Asri dan Tyas sedang berada di kantin siang itu. Tentu saja keberadaan Aryanaga dan Asri berboncengan jadi buah bibir. Orang-orang jadi bertanya-tanya tentang hubungan keduanya. Asri sendiri sampai sekarang masih jual mahal, meskipun dengan kondisi yang sudah jelas-jelas ia juga menginginkan pemuda itu.
“Gimana tuh? Kamu bikin cowok-cowok sekampus patah hati,” kekeh Tyas.
“Apa sih?” Asri memutar bola matanya.
“Lha? Kamu kan boncengan ama si ganteng,” ucap Tyas, “masa’ kamu nggak lihat tuh mereka seperti menjauh begitu tahu kamu deketan ama si Aryanaga.”
“Biarinlah, orang cuma boncengan biasa kok. Kan wajar,” kata Asri membela diri.
“Heleh, masih jual mahal ya?” ucap Tyas sambil mencibir.
Asri pura-pura tak menggubris. Dia fokus ke makan siangnya, semangko
Asri tiba-tiba sudah berada di dalam dekapan Aryanaga. Sang Putra Naga segera membawa Asri menjauh dari pertempuran. Begitu Aryanaga menemukan tempat yang cukup terlindungi, ia segera menurunkan Asri. “Kau di sini dulu!” ujar Aryanaga. “Aku akan membereskan mereka.” “Arya!” ucap Asri sebelum Aryanaga meninggalkannya. Tangan Asri merangkul lengan pemuda itu. “Aku akan baik-baik saja,” kata Aryanaga. Asri kemudian melepaskan pegangannya. Pemuda naga itu segera berlari meninggalkan Asri. Dia harus menjauhkan para goblin dari Asri. Asri mengamati dirinya sekarang berada di mana. Ternyata ia berada di pojok kelas yang tempatnya cukup terpencil. Dia bisa melihat Aryanaga menjauh dengan dikejar oleh gerombolan goblin. Pemuda itu mulai menghadapi lawannya satu per satu. Aryanaga berusaha menyerang salah satu dari goblin. Mereka berjumlah enam orang. Satu go
“Bagaimana pun juga empat lawan satu itu tidak adil,” ucap Aryanaga. Dia berusaha memberikan alasan kenapa dia kalah.“Kalah ya, kalah saja, Pangeran. Dalam peperangan kau bisa saja melawan seratus orang sendirian. Kami cuma berenam,” ucap goblin yang menempelkan pisaunya ke leher Aryanaga. “Baiklah, kami berempat sekarang. Kami memang terlatih untuk melawan para naga sepertimu, apalagi yang tidak pernah menghadapi pertempuran seperti kami sebelumnya.”“Kami diminta menyerahkanmu hidup-hidup, tentunya kami tak akan membunuhmu. Tetapi, kami masih bisa membuatmu lumpuh, misalnya kaki dan tangan dipotong. Hehehe,” kata goblin yang lainnya.Ketiga goblin yang lainnya kemudian memegangi kaki dan tangan Aryanaga. Aryanaga meronta, tetapi pisau dari tulang naga itu menempel di lehernya, bahkan menyayat kulit sisik naganya. Darah mengalir dari luka tersebut. D
Aprilia hendak melangkah lagi, tetapi Asri menghalanginya. Aryanaga menepuk pundak Asri. Asri menoleh kepadanya. Aryanaga memberi isyarat kalau ia tak apa-apa. “Aku tak apa-apa.”“Tapi...,” Asri kesal. Dia merasa diusir.“Kau boleh di situ terus. Aku tak akan mengobati pacarmu,” kata Aprilia kepada Asri.Asri terkejut. Dia tak tahu kalau Aryanaga terluka. “K-kau terluka?”“Berbaliklah!” pinta Aprilia.Aryanaga kemudian menurut. Asri bergeser. Dia membiarkan Aprilia melakukan tugasnya. Tangan kanan Aprilia dia arahkan ke punggung Aryanaga yang terluka. Darah mengalir dari luka tersebut. Aprilia memejamkan mata, mengonsentrasikan energi ke telapak tangannya. Dari telapak tangannya muncul api berwarna hijau. Api itu tidak membakar. Aprilia menempelkan telapak tangannya ke luka Aryanaga.
Alam Ikatan menghilang saat Aryanaga menutupnya. Mereka kembali ke dunia nyata, ke tempat di mana manusia-manusia hanya melihat apa yang seharusnya mereka lihat. Orang-orang terlihat ramai lagi dan ketiga orang yang tadi berada di alam ikatan sekarang berada di tengah lapangan. Jarak yang sangat jauh dari kantin. Tentu saja, Tyas kebingungan melihat dua rekannya tiba-tiba lenyap di hadapannya.“Kita harus bicara,” ucap Asri kepada Aryanaga.Aryanaga menggeleng. “Kita harus bicara,” lanjut Aryanaga sambil menunjuk ke arah Aprilia.Aprilia mengangkat bahu. “Aku siap kapan saja.”Dari kejauhan, tampak seorang lelaki setengah baya dengan baju nyentrik tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Aryanaga langsung mengenali Bandi dari baju rapinya. Pria ini selalu berpakaian rapi. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya.“Pangeran,
Setelah keduanya merasa percakapan mereka tak terdengar barulah Bandi memulai pembicaraan. “Putri Aprilia, kenapa Putri tak menjelaskan hal itu?”“Apa yang perlu dijelaskan?” tanya Aprilia.“Tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kalau begini caranya Pangeran Arya tak akan tahu duduk perkara yang sebenarnya!” kata Bandi.Aprilia menoleh ke arahnya. Bandi tak berani menatap mata perempuan ini. Mata Aprilia yang terlihat sekarang sangat berbeda dengan apa yang pernah dilihatnya dulu. Aprilia tersenyum.“Lihatlah keduanya! Mereka bahagia kok. Lagipula buat apa aku harus menceritakan peristiwa itu? Biarkan dia bahagia dengan dunianya sekarang ini. Yang terpenting adalah dia harus kuat kalau Bagar mulai melakukan penyerangan. Masalahnya sekarang, dia terlalu terekspos. Bagar sudah mengetahui keberadaan dia. Lalu kenapa kalian tidak pindah?&rd
“Aku nggak apa-apa kok. Iya, tenang aja,” ucap Asri sambil menelpon Tyas yang khawatir karena tiba-tiba dia dan Aryanaga menghilang di hadapannya seperti sulap. “Ya udah, besok aku telpon lagi deh.”Asri meniup poni rambut yang menutupi dahi. Dia sedang berada di kamar kos dengan pintu terbuka. Dia memang baru saja kembali. Hari ini ia izin lagi tidak bekerja. Tentunya karena masalah yang tidak bisa ia ceritakan ke atasannya. Bagaimana mungkin dia bercerita kalau sekarang ini dia akan menghadapi persoalan keluarga para naga? Bisa-bisa diketawain orang sekantor.Aprilia ikut ke tempat Aryanaga. Meskipun terlihat jagoan, ada sisi di dalam diri Aprilia yang dilihat oleh Asri sebagai perempuan feminim. Dari tatapan matanya, Asri bisa langsung mengetahui perempuan ini ada perasaan kepada Aryanaga, tetapi dengan keras Aprilia berusaha menyembunyikannya. Sebagai perempuan dia tah
“Kau mau kemana emangnya?” tanya Asri.“Besok kita berangkat ke Semeru,” jawab Aryanaga.“Heh? Buat apa?”“Latihan,” jawab Aryanaga. “O iya, kamu tak tahu latihannya seperti apa, ya. Kita latihan di puncak gunung, sekaligus aku ingin mengajakmu untuk menemui ibuku.”“Serius?” tanya Asri.“Serius,” jawab Aryanaga.Asri bingung untuk menghadapi hal ini. Ternyata mereka serius untuk latihan. Di puncak Gunung Semeru. Itu artinya pasti berat sekali latihannya. Apa dia bisa siap? Asri sendiri tak mempersiapkan hal ini.“Ya sudahlah, tapi makan dulu yuk?” ajak Asri. Ia ingin memberitahukan kepada Aryanaga kalau ia bisa jadi istri yang baik. Bisa memasak masakan yang paling enak.Semuanya kemudian me
Aprilia bukan orang yang pemilih dalam membeli baju. Dia hanya butuh baju-baju praktis dan gotik. Warnanya gelap semua. Aryanaga membebaskan perempuan itu memilih baju tanpa harus berkomentar. Bahkan, saat mereka berada di tempat pakaian dalam wanita pun, Aryanaga tak berkomentar. Aprilia langsung memakai baju yang ia beli. Kali ini bajunya adalah sweater warna oranye tanpa lengan, celana jins selutut. Tak lupa ia juga membeli sepatu, karena tentu saja ia butuh sepatu. Sejak dari pertama kali bertemu dengan Aryanaga, dia tak memakai alas kaki. Sekarang penampilan Aprilia lebih seperti ABG. Ras naga memang memiliki kemampuan untuk menipu usia. Aryanaga menelan ludah saat melihat bagaimana pesona Aprilia.“Kau tidak suka aku pakaian ini?” tanya Aprilia.“Suka kok,” jawab Aryanaga.Aprilia tersenyum. “Terima kasih.”“Oh ya, ngomong-ngomon
Ternyata serangan tersebut tidak hanya dari satu sisi bumi saja. Daratan lain pun sudah mulai diserang. Para naga tersebut mulai memasuki pantai dari daratan yang lain, hingga setiap manusia yang mereka temui pun dimangsa. Mereka tidak melihat apakah itu orang dewasa atau anak-anak. Lelouch dan pasukan naganya tak mampu berbuat apa-apa selain menghalau apa yang mereka bisa. Hari itu mereka kalah, meskipun memenangkan pertempuran.Lelouch bertengger di atas bukit. Dari kejauhan dia melihat bangkai-bangkai naga bergelimpangan di tepi pantai. Sesaat dia mendongak ke atas, seolah-olah meminta bantuan kepada Sang Pencipta. Setelah itu dia menunduk, menutup sayapnya, berada dalam kebimbangan.“Yang Mulia,” panggil salah satu naga yang mengampirinya.“Aku sedang ingin sendiri,” ucap Lelouch.“Tidak, bukan begitu Yang Mulia. Lihat ke atas!” ucap naga tersebut.Lelouch mendongak. Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Lelo
“Bagaimana awalnya kita, para naga bisa menempati bumi ini?” tanya sesosok naga bersirip hitam dan putih. Di depannya tampak naga-naga kecil sedang duduk mendengarkan petuah-petuahnya. Hari ini adalah hari rutin untuk anak-anak naga mendapatkan pelajaran dari naga Lelouch. “Kita adalah makhluk yang dikutuk, tetapi sebagian dari kita dimaafkan. Bapak kita, adalah naga yang membuat bumi ini jadi ditempati oleh manusia. Namanya Azrael, dia penguasa lautan, sedangkan kita penguasa daratan,” lanjut Lelouch. “Yang Mulia, apakah kita akan terus bertempur dengan mereka?” tanya salah seekor naga kecil. “Pertempuran ini akan terus berlanjut sampai akhir zaman. Kita hanya bisa mengusirnya agar tidak sampai menguasai daratan. Daratan adalah tempat para manusia dan makhluk-makhluk lainnya, lautan adalah tempat kekuasaannya. Sebab, di sana dia bersama Iblis dan menjadi kaki tangannya,” jawab Lelouch. “Apakah dia bisa dikalahkan?” tanya naga kecil yang lain.
“Penjara apa?” tanya Aryanaga. “Eee… sebentar yang Mulia, apa tidak bisa diringankan hukumannya? Itu Penjara yang mengerikan. Tidak ada satupun yang keluar dari penjara itu sampai sekarang!” ucap sang Pembela. “Penjara apa? Apa itu?” “Pangeran Aryanaga, Penjara Tujuh Pintu adalah Penjara yang berada di kegelapan bumi. Kau tak akan bisa menghirup udara bebas. Di dalamnya ada tujuh pintu yang mana semuanya mewakili tujuh dosa mematikan. Selama jiwamu ada dosa itu, kau tak akan bisa keluar.” Aryanaga terkekeh. “Masukkan aku ke penjara itu. Aku tak keberatan.” “Sudah diputuskan, bawa dia!” ucap seseorang anggota Dewan Kehormatan Naga. Palu pun diketok dan sang pembela tak bisa meringankan hukuman Pangeran Aryanaga. Arya
Aprilia berada di depan dua gundukan tanah. Air matanya terus berderai seperti tak akan pernah habis. Bandi menepuk pundaknya, berusaha menenangkan Aprilia, bagaimana pun Aprilia adalah wanita dan hatinya lembut. Kepergian Raja Primadigda dan Asri membuatnya sedih. Keduanya dikuburkan di tanah terbaik dan tempat terbaik, yaitu di pemakaman para raja. Di tempat ini juga ada makam para raja sebelum Raja Primadigda.Orang-orang banyak yang menghadiri pemakaman itu. Mulai dari para prajurit, menteri dan juga para pejabat kerajaan. Hari itu rakyat berkabung atas gugurnya Raja Primadigda. Rumor pun cepat menyebar kalau Raja Primadigda dikalahkan oleh anaknya sendiri. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang motif pembunuhan ini. Aprilia dan Bandi sengaja tidak memberitahu, karena saat ini Antabogolah yang berkuasa. Nyaris semua lini kekuatan militer sekarang di pegang oleh Antabogo, sehingga mustahil baginya membuat su
Aryanaga sama sekali tak bercanda. Dia kembali mengeluarkan tombak elemental dari telapak tangannya, kali ini warnanya kekuningan dengan percikan energi listrik di sekitar ujung tombaknya. Menyadari ada bahaya, Pangeran Bagar menjauh. Aryanaga tetap fokus kepadanya. Setiap pergerakan Pangeran Bagar, bisa dilihatnya. Dan ternyata, Aryanaga tak hanya mengeluarkan satu tombak, tapi lagi, lagi dan lagi hingga sepuluh tombak dengan energi listrik melayang di atasnya. Aryanaga mengambil satu per satu tombaknya, melemparkannya dengan kuat.Pangeran Bagar tak bisa kabur dari serangan itu. Sepuluh tombak beruntun menghantam di sekitarnya. Sepuluh kali petir menyambar-nyambar, jutaan volt menghantam tanah hingga menimbulkan ledakan listrik yang menggelegar.Aprilia dan Bandi yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh cukup ngeri dengan kekuatan yang dimiliki
Bandi masih menangis, tetapi ia juga harus membawa jenazah Raja Primadigda. Dengan tersedu-sedu dia menggendong jenazah tersebut. Aprilia juga melakukannya. Aprilia sekarang yang gantian bermandikan darah Asri. Dia dan Bandi pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Aryanaga yang tak terkendali.Pangeran Bagar menjauh. Kini ratusan prajuritnya menghadapi Aryanaga. Mereka terdiri dari ras naga pilihan yang dilatih dengan ilmu perang yang cukup andal. Pangeran Bagar, tidak pernah salah dalam memilih anak buah. Mereka ahli pedang, tombak dan panah. Para prajurit membentuk formasi mengepung Aryanaga. Aryanaga mengamati mereka. Tombak-tombak terhunus ke arah Aryanaga, setiap tombak ini tentu saja ada bagian dari tubuh para naga, sebagian lagi adalah besi yang ditempa oleh para peri, sehingga bisa melukai para naga.Aryanaga sama sekali tak gentar. Ia mengeluarkan kekuatan yang san
“Pangeran Bagar, kenapa kau lakukan ini? Bukannya kau hanya menginginkan Aryanaga? Kenapa kau lukai Asri?” tanya Aprilia. Air matanya tak mampu lagi dibendung. Ia memeluk tubuh Asri yang terbujur kaku.Tangan Asri meremas lengan Aprilia. Suaranya terbata-bata lirih terdengar di telinga Aprilia yang sangat peka. Pangeran Bagar merasa tak bersalah. Dia telah menuntaskan rencananya agar Aryanaga kehilangan sesuatu yang ia cintai. Pangeran Bagar menganggap Asri adalah orang yang dicintai oleh Pangeran Aryanaga, maka dari itu misinya hanya satu yaitu membunuh Asri, tetapi tanpa mengotori tangannya. Sayang sekali rencananya meleset.“Omong kosong semua ini. Kenapa kalian mengacaukan semua rencanaku?” gerutu Pangeran Bagar, “aku adalah ahli strategi terbaik. Kalau begini caranya, ayahku tak akan mengakuiku.”
“Ayah mengamuk!” seru Aryanaga.“Aku bisa melihatnya. Yang Mulia Primadigda akan berubah ke wujud naganya, kesempatan kita cuma satu. Kamu bisa?” tanya Aprilia.Aryanaga menggeleng. “Aku tak bisa.”“Pangeran!” Aprilia memegang bahu Aryanaga. “Semuanya akan baik-baik saja, kau tidak bersalah atas hal ini. Ini yang diinginkan ayahmu.”“Tapi...”Aryanaga menatap mata Aprilia. Untuk beberapa detik mereka saling berpandangan satu sama lain. Aryanaga mencari sudut mata Aprilia, di sudut mata Aprilia ada rasa percaya kepadanya. Aprilia tahu, ini ujian terberat Aryanaga untuk saat ini. Kalau mereka kalah sekarang, semuanya akan sia-sia belaka.“Bantu ak
Primadigda memulai menerjang ke arah Asri. Aryanaga mencoba menghalangi, tubuhnya menghadang Raja Primadigda, sayangnya Primadigda memutar tubuhnya sehingga bisa mengecoh Aryanaga begitu saja. Namun, Aprilia dengan cepat menendang tubuh Primadigda sehingga sang Raja terempas ke belakang. Aryanaga tak tega melihat ayahnya diperlakukan seperti itu.Aprilia tiba-tiba melayangkan tamparannya dengan keras ke pipi Aryanaga. “BANGUN! Apa yang kau lakukan?”Aryanaga terkejut.“Kau mau Asri tewas? Bertarunglah dengan sungguh-sungguh! Aku tahu dia ayahmu, tapi saat ini kau tak punya pilihan. Kalahkan beliau, lalu kita sama-sama menghajar Bagar,” ucap Aprilia menyemangati Aryanaga, “kau tak perlu khawatir, ayahmu yang menginginkan ini. Nyawanya tidak akan sia-sia. Ia bangga melatih anaknya untuk terakhir kali. Ia juga