“S-sebentar, b-bagaimana bisa terjadi? Kau Damar? Tidak mungkin! Damar itu kadal, trus kau ini manusia. Manusia apa sebenarnya kau ini?”
“Sudah kubilang ceritanya panjang. Kau mau aku menceritakan semuanya?”
Asri mengangguk. Jantungnya berdegup kencang seperti orang yang lari marathon. Kalau misalnya Aryanaga adalah Damar, maka Asri sudah tahu jawaban teka-teki kenapa Aryanaga tahu tentang alerginya. Masalahnya adalah bukan saja alerginya, tetapi seluruh keluh kesahnya, bahkan juga apa yang tersembunyi dari dirinya diketahui semua oleh Damar, si kadal kecil yang beruntung.
Aryanaga pun mulai bercerita.
“Aku adalah Putra dari Raja Naga Primadigda. Ya, benar sekali aku adalah anak naga. Ayahku adalah raja naga dan ibuku adalah manusia biasa. Wujudku yang kau lihat tadi adalah setengah naga setengah manusia. Ada suatu peristiwa yang membuatku disihir
Asri terbangun dari tidurnya. Dia merasa kamar yang dia tempati bukan kamarnya, sebab tidak ada barang-barangnya sama sekali. Ini kamar siapa? Yang lebih mengejutkannya dia merasa tidak sendirian di kamar ini. Aryanaga!Asri buru-buru bangun lalu mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin. Bagaimana ia bisa berada di kamar cowok ini? Asri memperhatikan apakah ada yang kurang dari dirinya.Aryanaga terbangun. Dia memperhatikan Asri yang masih memeriksa badannya, barangkali ada cupang-cupang cinta. “Tenang saja, aku bukan cowok yang menggunakan kesempatan di dalam kesempitan. Kau masih utuh.”Terkejut. Wajah Asri memerah.“K-kenapa tidak kau taruh aku di kamarku saja?” protes Asri. “Jadinya kan aku tidak mikir yang tidak-tidak.”“Kalau kau ada di kamarmu, tidak aman. Aku ingin melindungimu, jadi kau harus dek
Di sebuah gedung terbengkalai tampak seseorang sedang duduk di antara salah satu pinggiran balkon. Gedung itu sebenarnya merupakan salah satu gedung bekas yang dulunya hendak diperuntukan untuk bangunan mall, tapi karena vendor proyeknya terkena kasus, akhirnya gedung itu terbengkalai begitu saja. Orang itu melihat ponselnya sambil menggeser-geser layar membaca berita. Dari bawah tampak beberapa bayangan gelap menghampiri.“Dunia manusia cukup unik, bila dibandingkan dengan dunia kita,” gumam lelaki itu. “Terus terang, aku sangat kagum dengan teknologi yang bernama ponsel.”“Yang Mulia, sudah siap untuk bergerak?” tanya salah satu bayangan hitam.“Anak itu masih seperti bocah. Dia tak tahu apa yang sedang dihadapinya. Mengumbar kekuatannya, hancurkan sana, hancurkan sini. Aku sudah menduga tak akan susah menemukan Aryanaga,” lanjut lelaki tersebut, &ld
Asri dan Tyas sedang berada di kantin siang itu. Tentu saja keberadaan Aryanaga dan Asri berboncengan jadi buah bibir. Orang-orang jadi bertanya-tanya tentang hubungan keduanya. Asri sendiri sampai sekarang masih jual mahal, meskipun dengan kondisi yang sudah jelas-jelas ia juga menginginkan pemuda itu.“Gimana tuh? Kamu bikin cowok-cowok sekampus patah hati,” kekeh Tyas.“Apa sih?” Asri memutar bola matanya.“Lha? Kamu kan boncengan ama si ganteng,” ucap Tyas, “masa’ kamu nggak lihat tuh mereka seperti menjauh begitu tahu kamu deketan ama si Aryanaga.”“Biarinlah, orang cuma boncengan biasa kok. Kan wajar,” kata Asri membela diri.“Heleh, masih jual mahal ya?” ucap Tyas sambil mencibir.Asri pura-pura tak menggubris. Dia fokus ke makan siangnya, semangko
Asri tiba-tiba sudah berada di dalam dekapan Aryanaga. Sang Putra Naga segera membawa Asri menjauh dari pertempuran. Begitu Aryanaga menemukan tempat yang cukup terlindungi, ia segera menurunkan Asri. “Kau di sini dulu!” ujar Aryanaga. “Aku akan membereskan mereka.” “Arya!” ucap Asri sebelum Aryanaga meninggalkannya. Tangan Asri merangkul lengan pemuda itu. “Aku akan baik-baik saja,” kata Aryanaga. Asri kemudian melepaskan pegangannya. Pemuda naga itu segera berlari meninggalkan Asri. Dia harus menjauhkan para goblin dari Asri. Asri mengamati dirinya sekarang berada di mana. Ternyata ia berada di pojok kelas yang tempatnya cukup terpencil. Dia bisa melihat Aryanaga menjauh dengan dikejar oleh gerombolan goblin. Pemuda itu mulai menghadapi lawannya satu per satu. Aryanaga berusaha menyerang salah satu dari goblin. Mereka berjumlah enam orang. Satu go
“Bagaimana pun juga empat lawan satu itu tidak adil,” ucap Aryanaga. Dia berusaha memberikan alasan kenapa dia kalah.“Kalah ya, kalah saja, Pangeran. Dalam peperangan kau bisa saja melawan seratus orang sendirian. Kami cuma berenam,” ucap goblin yang menempelkan pisaunya ke leher Aryanaga. “Baiklah, kami berempat sekarang. Kami memang terlatih untuk melawan para naga sepertimu, apalagi yang tidak pernah menghadapi pertempuran seperti kami sebelumnya.”“Kami diminta menyerahkanmu hidup-hidup, tentunya kami tak akan membunuhmu. Tetapi, kami masih bisa membuatmu lumpuh, misalnya kaki dan tangan dipotong. Hehehe,” kata goblin yang lainnya.Ketiga goblin yang lainnya kemudian memegangi kaki dan tangan Aryanaga. Aryanaga meronta, tetapi pisau dari tulang naga itu menempel di lehernya, bahkan menyayat kulit sisik naganya. Darah mengalir dari luka tersebut. D
Aprilia hendak melangkah lagi, tetapi Asri menghalanginya. Aryanaga menepuk pundak Asri. Asri menoleh kepadanya. Aryanaga memberi isyarat kalau ia tak apa-apa. “Aku tak apa-apa.”“Tapi...,” Asri kesal. Dia merasa diusir.“Kau boleh di situ terus. Aku tak akan mengobati pacarmu,” kata Aprilia kepada Asri.Asri terkejut. Dia tak tahu kalau Aryanaga terluka. “K-kau terluka?”“Berbaliklah!” pinta Aprilia.Aryanaga kemudian menurut. Asri bergeser. Dia membiarkan Aprilia melakukan tugasnya. Tangan kanan Aprilia dia arahkan ke punggung Aryanaga yang terluka. Darah mengalir dari luka tersebut. Aprilia memejamkan mata, mengonsentrasikan energi ke telapak tangannya. Dari telapak tangannya muncul api berwarna hijau. Api itu tidak membakar. Aprilia menempelkan telapak tangannya ke luka Aryanaga.
Alam Ikatan menghilang saat Aryanaga menutupnya. Mereka kembali ke dunia nyata, ke tempat di mana manusia-manusia hanya melihat apa yang seharusnya mereka lihat. Orang-orang terlihat ramai lagi dan ketiga orang yang tadi berada di alam ikatan sekarang berada di tengah lapangan. Jarak yang sangat jauh dari kantin. Tentu saja, Tyas kebingungan melihat dua rekannya tiba-tiba lenyap di hadapannya.“Kita harus bicara,” ucap Asri kepada Aryanaga.Aryanaga menggeleng. “Kita harus bicara,” lanjut Aryanaga sambil menunjuk ke arah Aprilia.Aprilia mengangkat bahu. “Aku siap kapan saja.”Dari kejauhan, tampak seorang lelaki setengah baya dengan baju nyentrik tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Aryanaga langsung mengenali Bandi dari baju rapinya. Pria ini selalu berpakaian rapi. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya.“Pangeran,
Setelah keduanya merasa percakapan mereka tak terdengar barulah Bandi memulai pembicaraan. “Putri Aprilia, kenapa Putri tak menjelaskan hal itu?”“Apa yang perlu dijelaskan?” tanya Aprilia.“Tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kalau begini caranya Pangeran Arya tak akan tahu duduk perkara yang sebenarnya!” kata Bandi.Aprilia menoleh ke arahnya. Bandi tak berani menatap mata perempuan ini. Mata Aprilia yang terlihat sekarang sangat berbeda dengan apa yang pernah dilihatnya dulu. Aprilia tersenyum.“Lihatlah keduanya! Mereka bahagia kok. Lagipula buat apa aku harus menceritakan peristiwa itu? Biarkan dia bahagia dengan dunianya sekarang ini. Yang terpenting adalah dia harus kuat kalau Bagar mulai melakukan penyerangan. Masalahnya sekarang, dia terlalu terekspos. Bagar sudah mengetahui keberadaan dia. Lalu kenapa kalian tidak pindah?&rd