arya? Kamu sudah ada kelompok belum?”
Aryanaga tak menjawab. Dia masih fokus membaca.
“Idih, kalau sudah membaca fokus sekali,” kekeh Tyas, “idolamu tuh.”
Asri menggeleng-gelengkan kepala. “Arya!” Asri lalu menyentuh bahu Arya.
Arya langsung tersadar, “Eh, iya? Ada apa?”
“Yee, dipanggil dari tadi nggak nyahut,” ucap Tyas sambil mengerucutkan bibirnya.
“Kamu sudah ada kelompok
Aryanaga menyandarkan punggungnya di kursi. Dia memperhatikan kondisi Asri yang masih belum sadar. Ia cepat-cepat membawa Asri ke klinik dengan kekuatan naganya. Semoga saja tak ada orang yang menyadarinya. Tentunya kecepatan larinya sambil menggendong orang bukanlah kecepatan lari manusia biasa. Tyas masih belum datang. Setidaknya sudah satu jam setelah dokter menangani Asri dari masa kritisnya.Tak berapa lama kemudian pintu kamar terbuka dan Tyas terlihat masuk. Barang bawaannya cukup banyak, ada tas milik Asri dan satu tas kresek besar. Ia langsung menghampiri Aryanaga, “Bagaimana kondisinya?”“Sementara sih sudah baikan. Tinggal nunggu siuman aja,” jawab Aryanaga.Tyas mendesah lega. Dia lalu mencari kursi untuk duduk. “Syukurlah. Aku khawatir banget. Terus terang aku tak tahu kalau dia alergi kacang. Pantas saja ia tak pernah mau diajak makan pecel.”
Asri terbangun, melihat Tyas di sisinya. Tyas sangat bahagia melihat sahabatnya sudah siuman. Tyas terus menceritakan semua kejadian yang menimpanya dan juga fakta kalau dia baru tahu Asri alergi terhadap kacang. Dia memarahi Asri karena sahabatnya itu tak menceritakan kalau dia selama ini alergi kacang.“Maaf, ya. Merepotkanmu,” ucap Asri. Matanya masih menatap kosong. Ia teringat bagaimana Aryanaga bertindak. Misteri besarnya, kenapa cowok itu tahu tentang alerginya. Hanya dia dan keluarganya saja yang tahu tentang permasalahan itu. Siapa sebenarnya Aryanaga sampai tahu tentang kehidupannya?Dokter yang menangani Asri masuk. Dia seorang wanita dengan senyuman yang ramah. “Mbak Asri, sudah baikan? Lupa tidak bawa obat anti alerginya ya?”“Bukan lupa sih, Dok. Memang sengaja tidak membawa,” jawab Asri.
Bandi menggeleng-geleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya di ponsel pintarny. Layar ponsel memperlihatkan bagaimana Aryanaga bergerak dengan cara yang tidak biasa. Menggendong Asri lalu bergerak cepat. Nyaris mustahil ada manusia normal bergerak secepat itu. Video itu sudah menjadi viral sekarang, entah siapa yang meng-upload-nya. Apapun yang sudah ada di internet, maka tidak ada yang akan bisa menghapusnya.“Bagaimana sekarang, Bandi?” tanya Aryanaga.“Kita pindah,” jawab Bandi.“Tidak bisa seperti itu. Lalu bagaimana dengan Asri? Kita tak mungkin pindah begitu saja tanpa dia. Kasihan dia!”“Pangeran, ini sudah di luar kendali. Pangeran kira video ini tidak dilihat oleh para goblin? Ingatlah, banyak orang yang tahu ten
“Kang Mas, kalau nanti ketemu dengan Asri, Kang Mas janji jangan keras kepadanya, ya?” ucap Raden Ayu Herawati.“Bocah itu harus diberi pelajaran. Setidaknya, ia tidak pergi begitu saja dari rumah tanpa kabar. Dan jangan Bune sekali-kali membela dia. Dia sudah mencoreng nama baik keluarga! Dia harus pulang!” kata ayahnya Asri.“Bukannya dulu yang mengusir dia dari rumah Kang Mas sendiri?” kata Herawati berusaha untuk mengingatkan apa yang dulu pernah terjadi.Raden Mas Purwono Seno terdiam. Dia tahu, dulu dia yang menginginkan Asri pergi. Namun, jauh di lubuk hatinya ia masih menyayangi putri tertuanya itu. Sebenarnya yang diinginkan oleh Raden Mas Purwono Seno adalah kebaikan putrinya. Bisa mendapatkan jodoh yang baik dengan segala kebutuhan terjamin adalah keinginan yang tidak muluk-muluk. Semua kebutuhannya sudah dipenuhi, lalu kenapa Asri tidak mau?
Ruang tamu mendadak hening. Meskipun hari masih siang, tetapi suasananya lebih terasa angker. Lebih cocok seperti ruang tempat interogasi penyidik. Ornamen-ornamen artistik dengan berbagai lukisan yang digantung di tembok tidak sanggup mengubah suasananya. Asri dan Aryanaga benar-benar merasa berada di dalam ruang interogasi. Tampak wajah Seno yang tak bersahabat, wajah Herawati yang bertanya-tanya, sedangkan Bandi dan Tyas hanya menjadi penonton dari jauh.“Eh, Om. Sudah bekerja berapa lama ama dia?” tanya Tyas kepada Bandi yang ada di sebelahnya.“Sebelum Arya lahir, aku sudah bekerja di keluarga ini,” jawab Bandi.“Sekaya apa sih orang tuanya Arya?” tanya Tyas.Bandi menoleh kepada Tyas. “Cukup kaya kalau dari ukuran kalian.”“Serius?”Bandi tersenyum. “Mungkin tu
“Saya bukan silmuan. Saya setengah manusia setengah naga. Ini wujud saya saat menjadi ... boleh dibilang bentuk hybrid. Meskipun keturunan naga, saya belum bisa berubah menjadi naga yang sempurna. Saya sebenarnya adalah seorang Pangeran, lebih tepatnya putra mahkota dari kerajaan naga. Ayah saya seorang raja yang cukup disegani. Sedangkan Ibuku adalah penguasa dari Gunung Semeru sejak ratusan tahun yang lalu. Beliau yang selama ini menahan amarah gunung tersebut hingga tidak mengeluarkan laharnya. Meskipun usia beliau sudah ratusan tahun sama seperti Ayahku, beliau tidak pernah menua sedikit pun. Beliau juga satu-satunya manusia yang sanggup memadamkan api Ayah saya. Mereka kemudian saling mengenal, hingga kemudian menikah dan lahirlah saya,” jelas Aryanaga.Seno masih terperangah. Kalau memang benar apa yang dikatakan oleh Aryanaga berarti ia sekarang ini benar-benar dalam masalah besar. Apakah anaknya sudah tahu tentang h
Seno menelan ludah. Dia sadar, kalau saja tadi dia memegang pedang itu, mungkin saat ini nyawanya sudah melayang. Akhirnya dia menundukkan wajahnya, lalu kedua telapak tangannya menyatu seperti menghaturkan hormat kepada raja atau junjungan.“Jangan begitu,” pinta Aryanaga. “Saya tidak pantas diperlakukan seperti itu.”“Setidaknya sekarang aku yakin kalau sinuwun berkata yang sesungguhnya. Beberapa waktu yang lalu, aku bermimpi dengan mimpi yang sama. Bermimpi tentang sebuah pusaka aneh yang belum pernah aku lihat. Dan ternyata, sekarang pusaka ini ada di hadapanku. Di dalam mimpiku, aku bertemu dengan seorang lelaki yang memberitahuku sebuah pusaka terlarang yang tidak sembarangan orang bisa memegangnya. Kini aku tahu pusaka apa itu,” jelas Seno.Aryanaga paham apa yang dimaksud Seno. Ayah Asri ini seperti memiliki kemampuan bisa menerawang sesuatu di ma
Aryanaga mengundang semua orang untuk makan malam di rumahnya. Termasuk Tyas yang sebenarnya tak ada kaitannya dengan semua hal ini. Jamuan makan malam itu cukup istimewa dengan Bandi yang sudah mempersiapkan masakan terbaik. Mulai dari steak daging yang sangat lezat dengan sausnya yang membuat air liur meleleh, sampai ke kuliner Indonesia semacam kari ayam, rendang, serta urap-urap yang tersaji dengan istimewa seperti restoran-restoran terkenal.“Arya sudah berjanji untuk menjagamu, jadi Romo ama ibu sedikit lebih tenang,” ucap Seno.Asri nyaris tersedak. Ia tentu saja terkejut. Bagaimana Romonya bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti itu? Padahal tadi pagi keduanya masih cekcok satu sama lain. Apa yang dibicarakan antara Romo dengan Aryanaga? Asri sangat penasaran.Aryanaga yang duduk di samping Asri tak bicara sedikit pun. Ia sedikit-sedikit melirik ke arah Asri yang juga
Ternyata serangan tersebut tidak hanya dari satu sisi bumi saja. Daratan lain pun sudah mulai diserang. Para naga tersebut mulai memasuki pantai dari daratan yang lain, hingga setiap manusia yang mereka temui pun dimangsa. Mereka tidak melihat apakah itu orang dewasa atau anak-anak. Lelouch dan pasukan naganya tak mampu berbuat apa-apa selain menghalau apa yang mereka bisa. Hari itu mereka kalah, meskipun memenangkan pertempuran.Lelouch bertengger di atas bukit. Dari kejauhan dia melihat bangkai-bangkai naga bergelimpangan di tepi pantai. Sesaat dia mendongak ke atas, seolah-olah meminta bantuan kepada Sang Pencipta. Setelah itu dia menunduk, menutup sayapnya, berada dalam kebimbangan.“Yang Mulia,” panggil salah satu naga yang mengampirinya.“Aku sedang ingin sendiri,” ucap Lelouch.“Tidak, bukan begitu Yang Mulia. Lihat ke atas!” ucap naga tersebut.Lelouch mendongak. Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Lelo
“Bagaimana awalnya kita, para naga bisa menempati bumi ini?” tanya sesosok naga bersirip hitam dan putih. Di depannya tampak naga-naga kecil sedang duduk mendengarkan petuah-petuahnya. Hari ini adalah hari rutin untuk anak-anak naga mendapatkan pelajaran dari naga Lelouch. “Kita adalah makhluk yang dikutuk, tetapi sebagian dari kita dimaafkan. Bapak kita, adalah naga yang membuat bumi ini jadi ditempati oleh manusia. Namanya Azrael, dia penguasa lautan, sedangkan kita penguasa daratan,” lanjut Lelouch. “Yang Mulia, apakah kita akan terus bertempur dengan mereka?” tanya salah seekor naga kecil. “Pertempuran ini akan terus berlanjut sampai akhir zaman. Kita hanya bisa mengusirnya agar tidak sampai menguasai daratan. Daratan adalah tempat para manusia dan makhluk-makhluk lainnya, lautan adalah tempat kekuasaannya. Sebab, di sana dia bersama Iblis dan menjadi kaki tangannya,” jawab Lelouch. “Apakah dia bisa dikalahkan?” tanya naga kecil yang lain.
“Penjara apa?” tanya Aryanaga. “Eee… sebentar yang Mulia, apa tidak bisa diringankan hukumannya? Itu Penjara yang mengerikan. Tidak ada satupun yang keluar dari penjara itu sampai sekarang!” ucap sang Pembela. “Penjara apa? Apa itu?” “Pangeran Aryanaga, Penjara Tujuh Pintu adalah Penjara yang berada di kegelapan bumi. Kau tak akan bisa menghirup udara bebas. Di dalamnya ada tujuh pintu yang mana semuanya mewakili tujuh dosa mematikan. Selama jiwamu ada dosa itu, kau tak akan bisa keluar.” Aryanaga terkekeh. “Masukkan aku ke penjara itu. Aku tak keberatan.” “Sudah diputuskan, bawa dia!” ucap seseorang anggota Dewan Kehormatan Naga. Palu pun diketok dan sang pembela tak bisa meringankan hukuman Pangeran Aryanaga. Arya
Aprilia berada di depan dua gundukan tanah. Air matanya terus berderai seperti tak akan pernah habis. Bandi menepuk pundaknya, berusaha menenangkan Aprilia, bagaimana pun Aprilia adalah wanita dan hatinya lembut. Kepergian Raja Primadigda dan Asri membuatnya sedih. Keduanya dikuburkan di tanah terbaik dan tempat terbaik, yaitu di pemakaman para raja. Di tempat ini juga ada makam para raja sebelum Raja Primadigda.Orang-orang banyak yang menghadiri pemakaman itu. Mulai dari para prajurit, menteri dan juga para pejabat kerajaan. Hari itu rakyat berkabung atas gugurnya Raja Primadigda. Rumor pun cepat menyebar kalau Raja Primadigda dikalahkan oleh anaknya sendiri. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang motif pembunuhan ini. Aprilia dan Bandi sengaja tidak memberitahu, karena saat ini Antabogolah yang berkuasa. Nyaris semua lini kekuatan militer sekarang di pegang oleh Antabogo, sehingga mustahil baginya membuat su
Aryanaga sama sekali tak bercanda. Dia kembali mengeluarkan tombak elemental dari telapak tangannya, kali ini warnanya kekuningan dengan percikan energi listrik di sekitar ujung tombaknya. Menyadari ada bahaya, Pangeran Bagar menjauh. Aryanaga tetap fokus kepadanya. Setiap pergerakan Pangeran Bagar, bisa dilihatnya. Dan ternyata, Aryanaga tak hanya mengeluarkan satu tombak, tapi lagi, lagi dan lagi hingga sepuluh tombak dengan energi listrik melayang di atasnya. Aryanaga mengambil satu per satu tombaknya, melemparkannya dengan kuat.Pangeran Bagar tak bisa kabur dari serangan itu. Sepuluh tombak beruntun menghantam di sekitarnya. Sepuluh kali petir menyambar-nyambar, jutaan volt menghantam tanah hingga menimbulkan ledakan listrik yang menggelegar.Aprilia dan Bandi yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh cukup ngeri dengan kekuatan yang dimiliki
Bandi masih menangis, tetapi ia juga harus membawa jenazah Raja Primadigda. Dengan tersedu-sedu dia menggendong jenazah tersebut. Aprilia juga melakukannya. Aprilia sekarang yang gantian bermandikan darah Asri. Dia dan Bandi pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Aryanaga yang tak terkendali.Pangeran Bagar menjauh. Kini ratusan prajuritnya menghadapi Aryanaga. Mereka terdiri dari ras naga pilihan yang dilatih dengan ilmu perang yang cukup andal. Pangeran Bagar, tidak pernah salah dalam memilih anak buah. Mereka ahli pedang, tombak dan panah. Para prajurit membentuk formasi mengepung Aryanaga. Aryanaga mengamati mereka. Tombak-tombak terhunus ke arah Aryanaga, setiap tombak ini tentu saja ada bagian dari tubuh para naga, sebagian lagi adalah besi yang ditempa oleh para peri, sehingga bisa melukai para naga.Aryanaga sama sekali tak gentar. Ia mengeluarkan kekuatan yang san
“Pangeran Bagar, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kau hanya menginginkan Aryanaga? Kenapa kau lukai Asri?” tanya Aprilia. Air matanya tak mampu lagi dibendung. Ia memeluk tubuh Asri yang terbujur kaku.Tangan Asri meremas lengan Aprilia. Suaranya terbata-bata lirih terdengar di telinga Aprilia yang sangat peka. Pangeran Bagar merasa tak bersalah. Dia telah menuntaskan rencananya agar Aryanaga kehilangan sesuatu yang ia cintai. Pangeran Bagar menganggap Asri adalah orang yang dicintai oleh Pangeran Aryanaga, maka dari itu misinya hanya satu yaitu membunuh Asri, tetapi tanpa mengotori tangannya. Sayang sekali rencananya meleset.“Omong kosong semua ini. Kenapa kalian mengacaukan semua rencanaku?” gerutu Pangeran Bagar, “aku adalah ahli strategi terbaik. Kalau begini caranya, ayahku tak akan mengakuiku.”
“Ayah mengamuk!” seru Aryanaga.“Aku bisa melihatnya. Yang Mulia Primadigda akan berubah ke wujud naganya, kesempatan kita cuma satu. Kamu bisa?” tanya Aprilia.Aryanaga menggeleng. “Aku tak bisa.”“Pangeran!” Aprilia memegang bahu Aryanaga. “Semuanya akan baik-baik saja, kau tidak bersalah atas hal ini. Ini yang diinginkan ayahmu.”“Tapi...”Aryanaga menatap mata Aprilia. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan satu sama lain. Aryanaga mencari sudut mata Aprilia, di sudut mata Aprilia ada rasa percaya kepadanya. Aprilia tahu, ini ujian terberat Aryanaga untuk saat ini. Kalau mereka kalah sekarang, semuanya akan sia-sia belaka.“Bantu ak
Primadigda memulai menerjang ke arah Asri. Aryanaga mencoba menghalangi, tubuhnya menghadang Raja Primadigda, sayangnya Primadigda memutar tubuhnya sehingga bisa mengecoh Aryanaga begitu saja. Namun, Aprilia dengan cepat menendang tubuh Primadigda sehingga sang Raja terempas ke belakang. Aryanaga tak tega melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.Aprilia tiba-tiba melayangkan tamparannya dengan keras ke pipi Aryanaga. “BANGUN! Apa yang kau lakukan?”Aryanaga terkejut.“Kau mau Asri tewas? Bertarunglah dengan sungguh-sungguh! Aku tahu dia ayahmu, tapi saat ini kau tak punya pilihan. Kalahkan beliau, lalu kita sama-sama menghajar Bagar,” ucap Aprilia menyemangati Aryanaga, “kau tak perlu khawatir, ayahmu yang menginginkan ini. Nyawanya tidak akan sia-sia. Ia bangga melatih anaknya untuk terakhir kali. Ia juga