Masuk ke Imperium tidak mudah. Gerbang terbesar di sebelah utara adalah satu-satunya jalan untuk bisa masuk ke Imperium dari seluruh wilayah di Dunia Bawah. Bagian selatan dari Imperium sendiri berupa lautan yang luas dan tidak terjamah. Tak ada yang pernah tahu ada apa di jauh selatan sana. Namun, dari setiap kapal yang berlayar jauh ke selatan, kebanyakan tak pernah kembali lagi.
Teknologi yang dimiliki oleh Imperium lebih maju daripada yang lainnya. Meskipun begitu, sepertinya Imperium tak ingin berbagi dengan siapapun, baik kepada kawan ataupun lawan. Imperium tidak pernah juga ikut dalam hubungan bilateral dengan kerajaan-kerajaan yang lainnya, mereka seperti tertutup dari dunia luar, sama seperti Kerajaan Peri. Namun, Kerajaan Peri masih ada hubungannya dengan raja-raja dari ras
“Kau sangat suka merokok. Kau juga suka makan-makanan yang berbau hasil laut. Hal yang paling kau takuti sekarang ini adalah catatan tentang penggelapan uangmu bisa diketahui oleh anggota kerajaan, sebab apabila itu terjadi maka kau akan dipecat dari pekerjaanmu. Rumahmu dan segala harta yang kau punyai akan hapus begitu saja,” terang Bagar. Palmo terbelalak. Dia segera mengeluarkan sesuatu dari bawah meja. Ternyata ia mengeluarkan pistol yang siap untuk ditembakkan. Pistol itu benar-benar ia arahkan ke Bagar. Koila memutar bola matanya. “K-kau, bagaimana kau tahu semua itu?” tanya Palmo. “
“Katakan!”“K-kau bisa ikut aku masuk ke sana. Hanya para pejabat yang bisa keluar masuk Imperium dengan bebas,” jawab Palmo. “Kalau begitu, antar aku masuk ke Imperium atau aku habisi kau di sini. Aku ini sangat kuat,” ancam Bandi.Palmo tak bisa berbuat apa-apa. Ia pun akhirnya hanya bisa menurut kepada Bandi. Dia benar-benar sial hari ini. Masih mendingan Bagar tidak berbuat apa-apa kepadanya, tetapi Bandi bukan orang yang bisa diajak bicara. Ia lebih mementingkan ototnya daripada isi kepalanya. Bandi menyadari pesan yang disampaikan ole
Bagar tertegun melihat bagaimana keadaan Imperium. Kerajaan Imperium dikelilingi tembok-tembok raksasa. Orang-orang terlihat berlalu-lalang di jalanan, kereta-kereta gantung hilir mudik, mobil-mobil berlalu-lalang, mengejutkan di tempat ini juga ada sepeda. Koila juga tertegun dengan semua pemandangan itu. Baru kali ini dia melihat teknologi-teknologi seperti itu. Bagar tidak begitu terkejut. Ia telah melihat yang lebih aneh di Dunia Atas.“Luas sekali,” gumam Koila. “Imperium salah satu benua yang cukup besar di Timur Laut. Benua ini sangat luas, bahkan sejauh mata memandang kau hanya akan melihat tumpukan bangunan. Industri-industri di negeri ini berkembang san
Pangeran Bagar berada di kamar penginapan. Ia memandang suasana kota Imperium dari jendela. Kota yang bahkan ketika malam pun masih seperti siang, karena lampu dimana-mana. Koila mengeluarkan pakaian yang tadi dia beli di toko pakaian. Setelah itu ia masukkan pakaian itu satu per satu ke dalam lemari pakaian yang sudah tersedia di kamar itu. “Bajunya sudah aku simpan di lemari. Kalau kau butuh apa-apa panggil saja aku. Aku mau kembali ke kamar,” kata Koila. “Kau tidur di sini saja!” perintah Pangeran Bagar. “Maaf, aku tak salah dengar?”
Waktu pun berlalu, pagi pun datang. Koila terbangun dari tidurnya. Ia mendapati Pangeran Bagar masih di tempatnya dengan mata terpejam. Koila mendesah. Dia kasihan sebenarnya dengan Pangeran Bagar, kalau saja sifat jelek tidak ada pada diri lelaki itu, mungkin pandangannya tentang Pangeran Bagar akan sedikit berbeda. Biar pun dalam kondisinya seperti ini, tetapi jelas sekali kalau Pangeran Bagar memiliki kharisma tersendiri sebagai seorang lelaki. Dia masih tampan dan wanita manapun akan takluk kepada ketampanannya. Namun, konon dia hanya menyukai seseorang yaitu Putri Vivian, anak angkat ayahnya. Koila beranjak dari tempat tidurnya lalu hendak pergi mencari makanan yang disediakan oleh penginapan. Ia meninggalkan kamar sejenak menuju ke lobi. Di lobi memang ada makanan gratis untuk pa
Colosseum tempat yang ramai. Orang-orang di sini bersorak-sorai untuk pertunjukan para gladiator. Berjuta-juta Koruna berputar di tempat ini. Hiburan yang disukai oleh orang-orang yang ada di tempat ini memang tidak biasa. Mereka lebih suka darah, lebih suka kepala terpotong, lebih suka rasa sakit yang diderita para gladiator. Saat salah satunya menang, mereka bersorak-sorai. Ada wajah-wajah kesal saat mereka kalah dalam taruhan. Sebaliknya, wajah-wajah senang dan sombong terpampang saat jagoan mereka menang. Pangeran Bagar baru mengetahui ada tempat seperti ini. Tempatnya ada di pusat kota. Ia mengikuti Trent dan ternyata dia adalah salah satu keponakan dari Pangeran George. Orangnya suka berjudi, tempat seperti Colosseum ini adalah salah satu tempat favoritnya. Ia bisa bertaruh jutaa
“Dia tampaknya kesal. Apa dia mengenalmu?” tanya Trent. “Oh, tentu saja. Dia dulu adalah bawahanku, jadi aku tahu banyak tentang dia,” jawab Pangeran Bagar. Semua orang tampak sudah memasang taruhannya. Mereka terus meneriakkan nama Atra. Bandi tersenyum sinis ke arah Pangeran Bagar. Bingung juga bagaimana orang itu bisa berada di tribun penonton. Ia juga heran, bagaimana Bagar bisa masuk ke Imperium dengan mudah? “Pertarungan dimulai!” seru pembawa acara.
Mereka lalu masuk ke gedugnya. Pangeran Bagar melihat satu ruangan besar dengan meja berjajar rapi. Rak-rak buku bertumpuk di tempat ini, seperti surga bagi mereka para pecinta buku. Tidak banyak orang di dalamnya seperti perkiraan Pangeran Bagar. Seorang pustakawan tampak berada di mejanya sedang membaca buku. Dia seorang Goblin berkacamata. Melihat kedatangan orang-orang ini ia mencoba membenarkan kacamatanya, sepertinya ingin meyakinkan diri tentang orang yang datang ke tempatnya. “Tuan Muda Trent?” tanyanya. “Kau benar,” jawab Trent. “Kau t
Upacara pernikahan Kerajaan Naga Laut Timur diadakan seminggu setelah pertempuran hebat tersebut. Selain untuk mengobati kesedihan setelah pertempuran, pesta juga diadakan untuk suka cita kemenangan melawan pasukan aliansi. Aryanaga dan Aprilia mengikuti upacara pernikahan yang cukup berbeda dengan apa yang biasanya dilakukan di Dunia Atas.Pengantin perempuan dipingit selama tiga hari. Tidak boleh kemana-mana. Ratu Danaharing Lintang Wungu membantu Aprilia, serta memberikan wejangan-wejangan layaknya seorang ibu. Terus terang Aprilia seperti bermimpi. Tak pernah ia diperlakukan spesial seperti itu sebelumnya. Berbagai perawatan dari luluran yang dipersiapkan sebelum upacara pernikahan benar-benar ia rasakan. Dia sudah seperti ratu.Aryanaga juga demikian. Meskipun ia tak bisa pulang ke Kerajaan Naga Laut Selatan, karena wilayah tersebu
Pertempuran berakhir. Itulah yang sudah terjadi. Pasukan aliansi telah berhasil dipukul mundur. Kerajaan Naga Laut Timur telah diselamatkan. Aprilia kehabisan tenaga setelah menyembuhkan Aryanaga. Luka-luka yang diderita Aryanaga ternyata lebih parah dari perkiraannya, sehingga energi yang dia dapat dari batu kekuatan mampu memulihkan tubuh Aryanaga. Tubuhnya sendiri yang terluka tak mampu ia obati, akhirnya Aryanaga berjalan sambil menggendong Aprilia di punggungnya. Sayangnya ia tak punya tenaga lagi untuk bisa berubah wujud menjadi naga, padahal dengan cara itu ia bisa membawa Aprilia pergi langsung menuju Kerajaan Naga Laut Timur.“Apa yang akan terjadi setelah ini?” tanya Aprilia.“Hmm?” gumam Aryanaga.“Raja Antabogo berkata kalau Dunia Bawah tidak a
Aryanaga berdiri. Dia mengangguk. “Aku menahan kekuatanku karena lawanku adalah pamanku sendiri. Sama seperti ketika aku melawan ayahku. Aku menahan kekuatanku. Seharusnya tidak seperti ini.”“Di dalam peperangan, mau tak mau kau akan menghadapi orang-orang yang kau sayangi. Tidak akan ada yang tahu siapa lawanmu di medan pertempuran. Sekarang, kau mengerti apa yang harus kau lakukan? Inilah bagaimana cara kita bertarung. Kau boleh menjadi manusia, namun dalam pertempuran kau harus menjadi naga.”Aryanga mengangguk. “Menjadi naga.”“Sekarang, tunjukkan kepada mereka bagaimana kau bisa mengalahkan Raja Antabogo, bahkan Raja Azrael!”Aryanaga memejamkan matanya. Raja Lelouch kemudian mengh
Raja Antabogo melipat tangannya. Mulutnya mulai berkomat-kamit merapal mantra. Tubuh Raja Antabogo mulai diselimuti oleh sulur-sulur. Rajutan-rajutan benang terbentuk menyelimuti tubuhnya. Makin lama benang-benang tersebut makin membesar membentuk tubuh Antabogo yang lebih baru. Kini Sang Raja telah berubah menjadi ke wujud naganya. Tidak sebagaimana ras naga yang memiliki tubuh avatar pada umumnya, wujud naganya kali ini mirip seperti wujud hybridnya, lengkap dengan baju zirah. Raja Antabogo membaca mantra. Mantra tersebut membantu agar tubuh dan baju zirah ikut menyatu bersama tubuhnya.Kabut tiba-tiba muncul menyelimuti permukaan padang pasir. Angin berhenti, memberikan rasa ketakutan ke dalam diri setiap makhluk yang berada di tempat tersebut. Aryanaga mampu merasakan ketakutan tersebut. Pengaruh rasa takut ini tidak lain adalah dari baju zirah yang terbentuk dari emas-emas milik Raj
Alter Ego perlahan mendatangi Raja Antabogo. Raja Antabogo menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Aryanaga. Iris mata sang Pangeran menyipit, sangat berbeda dengan sebelumnya. Lebih mengerikan lagi matanya menyala merah. Udara masih dikelilingi oleh api akibat dari kekuatan Aprilia tadi, namun tak membuat Alter Ego Aryanaga gentar. Api tersebut seolah-olah memberi jalan kepadanya, menyingkir, takluk dan tunduk kepada Aryanaga.“Kau bukan Aryanaga,” ucap Raja Antabogo.“Tebak siapa aku,” sahut Aryanaga.“Suaramu seperti suara lebih dari satu orang berbicara serempak. Tatapan matamu juga berbeda. Aku bisa merasakan kekuatanmu berbeda dari Aryanaga. Kau lebih gelap,” ujar Raja Antabogo.“Dan jug
“Aku tahu kalian putus asa. Namun, percuma saja. Kalian tetap tak akan bisa melukaiku,” ujar Raja Antabogo.Aryanaga mengibaskan sayapnya. Kibasan sayapnya membelah angin membuat potongan pisau raksasa tak terlihat menghantam Raja Antabogo beserta perisainya. Terdengar suara nyaring seperti pedang membentur perisai besi. Tetap saja, tebasan itu tidak membuat Raja Antabogo terluka sedikit pun. Aryanaga mengubah serangan untuk menyerangnya dengan menggunakan kekuatan apinya. Dia menghirup napas dalam-dalam setelah itu menyemburkan api dari mulutnya. Raja Antabogo melompat menghindar.Aryanaga tahu kalau dengan tubuh naganya ia akan kesulitan mengejar Raja Antabogo, jadi mau tak mau dia hanya akan mengandalkan kekuatan apinya saja. Sepasang sayap Aprilia bercahaya, kemudian dikibaskannya. Ada yang berbeda dari kibasan sayap ter
“Sekarang giliranku,” ucap Raja Antabogo. Raja Antabogo bergerak sangat cepat untuk menyerang Aprilia. Aprilia berusaha menghindari terjangan Raja Antabogo. Namun, Aprilia kalah dalam hal kecepatan. Raja Antabogo sudah menjerat leher Aprilia dengan ekornya. Mengetahui Aprilia diserang, Aryanaga berusaha menolong Aprilia. Raja Antabogo sepertinya tahu Aryanaga akan menyerangnya, ia berbalik menuju ke pedang besarnya yang tadi ditinggalkannya. Pedang besar tersebut langsung diayunkan ke arah Aryanaga. Terkejut, Aryanaga menghindari dari sebetan pedang tersebut. “Kau kira pedang ini menebas? Kau salah, pedang ini mengejar mangsanya,” ucap Raja Antabogo. Pedang Berbaris memisahkan diri. Potongan-potongannya terhubung oleh benang-benang energi yang terkoneksi satu sama lain. Potongan-pot
“Pangeran tidak bertarung seorang diri. Ada aku, ada Asri,” jawab Aprilia. Ia menunjukkan telapak tangan kirinya. Ada tanda penyembuh di sana.“Asri...”“Aku tahu Pangeran yang sekarang mungkin tidak mencintainya, tetapi aku ingat bagaimana dulu Pangeran sangat tergila-gila kepadanya. Asri juga adalah calon ratu. Ia tak bisa bertempur bersama Pangeran, namun sekarang ia bertempur bersama Pangeran. Ini adalah perasaan cinta Asri untuk Pangeran.”Hati Aryanaga serasa tercubit. Dia memang pernah merasakan perasaan cinta yang mendalam kepada Asri. Perasaan bersalahnya membawa Asri ke Dunia Bawah kembali menyelimuti benaknya. Asri sudah berkorban untuknya dan ia tak ingin pengorbanan Asri sia-sia. Aryanaga menggenggam tangan Aprilia.
Raja Antabogo sama sekali tidak berubah dalam wujud hybrid. Dia masih dalam wujud manusianya. Sementara kedua lawannya sudah berubah wujud. Pertempuran ini akan benar-benar menjadi pertempuran yang tidak akan terlupakan. Akan tercatat dalam sejarah Dunia Bawah.“Majulah!” ucap Raja Antabogo.Aryanaga segera melesat ke arah Raja Antabogo. Begitu cepatnya hingga yang tersisa dari tempatnya berdiri hanyalah debu yang berterbangan. Aprilia juga mengikutinya. Dia menghunus pedangnya yang sudah menyala merah. Raja Antabogo sama sekali tidak bergerak dari tempatnya berdiri, ataupun berusaha untuk menahan serangan. Pukulan Aryanaga tepat mengenai wajah Raja Antabogo, tebasan pedang Aprilia juga merobek perut Antabogo. Namun, keduanya alangkah terkejut saat mendapati pukulan Aryanaga seperti terhalang oleh dinding tipis yang menyelim