Aryanaga mengundang semua orang untuk makan malam di rumahnya. Termasuk Tyas yang sebenarnya tak ada kaitannya dengan semua hal ini. Jamuan makan malam itu cukup istimewa dengan Bandi yang sudah mempersiapkan masakan terbaik. Mulai dari steak daging yang sangat lezat dengan sausnya yang membuat air liur meleleh, sampai ke kuliner Indonesia semacam kari ayam, rendang, serta urap-urap yang tersaji dengan istimewa seperti restoran-restoran terkenal.
“Arya sudah berjanji untuk menjagamu, jadi Romo ama ibu sedikit lebih tenang,” ucap Seno.
Asri nyaris tersedak. Ia tentu saja terkejut. Bagaimana Romonya bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti itu? Padahal tadi pagi keduanya masih cekcok satu sama lain. Apa yang dibicarakan antara Romo dengan Aryanaga? Asri sangat penasaran.
Aryanaga yang duduk di samping Asri tak bicara sedikit pun. Ia sedikit-sedikit melirik ke arah Asri yang juga
Pintu kamar Asri diketuk. “As, ini Tyas. Kamu nggak apa-apa?” tanya Tyas dari luar kamar kos.Asri tak menjawab. Dia masih berada di kamarnya. Untuk keluar saja ia tak berani. Ia malu setengah mati apalagi setelah diprovokasi oleh Aryanaga seperti itu.“Arya tadi bilang kamu kurang enak badan. Kalian bertengkar?” tanya Tyas lagi. “Anak itu emang sembarangan, ngaku-ngaku pacar kamu? Boleh aku masuk?”“Masuk aja! Nggak dikunci kok,” ujar Asri.Tyas kemudian membuka pintu kamar. Mendapati sahabatnya sedang berbaring di kasur membuatnya makin khawatir. “Kamu nggak apa-apa?”“Hmm,” jawab Asri.“Lagi ngapain? Nggak enak badan beneran?” tanya Tyas.Asri kemudian bangkit. Dia duduk di atas kasur, sementara Tyas duduk di depannya. Tyas
“Apa?” tanya Asri.“Kau jelek kalau bangun tidur,” kata Aryanaga. Entah itu pujian atau hinaan, tapi lebih seperti hinaan.“Emang,” jawab Asri.“Meskipun begitu aku suka,” ucap Aryanaga.Anjir, pagi-pagi udah nge-flirt! Asri langsung kembali ke kamar kosnya. Menyesal ia langsung keluar kamar pagi ini.“Aku tunggu di meja makan, sarapan bareng ama orangtuamu!” ucap Aryanaga.Asri yang sudah masuk ke kamarnya segera membangunkan Tyas. Dia bergegas mandi, setelah itu gantian Tyas yang mandi. Asri segera ganti baju untuk masuk kuliah. Seharian ini jadwalnya penuh, maka dia harus memastikan semuanya baik-baik saja dan tidak kekurangan suatu apapun.Asri mempersiapkan buku-buku yang dia bawa, peralatan make-up, setelah itu dimasukkan semuanya ke d
Seorang laki-laki sedang duduk di sudut alun-alun Kota Batu. Dia adalah Edo Susantyo. Terlihat uap tipis mengepul dari mulutnya. Dia merasa kesal, karena sudah tiga batang rokok dia habiskan hanya untuk menunggu anak buahnya untuk segera menemuinya di tempat yang terlihat banyak para pengunjung di sana. Dari kejauhan ada bianglala besar. Apabila naik ke benda tersebut, maka nyaris seluruh kota Batu bisa terlihat dari atas sana. Beberapa orang laki-laki tak lama kemudian mulai menghampirinya. Kontras sekali penampilan mereka dengan penampilan necis Edo. Ada alasan khusus kenapa lelaki berjambang tipis ini sampai harus berada di Kota Batu, yang notabenenya masih brada di dalam wilayah Malang Raya. Apalagi kalau bukan mengejar mantan kekasihnya, Asri.“Bagaimana?” tanya Edo. Dia matikan lalu menginjak putung rokoknya.“Ketemu bos. Fix ini dia,” jawab salah satu di antara orang-orang tadi.
“Bajingan!” umpat Asri. Demi apapun yang ada di dunia ini, saat ini Asri benar-benar emosi berat. Dia sudah bertengkar dengan orang tuanya. Ia sudah kehilangan ponsel, perutnya lapar dan satu-satunya harapan dia malah sekarang merangkul perempuan lain.“Brengsek!”Gadis berkacamata ini terus mengikuti Edo sambil menjaga jarak. Ia tak mau Edo mengetahui kalau sedang diikuti. Setelah Edo ke meja resepsionis, Asri terus memperhatikan dari jauh sambil menjaga agar tidak ketahuan. Sorot matanya menatap tajam nomor kunci yang sedang diserahkan oleh resepsionis kepada Edo. Kamar nomor 302.Segala hal negatif langsung menyerang kepala Asri. Gadis ini mulai berpikir keras, kenapa Edo tak bisa dihubungi? Apakah mungkin gara-gara bersama perempuan ini? Siapa perempuan ini? Keluarganya? Tidak mungkin. Kenapa juga mereka berciuman, sambil masuk ke dalam hotel? Sinting. Asri masih belum ya
Malang, sekarangSore harinya Asri sudah selesai kuliah. Ia hendak langsung pergi ke kantor.“Pergi kerja?” tanya Tyas.“Iya dong,” jawab Asri.“Aku anter?” tawar Tyas.“Nggak ngerepotin?”“Nggak kok, santai aja. Lagian aku juga mau nonton film sekalian,” jawab Tyas sambil nyengir.“Ih, nonton film sendirian,” ledek Asri. “Segera saja sana cari pasangan!”“Yee, koe sendiri juga nggak punya pasangan. Eh, sudah punya ya. Si Arya,” kekeh Tyas.Asri mencubit pipi Tyas. “Nggak, belum resmi.”“Kapan diresmikan?” terdengar suara yang mengejutkan keduanya. Tampak Aryanaga ada di d
Aryanaga sampai di kantor Asri. Ternyata di tempat itu sekarang sedang ramai, teman-teman kerja Asri yang mendengar keributan keluar semua. Mereka juga sedang merawat Tyas yang tampaknya syok. Tyas melihat Aryanaga yang berada di luar pagar, segera memanggilnya.“Arya!” panggil Tyas.Aryanaga masuk ke halaman kantor. Tampak wajah Tyas yang berantakan, dia benar-benar terlihat syok.“Kau tak apa-apa?” tanya Aryanaga.Tyas mengangguk.Dwi dan Wulan yang ada di tempat kejadian bertanya-tanya dengan orang yang baru saja masuk ke halaman rumah. Aryanaga memakai kemeja batik dengan celana khaki. Yang membuat Tyas masih takjub adalah hanya lima menit setelah tadi dia menelpon, cowok itu tiba-tiba saja sudah ada di tempat ini.“Masnya siapa?” tanya Dwi.“Dia pacarnya Asri,&rd
Orang-orang melongok melihat ke depan. Dari kejauhan terlihat seseorang berdiri di tengah jalan. Siapa orang yang berani masuk ke jalan tol dan berdiri di tengah jalan? Ada dua kemungkinan, pertama, orang yang memang ingin cari mati. Kedua, bukan orang.“Tabrak aja. Nggak usah pedulikan!” perintah Edo.Sang sopir pun menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil pun melaju dengan kencang untuk menabrak siapapun yang ada di tengah jalan itu.Orang yang berada di tengah jalan tol itu adalah Aryanaga. Cowok itu sudah berdiri di sana. Hanya saja ada yang berbeda dari Aryanaga. Dia sudah menjelma menjadi wujud hybrid—setengah naga setengah manusia. Kulitnya bersisik dengan warna biru kemerahan, kepalanya muncul sepasang tanduk. Di punggungnya ada sepasang sayap kecil. Asri samar-samar melihat siapa yang ada di tengah jalan. Lampu di jalan tol tak begitu teran
“S-sebentar, b-bagaimana bisa terjadi? Kau Damar? Tidak mungkin! Damar itu kadal, trus kau ini manusia. Manusia apa sebenarnya kau ini?”“Sudah kubilang ceritanya panjang. Kau mau aku menceritakan semuanya?”Asri mengangguk. Jantungnya berdegup kencang seperti orang yang lari marathon. Kalau misalnya Aryanaga adalah Damar, maka Asri sudah tahu jawaban teka-teki kenapa Aryanaga tahu tentang alerginya. Masalahnya adalah bukan saja alerginya, tetapi seluruh keluh kesahnya, bahkan juga apa yang tersembunyi dari dirinya diketahui semua oleh Damar, si kadal kecil yang beruntung.Aryanaga pun mulai bercerita.“Aku adalah Putra dari Raja Naga Primadigda. Ya, benar sekali aku adalah anak naga. Ayahku adalah raja naga dan ibuku adalah manusia biasa. Wujudku yang kau lihat tadi adalah setengah naga setengah manusia. Ada suatu peristiwa yang membuatku disihir
Ternyata serangan tersebut tidak hanya dari satu sisi bumi saja. Daratan lain pun sudah mulai diserang. Para naga tersebut mulai memasuki pantai dari daratan yang lain, hingga setiap manusia yang mereka temui pun dimangsa. Mereka tidak melihat apakah itu orang dewasa atau anak-anak. Lelouch dan pasukan naganya tak mampu berbuat apa-apa selain menghalau apa yang mereka bisa. Hari itu mereka kalah, meskipun memenangkan pertempuran.Lelouch bertengger di atas bukit. Dari kejauhan dia melihat bangkai-bangkai naga bergelimpangan di tepi pantai. Sesaat dia mendongak ke atas, seolah-olah meminta bantuan kepada Sang Pencipta. Setelah itu dia menunduk, menutup sayapnya, berada dalam kebimbangan.“Yang Mulia,” panggil salah satu naga yang mengampirinya.“Aku sedang ingin sendiri,” ucap Lelouch.“Tidak, bukan begitu Yang Mulia. Lihat ke atas!” ucap naga tersebut.Lelouch mendongak. Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Lelo
“Bagaimana awalnya kita, para naga bisa menempati bumi ini?” tanya sesosok naga bersirip hitam dan putih. Di depannya tampak naga-naga kecil sedang duduk mendengarkan petuah-petuahnya. Hari ini adalah hari rutin untuk anak-anak naga mendapatkan pelajaran dari naga Lelouch. “Kita adalah makhluk yang dikutuk, tetapi sebagian dari kita dimaafkan. Bapak kita, adalah naga yang membuat bumi ini jadi ditempati oleh manusia. Namanya Azrael, dia penguasa lautan, sedangkan kita penguasa daratan,” lanjut Lelouch. “Yang Mulia, apakah kita akan terus bertempur dengan mereka?” tanya salah seekor naga kecil. “Pertempuran ini akan terus berlanjut sampai akhir zaman. Kita hanya bisa mengusirnya agar tidak sampai menguasai daratan. Daratan adalah tempat para manusia dan makhluk-makhluk lainnya, lautan adalah tempat kekuasaannya. Sebab, di sana dia bersama Iblis dan menjadi kaki tangannya,” jawab Lelouch. “Apakah dia bisa dikalahkan?” tanya naga kecil yang lain.
“Penjara apa?” tanya Aryanaga. “Eee… sebentar yang Mulia, apa tidak bisa diringankan hukumannya? Itu Penjara yang mengerikan. Tidak ada satupun yang keluar dari penjara itu sampai sekarang!” ucap sang Pembela. “Penjara apa? Apa itu?” “Pangeran Aryanaga, Penjara Tujuh Pintu adalah Penjara yang berada di kegelapan bumi. Kau tak akan bisa menghirup udara bebas. Di dalamnya ada tujuh pintu yang mana semuanya mewakili tujuh dosa mematikan. Selama jiwamu ada dosa itu, kau tak akan bisa keluar.” Aryanaga terkekeh. “Masukkan aku ke penjara itu. Aku tak keberatan.” “Sudah diputuskan, bawa dia!” ucap seseorang anggota Dewan Kehormatan Naga. Palu pun diketok dan sang pembela tak bisa meringankan hukuman Pangeran Aryanaga. Arya
Aprilia berada di depan dua gundukan tanah. Air matanya terus berderai seperti tak akan pernah habis. Bandi menepuk pundaknya, berusaha menenangkan Aprilia, bagaimana pun Aprilia adalah wanita dan hatinya lembut. Kepergian Raja Primadigda dan Asri membuatnya sedih. Keduanya dikuburkan di tanah terbaik dan tempat terbaik, yaitu di pemakaman para raja. Di tempat ini juga ada makam para raja sebelum Raja Primadigda.Orang-orang banyak yang menghadiri pemakaman itu. Mulai dari para prajurit, menteri dan juga para pejabat kerajaan. Hari itu rakyat berkabung atas gugurnya Raja Primadigda. Rumor pun cepat menyebar kalau Raja Primadigda dikalahkan oleh anaknya sendiri. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang motif pembunuhan ini. Aprilia dan Bandi sengaja tidak memberitahu, karena saat ini Antabogolah yang berkuasa. Nyaris semua lini kekuatan militer sekarang di pegang oleh Antabogo, sehingga mustahil baginya membuat su
Aryanaga sama sekali tak bercanda. Dia kembali mengeluarkan tombak elemental dari telapak tangannya, kali ini warnanya kekuningan dengan percikan energi listrik di sekitar ujung tombaknya. Menyadari ada bahaya, Pangeran Bagar menjauh. Aryanaga tetap fokus kepadanya. Setiap pergerakan Pangeran Bagar, bisa dilihatnya. Dan ternyata, Aryanaga tak hanya mengeluarkan satu tombak, tapi lagi, lagi dan lagi hingga sepuluh tombak dengan energi listrik melayang di atasnya. Aryanaga mengambil satu per satu tombaknya, melemparkannya dengan kuat.Pangeran Bagar tak bisa kabur dari serangan itu. Sepuluh tombak beruntun menghantam di sekitarnya. Sepuluh kali petir menyambar-nyambar, jutaan volt menghantam tanah hingga menimbulkan ledakan listrik yang menggelegar.Aprilia dan Bandi yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh cukup ngeri dengan kekuatan yang dimiliki
Bandi masih menangis, tetapi ia juga harus membawa jenazah Raja Primadigda. Dengan tersedu-sedu dia menggendong jenazah tersebut. Aprilia juga melakukannya. Aprilia sekarang yang gantian bermandikan darah Asri. Dia dan Bandi pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Aryanaga yang tak terkendali.Pangeran Bagar menjauh. Kini ratusan prajuritnya menghadapi Aryanaga. Mereka terdiri dari ras naga pilihan yang dilatih dengan ilmu perang yang cukup andal. Pangeran Bagar, tidak pernah salah dalam memilih anak buah. Mereka ahli pedang, tombak dan panah. Para prajurit membentuk formasi mengepung Aryanaga. Aryanaga mengamati mereka. Tombak-tombak terhunus ke arah Aryanaga, setiap tombak ini tentu saja ada bagian dari tubuh para naga, sebagian lagi adalah besi yang ditempa oleh para peri, sehingga bisa melukai para naga.Aryanaga sama sekali tak gentar. Ia mengeluarkan kekuatan yang san
“Pangeran Bagar, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kau hanya menginginkan Aryanaga? Kenapa kau lukai Asri?” tanya Aprilia. Air matanya tak mampu lagi dibendung. Ia memeluk tubuh Asri yang terbujur kaku.Tangan Asri meremas lengan Aprilia. Suaranya terbata-bata lirih terdengar di telinga Aprilia yang sangat peka. Pangeran Bagar merasa tak bersalah. Dia telah menuntaskan rencananya agar Aryanaga kehilangan sesuatu yang ia cintai. Pangeran Bagar menganggap Asri adalah orang yang dicintai oleh Pangeran Aryanaga, maka dari itu misinya hanya satu yaitu membunuh Asri, tetapi tanpa mengotori tangannya. Sayang sekali rencananya meleset.“Omong kosong semua ini. Kenapa kalian mengacaukan semua rencanaku?” gerutu Pangeran Bagar, “aku adalah ahli strategi terbaik. Kalau begini caranya, ayahku tak akan mengakuiku.”
“Ayah mengamuk!” seru Aryanaga.“Aku bisa melihatnya. Yang Mulia Primadigda akan berubah ke wujud naganya, kesempatan kita cuma satu. Kamu bisa?” tanya Aprilia.Aryanaga menggeleng. “Aku tak bisa.”“Pangeran!” Aprilia memegang bahu Aryanaga. “Semuanya akan baik-baik saja, kau tidak bersalah atas hal ini. Ini yang diinginkan ayahmu.”“Tapi...”Aryanaga menatap mata Aprilia. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan satu sama lain. Aryanaga mencari sudut mata Aprilia, di sudut mata Aprilia ada rasa percaya kepadanya. Aprilia tahu, ini ujian terberat Aryanaga untuk saat ini. Kalau mereka kalah sekarang, semuanya akan sia-sia belaka.“Bantu ak
Primadigda memulai menerjang ke arah Asri. Aryanaga mencoba menghalangi, tubuhnya menghadang Raja Primadigda, sayangnya Primadigda memutar tubuhnya sehingga bisa mengecoh Aryanaga begitu saja. Namun, Aprilia dengan cepat menendang tubuh Primadigda sehingga sang Raja terempas ke belakang. Aryanaga tak tega melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.Aprilia tiba-tiba melayangkan tamparannya dengan keras ke pipi Aryanaga. “BANGUN! Apa yang kau lakukan?”Aryanaga terkejut.“Kau mau Asri tewas? Bertarunglah dengan sungguh-sungguh! Aku tahu dia ayahmu, tapi saat ini kau tak punya pilihan. Kalahkan beliau, lalu kita sama-sama menghajar Bagar,” ucap Aprilia menyemangati Aryanaga, “kau tak perlu khawatir, ayahmu yang menginginkan ini. Nyawanya tidak akan sia-sia. Ia bangga melatih anaknya untuk terakhir kali. Ia juga