Malam itu Aprilia tak bisa tidur, meskipun ia telah menutup matanya. Akhirnya ia hanya memejamkan matanya saja, tapi hatinya terjaga. Malam itu ia kembali teringat tentang Asri. Dia benar-benar menyesal tak bisa melindungi Asri. Padahal, Aprilia sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Ia masih tak bisa memaafkan dirinya yang tak bisa melindungi Asri. Andainya ia bisa bertemu lagi, ia akan meminta maaf kepada gadis itu.
Pagi pun datang, Aprilia segera bangun dari tempat tidurnya. Dia disediakan kamar oleh istana. Kamarnya tak begitu luas, namun cukup nyaman sebenarnya. Walaupun ia tak bisa tidur, tetapi kondisi kamar membuat badannya segar. Mungkin juga pengaruh dari ranjangnya yang didesain khusus untuk memulihkan badan. Serta aroma-aroma terapi yang ada di ruangannya, yang bersum
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Aprilia. Asri mengangkat bahunya. “Aku tak tahu. Mungkin, aku di sini memang untuk bertemu dengan Kak Aprilia.”Aprilia langsung memeluk Asri. Dia sangat merindukan gadis itu. Entah ini kenyataan atau bukan, ia tak peduli. Yang ingin dilakukan Aprilia hanyalah memeluk Asri. “Ini kamu? Beneran kamu?” tanya Aprilia. Ia melepaskan pelukannya memperhatikan wajah Asri. Wajahnya sama. Perawakannya sama. “
Aprilia sekarang sendirian. Ruangan putih itu pun perlahan-lahan menghilang, pudar seperti terhapus begitu saja. Aprilia kembali berada di dalam kegelapan. Hanya terdengar suara gemercik air terjun. Ia pun melangkah kembali ke asal suara air terjun tersebut. Ada perasaan lega setelah bertemu dengan Asri tadi. Memaafkan diri bukanlah hal yang mudah. Menerima kelemahan diri, membuatnya makin menjadi kuat. Ia sadar kelemahan dirinya, ia pun kini bertekad untuk terus melangkah maju, meskipun terlihat hal itu tidak mungkin. Mungkin memang Kerajaan Peri tak bisa membantunya, tetapi semua pasti ada jalan. Ia tak akan menyerah begitu saja. Pasti ada jalan lain. Aprilia kembali keluar dari air terjun. Sang ratu tampak sedang duduk di atas batu sambil dikelilingi dua ekor rusa bertanduk. Rusa-ru
Bandi kemudian singgah di pub. Pub terlihat ramai dengan berbagai macam orang di dalamnya. Segala macam ras ada di dalam pub tersebut. Mulai dari manusia, ras naga, krull, goblin hingga berbagai macam makhluk bertubuh separuh manusia, separuh hewan. Penjaga pub memmperhatikan Bandi yang baru masuk. Pub lumayan ramai, meskipun di luar keadaannya lengang. Bandi menghampiri penjaga pub sambil mengambil tempat duduk yang kosong di depannya. “Satu sloki minuman energi,” ucap Bandi. “Lima Koruna,” ucap penjaga pub.
Masuk ke Imperium tidak mudah. Gerbang terbesar di sebelah utara adalah satu-satunya jalan untuk bisa masuk ke Imperium dari seluruh wilayah di Dunia Bawah. Bagian selatan dari Imperium sendiri berupa lautan yang luas dan tidak terjamah. Tak ada yang pernah tahu ada apa di jauh selatan sana. Namun, dari setiap kapal yang berlayar jauh ke selatan, kebanyakan tak pernah kembali lagi. Teknologi yang dimiliki oleh Imperium lebih maju daripada yang lainnya. Meskipun begitu, sepertinya Imperium tak ingin berbagi dengan siapapun, baik kepada kawan ataupun lawan. Imperium tidak pernah juga ikut dalam hubungan bilateral dengan kerajaan-kerajaan yang lainnya, mereka seperti tertutup dari dunia luar, sama seperti Kerajaan Peri. Namun, Kerajaan Peri masih ada hubungannya dengan raja-raja dari ras
“Kau sangat suka merokok. Kau juga suka makan-makanan yang berbau hasil laut. Hal yang paling kau takuti sekarang ini adalah catatan tentang penggelapan uangmu bisa diketahui oleh anggota kerajaan, sebab apabila itu terjadi maka kau akan dipecat dari pekerjaanmu. Rumahmu dan segala harta yang kau punyai akan hapus begitu saja,” terang Bagar. Palmo terbelalak. Dia segera mengeluarkan sesuatu dari bawah meja. Ternyata ia mengeluarkan pistol yang siap untuk ditembakkan. Pistol itu benar-benar ia arahkan ke Bagar. Koila memutar bola matanya. “K-kau, bagaimana kau tahu semua itu?” tanya Palmo. “
“Katakan!”“K-kau bisa ikut aku masuk ke sana. Hanya para pejabat yang bisa keluar masuk Imperium dengan bebas,” jawab Palmo. “Kalau begitu, antar aku masuk ke Imperium atau aku habisi kau di sini. Aku ini sangat kuat,” ancam Bandi.Palmo tak bisa berbuat apa-apa. Ia pun akhirnya hanya bisa menurut kepada Bandi. Dia benar-benar sial hari ini. Masih mendingan Bagar tidak berbuat apa-apa kepadanya, tetapi Bandi bukan orang yang bisa diajak bicara. Ia lebih mementingkan ototnya daripada isi kepalanya. Bandi menyadari pesan yang disampaikan ole
Bagar tertegun melihat bagaimana keadaan Imperium. Kerajaan Imperium dikelilingi tembok-tembok raksasa. Orang-orang terlihat berlalu-lalang di jalanan, kereta-kereta gantung hilir mudik, mobil-mobil berlalu-lalang, mengejutkan di tempat ini juga ada sepeda. Koila juga tertegun dengan semua pemandangan itu. Baru kali ini dia melihat teknologi-teknologi seperti itu. Bagar tidak begitu terkejut. Ia telah melihat yang lebih aneh di Dunia Atas.“Luas sekali,” gumam Koila. “Imperium salah satu benua yang cukup besar di Timur Laut. Benua ini sangat luas, bahkan sejauh mata memandang kau hanya akan melihat tumpukan bangunan. Industri-industri di negeri ini berkembang san
Pangeran Bagar berada di kamar penginapan. Ia memandang suasana kota Imperium dari jendela. Kota yang bahkan ketika malam pun masih seperti siang, karena lampu dimana-mana. Koila mengeluarkan pakaian yang tadi dia beli di toko pakaian. Setelah itu ia masukkan pakaian itu satu per satu ke dalam lemari pakaian yang sudah tersedia di kamar itu. “Bajunya sudah aku simpan di lemari. Kalau kau butuh apa-apa panggil saja aku. Aku mau kembali ke kamar,” kata Koila. “Kau tidur di sini saja!” perintah Pangeran Bagar. “Maaf, aku tak salah dengar?”