Kerajaan Naga Laut Timur, sekarang
“Yang Mulia, kerajaan kita telah dikepung. Mau bagaimana pun juga untuk bisa bertahan akan sangat sulit. Apalagi untuk menggempur mereka,” ucap Pati Walaka.
“Aku tahu. Tapi, kita tak boleh menyerah. Peperangan ini akan menentukan nasib kerajaan ini ke depannya nanti,” kata Raja Belzagum. “Ada yang punya usulan?”
“Yang Mulia, hamba usul untuk memperkuat pertahanan di gerbang utama, kita ungsikan semua penduduk ke gerbang terakhir,” usul salah satu panglima.
Penjara Tujuh PintuGedung-gedung pencakar langit saling bertumpang tindih. Langit menjadi daratan. Dari berbagai arah juga datang daratan yang lainnya. Alter Ego dan Aryanaga bertarung di antara gedung-gedung pencakar langit yang saling berbenturan satu sama lain. Mereka sudah tak kenal lagi yang namanya istirahat, waktu juga tinggal sedikit sebelum Aryanaga benar-benar ditelan oleh dunianya sendiri. Aryanaga menempelkan lutut kaki kanannya ke dinding gedung. Dia ingin mengatur napas sejenak. Berkali-kali ia melemparkan tombaknya, tetapi sama sekali tak mengenai Alter Ego. Bahkan yang lebih mengejutkan kembarannya itu bisa menangkis serangan tombaknya dengan tend
Aryanaga mengibaskan sayapnya sama seperti yang dilakukan Alter Ego. Dia bisa merasakan kekuatan yang luar biasa dari sabetan sayap itu. Kibasannya membelah angin hingga membuat satu gedung yang ada di hadapannya terbelah menjadi dua. “Kalau begitu, kau siap untuk bertarung,” ucap Alter Ego. Dia kemudian mengumpulkan energi di mulutnya. Bola api berwarna merah mulai terbentuk.Aryanaga melakukan hal yang sama. Di mulutnya terdapat cahaya berwarna merah menyala. Kemudian secara bersamaan keduanya menyemburkan kekuatan api mereka. Kedua kekuatan bertemu kemudian terjadi ledakan hebat.
Mata Aryanaga menatap tajam ke Alter Egonya. Sang Alter Ego makin mendekat ke Aryanaga. Sang Pangeran melihat tubuhnya akan membeku, karena kekuatan tombak itu. Dari luka tusukannya, mulai merembet ke seluruh tubuhnya. “Kau akan kalah, Pangeran. Sebentar lagi tubuhmu akan jadi milikku,” ucap Alter Ego. Aryanaga mengangkat tangan kanannya, kemudian ia arahkan telapak tangannya ke arah kembarannya. “Aku tak akan kalah.”“Kau percaya…., uhk!” Alter Ego terkejut. Karena tiba-tiba tombak api yang tadi di pegang Aryanaga kembali ke tangan
Fajar mulai menyingsing. Langit pun berubah warna. Kerajaan Naga Laut Timur menyerang lebih dulu. Sebab, mereka tahu menunggu digempur dulu sama artinya mereka akan kalah. Persiapan pun dilakukan dengan matang pada malam hari sebelum penyerangan di mulai. Raja Belzagum membagi pasukan untuk masing-masing wilayah istana pada setiap gerbang. Seluruh para penduduk sudah diungsikan ke dalam gerbang ketiga. Sementara itu di gerbang pertama para pemanah disiagakan di puncak-puncak benteng, berderet dengan mata panah siap ditembakkan. Di gerbang pertama ini para penyihir dan elemental langsung dikerahkan agar tidak musuh sampai mendesak ke gerbang kedua. Kalau misalnya musuh mampu menjebol gerbang pertama, maka pasukan penyihir dan pemanah harus segera mundur menuju ke gerbang kedua sementara pasukan darat akan menahan musuh sampai seluruh pasukan panah dan penyihir masuk ke gerbang kedua. Kalau mi
“Paduka, kita tidak akan bisa bertahan dalam keadaan seperti ini. Aku akan ikut bertempur,” ucap Aprilia.“Tidak, seperti yang aku katakan kau menjaga gerbang ketiga. Gerbang kedua adalah bagianku,” kata Raja Belzagum.“Tapi...”“Ini adalah pertempuran, Putri Aprilia. Tetap pada strategi yang sudah kita rencanakan sebelumnya,” kata Raja Belzagum. Sesaat kemudian muncul sepasang sayap dari sela-sela jubah merah di punggungnya. Dalam sekejap Sang Raja melompat dari menara lalu melesat ke arah pasukan yang ada di gerbang kedua.Aprilia gatal sekali ingin bertempur, tapi ia tahu strategi yang digunakan ayahnya tak boleh dikacaukan olehnya sendiri. Saat ini meskipun musuh terus mendesak ia ha
Sedikit demi sedikit gerbang tersebut bergerak. Dari celah kecil gerbang terlihat makhluk raksasa berada di baliknya. Saat pintu terbuka seukuran orang dewasa, tiba-tiba menyeruak masuk pasukan reptil. Mereka merayap dengan cepat menuju ke pasukan yang sudah bersiaga menyambut mereka dengan barikade-barikade tombak dan jebakan-jebakan. Raja Belzagum memberi isyarat dengan menunjuk ke arah musuh dengan kelima jarinya. Seketika itu seluruh prajurit pun maju. Di saat yang bersamaan kedua tangan Raja Belzagum muncul api. Dalam sekejap ia sudah berada di depan menyambut Titan yang baru saja mendobrak gerbang hingga terbuka. Satu pukulan menghantam kepala raksasa itu hingga tubuhnya yang besar terhuyung-huyung ke belakang.“Sudah dimulai,” ucap Pangeran Darius yang mengamati pertempuran itu dari kejauhan. Dia kemudian beranjak sambil menenteng pedang besar di pundaknya.
Cahaya matahari tertutup awan hitam. Bukan sembarangan awan hitam, melainkan pasukan Wyvern datang dengan jumlah yang sangat banyak. Dari arah yang berlawanan sekumpulan kawanan burung dan kupu-kupu mulai mendekat. Awan berwarna-warni datang dari Kerajaan Naga Laut Timur terus bergerak menuju ke arah musuh. Raja Belzagum terbang mengitari benteng pertahanan, saat itulah disusul pasukan naganya yang lain. Mereka juga berubah menjadi naga. Beberapa di antara mereka ada sayap di punggungnya, sebagian lagi berupa ular raksasa. Dari pasukan musuh pun juga ada pasukan naga, mereka pun ikut menyerang.Awan berwarna-warni mulai bergerak cepat di atas pasukan Kerajaan Naga Laut Timur. Mereka terus bergerak hingga pasukan Wyvern datang. Pasukan Wyvern mulai menembakkan api dari mulut mereka. Bola-bola api itu mengenai awan warna-warni tersebut, beberapa burung dan kupu-kupu terbakar. Pasukan burun
Brastapa bangkit lagi. Badannya terhuyung-huyung. Rasa pening akibat serangan Raja Belzagum begitu terasa. Tubuh naganya berangsur-angsur menghilang, kembali lagi ke wujud hybrid. Melihat Raja Belzagum masih tetap berdiri tegap, Brastapa segera berlari ke untuk menyerangnya sekali lagi.Pertempuran kembali lagi pecah. Kini Brastapa melawan Raja Belzagum. Brastapa terus berusaha mendesak Raja Belzagum. Brastapa menghunuskan pedang. Dia menyabetkan pedang berusaha melukai Raja Belzagum. Raja Belzagum terlalu cepat. Seluruh serangan tersebut sia-sia. Bahkan, Sang Raja mampu membalas serangannya dengan pukulan cepat bertubi-tubi ke tubuh Brastapa. Panglima Brastapa tak mampu menghindari serangan pukulan tersebut, karena sangat cepat. Ibaratnya sekarang ini ia seperti dihantam angin tornado. Raja Belzagum memang tak pernah menahan kekuatan tinjunya, sehingga Brastapa pun ambruk tak sadarkan d