“Dia tampaknya kesal. Apa dia mengenalmu?” tanya Trent.
“Oh, tentu saja. Dia dulu adalah bawahanku, jadi aku tahu banyak tentang dia,” jawab Pangeran Bagar.
Semua orang tampak sudah memasang taruhannya. Mereka terus meneriakkan nama Atra. Bandi tersenyum sinis ke arah Pangeran Bagar. Bingung juga bagaimana orang itu bisa berada di tribun penonton. Ia juga heran, bagaimana Bagar bisa masuk ke Imperium dengan mudah?
“Pertarungan dimulai!” seru pembawa acara.
Mereka lalu masuk ke gedugnya. Pangeran Bagar melihat satu ruangan besar dengan meja berjajar rapi. Rak-rak buku bertumpuk di tempat ini, seperti surga bagi mereka para pecinta buku. Tidak banyak orang di dalamnya seperti perkiraan Pangeran Bagar. Seorang pustakawan tampak berada di mejanya sedang membaca buku. Dia seorang Goblin berkacamata. Melihat kedatangan orang-orang ini ia mencoba membenarkan kacamatanya, sepertinya ingin meyakinkan diri tentang orang yang datang ke tempatnya. “Tuan Muda Trent?” tanyanya. “Kau benar,” jawab Trent. “Kau t
Penjara Tujuh PintuAryanaga terengah-engah. Napasnya nyaris habis dan ia sudah kehabisan tenaga. Sementara itu Alter Ego masih segar bugar seolah-olah tenaganya tak pernah habis. Memang kekuatan mereka seimbang, apapun yang dilakukan oleh Aryanaga, dia juga bisa melakukannya. Bukan hanya bentuk fisik saja yang mirip, semua kepribadian dan cara menyerangnya juga sama. Aryanaga seperti melawan sosoknya yang lain. “Kenapa? Kau sudah kelelahan. Kau bisa beristirahat dan aku akan menunggumu untuk kembali bertarung,” ucap si Alter Ego. Aryanaga berbar
Kerajaan PeriAprilia tersentak. Dia menoleh ke suatu arah. Seperti ada yang memanggilnya. Dia yakin ada yang memanggilnya, tetapi tak ada orang sama sekali. Sayup-sayup tadi terdengar suara Aryanaga memanggilnya. Dia mendesah. Mungkin karena perasaan rindunya kepada Aryanaga membuatnya seolah-olah merasakan kehadiran tunangannya itu. Kembali ia mengusap punggungnya, berharap tanda itu masih ada di sana. Dia juga berharap Aryanaga baik-baik saja sekarang. Ruangan tempat dia berada sekarang adalah ruangan yang cukup luas. Cuma ada Minotaur di ruangan itu terkapar tak berdaya. Mereka baru saja berlatih cukup keras, sampai-sampai membuat Minotaur tak bisa lagi berdir
Raja Kora duduk di atas singgasananya. Dia sebenarnya tidak bersemangat. Pertempuran ini pun dia lakoni karena keterpaksaan. Para menteri dan penasihatnya pun memberikan jalan keluar dari ancaman Raja Azrael dan Raja Antabogo agar bisa bergabung dengan mereka. Alhasil mau tak mau ia harus ikut dalam pertempuran. Raja Kora sedang didampingi para pengawal dan penasihatnya hari itu, di tenda utama raja, di Pulau Angkara. Tinggal menunggu waktu saja sebelum ketiga pasukan menggempur Kerajaan Naga Laut Timur.Salah seorang prajurit memasuki tenda sambil memberi hormat, “Salam Yang Mulia.”“Ada apa?” tanya Raja Kora.
“Ini adalah tembok utama Kerajaan mereka. Mereka punya tiga tembok tinggi mengelilingi istana utama. Kalau kita bisa menjebol tiga tembok pembatas, maka kita bisa menaklukkan mereka,” ucap Pangeran Darius. “Tiga tembok penghalang ini, sepertinya cukup kuat,” kata Brastapa. “Tentu saja, mereka membangun ini ada fungsi dan maksudnya. Armada yang paling kuat dimiliki oleh Kerajaan Naga Laut Timur adalah pemanah. Mereka punya ribuan penembak jitu dan apa kalian tahu kalau satu-satunya Kerajaan yang memiliki pasukan terlengkap adalah kerajaan mereka?” ucap Pangeran Darius. “
40 tahun yang lalu, Dunia BawahRaja Belzagum berdiri di atas tanah berpasir. Di hadapannya bangkai-bangkai berserakan setelah pertempuran hebat yang telah ia lakoni selama tiga hari tiga malam tanpa henti. Kini dia lelah, bahkan saat berdiri pun ia lupa apakah di alam mimpi atau di alam nyata. Raja Belzagum kemudian mulai melangkah melewati tumpukan-tumpukan mayat. Asap mengepul dari bekas-bekas tanah yang terbakar. Tak ada lagi lawan di hadapannya. Raja Belzagum kemudian mengubah wujudnya menjadi naga. Perlahan-lahan ototnya terbungkus oleh sulur-sulur, kemudian membungkus seluruh badannya, hingga akhirnya menjadi wujud yang baru. Perubahannya masih menakjubkan.
Kerajaan Naga Laut Timur, sekarang“Yang Mulia, kerajaan kita telah dikepung. Mau bagaimana pun juga untuk bisa bertahan akan sangat sulit. Apalagi untuk menggempur mereka,” ucap Pati Walaka. “Aku tahu. Tapi, kita tak boleh menyerah. Peperangan ini akan menentukan nasib kerajaan ini ke depannya nanti,” kata Raja Belzagum. “Ada yang punya usulan?”“Yang Mulia, hamba usul untuk memperkuat pertahanan di gerbang utama, kita ungsikan semua penduduk ke gerbang terakhir,” usul salah satu panglima.
Penjara Tujuh PintuGedung-gedung pencakar langit saling bertumpang tindih. Langit menjadi daratan. Dari berbagai arah juga datang daratan yang lainnya. Alter Ego dan Aryanaga bertarung di antara gedung-gedung pencakar langit yang saling berbenturan satu sama lain. Mereka sudah tak kenal lagi yang namanya istirahat, waktu juga tinggal sedikit sebelum Aryanaga benar-benar ditelan oleh dunianya sendiri. Aryanaga menempelkan lutut kaki kanannya ke dinding gedung. Dia ingin mengatur napas sejenak. Berkali-kali ia melemparkan tombaknya, tetapi sama sekali tak mengenai Alter Ego. Bahkan yang lebih mengejutkan kembarannya itu bisa menangkis serangan tombaknya dengan tend