Sedikit demi sedikit gerbang tersebut bergerak. Dari celah kecil gerbang terlihat makhluk raksasa berada di baliknya. Saat pintu terbuka seukuran orang dewasa, tiba-tiba menyeruak masuk pasukan reptil. Mereka merayap dengan cepat menuju ke pasukan yang sudah bersiaga menyambut mereka dengan barikade-barikade tombak dan jebakan-jebakan. Raja Belzagum memberi isyarat dengan menunjuk ke arah musuh dengan kelima jarinya. Seketika itu seluruh prajurit pun maju. Di saat yang bersamaan kedua tangan Raja Belzagum muncul api. Dalam sekejap ia sudah berada di depan menyambut Titan yang baru saja mendobrak gerbang hingga terbuka. Satu pukulan menghantam kepala raksasa itu hingga tubuhnya yang besar terhuyung-huyung ke belakang.
“Sudah dimulai,” ucap Pangeran Darius yang mengamati pertempuran itu dari kejauhan. Dia kemudian beranjak sambil menenteng pedang besar di pundaknya.
Cahaya matahari tertutup awan hitam. Bukan sembarangan awan hitam, melainkan pasukan Wyvern datang dengan jumlah yang sangat banyak. Dari arah yang berlawanan sekumpulan kawanan burung dan kupu-kupu mulai mendekat. Awan berwarna-warni datang dari Kerajaan Naga Laut Timur terus bergerak menuju ke arah musuh. Raja Belzagum terbang mengitari benteng pertahanan, saat itulah disusul pasukan naganya yang lain. Mereka juga berubah menjadi naga. Beberapa di antara mereka ada sayap di punggungnya, sebagian lagi berupa ular raksasa. Dari pasukan musuh pun juga ada pasukan naga, mereka pun ikut menyerang.Awan berwarna-warni mulai bergerak cepat di atas pasukan Kerajaan Naga Laut Timur. Mereka terus bergerak hingga pasukan Wyvern datang. Pasukan Wyvern mulai menembakkan api dari mulut mereka. Bola-bola api itu mengenai awan warna-warni tersebut, beberapa burung dan kupu-kupu terbakar. Pasukan burun
Brastapa bangkit lagi. Badannya terhuyung-huyung. Rasa pening akibat serangan Raja Belzagum begitu terasa. Tubuh naganya berangsur-angsur menghilang, kembali lagi ke wujud hybrid. Melihat Raja Belzagum masih tetap berdiri tegap, Brastapa segera berlari ke untuk menyerangnya sekali lagi.Pertempuran kembali lagi pecah. Kini Brastapa melawan Raja Belzagum. Brastapa terus berusaha mendesak Raja Belzagum. Brastapa menghunuskan pedang. Dia menyabetkan pedang berusaha melukai Raja Belzagum. Raja Belzagum terlalu cepat. Seluruh serangan tersebut sia-sia. Bahkan, Sang Raja mampu membalas serangannya dengan pukulan cepat bertubi-tubi ke tubuh Brastapa. Panglima Brastapa tak mampu menghindari serangan pukulan tersebut, karena sangat cepat. Ibaratnya sekarang ini ia seperti dihantam angin tornado. Raja Belzagum memang tak pernah menahan kekuatan tinjunya, sehingga Brastapa pun ambruk tak sadarkan d
Api berwarna biru membakar pepohonan raksasa yang menutupi gerbang. Api itu merambat dengan cepat seperti rayap yang memakan kayu yang lapuk. Sangat cepat hingga seluruh benteng kini terbakar api biru. Api yang menggerogoti itu membakar habis pohon-pohon raksasa beserta akarnya lalu lenyap menghilang begitu saja seperti keadaan semula. Raja Belzagum terperangah menyaksikan api yang bisa mengendalikan waktu.Pangeran Darius berdiri di antara abu yang terbang tertiup angin. Saat pepohonan tersebut bersih dari benteng, para pasukan musuh pun langsung menyeruak masuk. Bahkan pasukan bantuan yang baru datang pun langsung ikut menyerbu. Para Necromancer kembali membangkitkan Titan-titan. Pasukan Kerajaan Naga Laut Timur harus kembali melawan paskuan musuh dengan kekuatan seperti semula, apalagi sekarang ada pasukan tambahan.“Aku akan b
Raja Belzagum melesat ke arah Titan yang baru saja masuk tersebut. Dia pun sudah bergulat dengan sang Titan. Aprilia pun tak ketinggalan. Dia ikut bertempur dengan pasukan yang lainnya. Sambil menyentuh para prajurit yang terkena luka.Raja Kora menghampiri Pangeran Darius. Terlihat panglima itu tengkurap dengan tangan kanannya memukul-mukul tanah. Tampaknya ia sangat kesal. Ada satu yang membuat Pangeran Darius berbeda dari sebelumnya. Helmnya hancur. Tinju Aprilia menghancurkan helm yang selalu dipakainya.“Memalukan, kalah oleh seorang perempuan,” ledek Raja Kora. “Bahkan, ayahku pun akan menertawakanmu.”Pangeran Darius berdiri. Kini setiap orang bisa melihat wajahnya. Sama sekali bukan wajah yang bisa dengan enak dipandang. Separuh wajahnya rusak dengan sis
Kesepuluh orang ini ternyata saling bekerja sama. Mereka saling dukung. Saat satu terdesak, maka yang lainnya menolong dengan menyerang Aprilia. Aprilia mencoba untuk melihat peluang agar ia bisa menyerang juga. Namun, peluang itu sepertinya tipis. Dia hanya bisa menghindar dan menghindar. Ia perlu kecepatan dan kekuatan yang lebih. Maka dari itu Aprilia meningkatkan kekuatan tekniknya. Nyala api di tangannya makin membara, kecepatannya pun meningkat pesat. Dalam sekejap ia sudah berada di belakang salah satu Pangeran Darius lalu menusukkan pedang ke lehernya. Secepat angin, Aprilia sudah menghilang lagi. Satu Pangeran Darius tumbang, kemudian satu Pangeran Darius yang lain tiba-tiba sudah kehilangan kepalanya. Bahkan tangannya menggapai kepalanya yang sudah menggelinding ke tanah. Darah mengucur seperti air mancur dari luka akibat tebasan itu. Pangeran Darius yang lain tak bisa menangkap gerakan Aprilia.
“Kau datang,” kata Aprilia.“Ya, aku datang,” kata Aryanaga.“Tunggu dulu. Bukannya kita sedang berciuman?”“Iya, memang.”“Trus, kenapa hatiku bisa berbicara dengan hatimu?”“Bukankah begini lebih baik? Tanpa mengeluarkan kata kita bisa berbicara dari hati ke hati?”“I-iya, sih. Ah, ini pasti mimpi.”“Kau kira ciuman ini mimpi?”“Entahlah. Apa kau tahu kalau aku merindukanmu?”
“Kau istirahatlah, Ratuku!” ucap Aryanaga. Dia kemudian berlalu meninggalkan Aprilia menghadapi Pangeran Darius. Aryanaga memasukkan batu kekuatan di saku celananya. Langkahnya diperhatikan oleh semua orang. Tak ada rasa takut terpancar dari wajahnya. Tak ada beban yang harus ia pikul sekarang ini. Ia bebas.“Putra Primadigda, bocah kemarin sore yang hendak melawanku. Bagaimana kau mau melawanku? Satu per satu? Jumlahku lebih banyak. Bahkan aku bisa memanggil diriku lagi. Dengan cara apa kau melawanku?” tanya Pangeran Darius.Aryanaga mengaktifkan teknik Mata Dewa. Jangkauan energinya meluas hingga sampai keluar gerbang istana. Dia bisa melihat seluruh pasukan. Merasakan keberadaan binatang-binatang serangga memakan mayat-mayat, matanya bahkan bisa mendeteksi degub jantungnya, aliran darah setiap pasukan yang ada
“Secepat itu?” tanya Aprilia, “Yang Mulia?!”“Kenapa? Kau tak mau?”“Bukan begitu, tapi...”“Sudahlah, lagipula cepat atau lambat kalian juga akan jadi raja dan ratu.”Pangeran Darius menebaskan pedang besarnya. Kali ini Aryanaga tak menghindar. Tubuhnya berganti wujud hybrid bersisik sisik hitam dan putih. Di belakang punggung sepasang sayap lebar muncul. Sepasang tanduk runcing tumbuh di sela-sela rambut. Kini wujud hybrid yang biasa dia miliki sudah bukan lagi sisik kebiruan, namun hitam dan putih. Seketika itu dalam radius beberapa ratus meter, seluruh tempat berubah warna menjadi hitam dan putih. Pangeran Darius terkejut, bukan hanya terkejut karena warna tempat yang ada