“Wula—!”“—Jangan mendekat!”Tersentak dengan gertakan tersebut, Jaka Tarub benar-benar serasa langsung dikutuk untuk membeku di tempat.“Selama ini, … aku pikir, kamu betul-betul ingin ikut mencari selendang dan membantuku.”Bersama alis yang bertaut.“Aku sudah sabar dan tetap sabar, mencari selendangku meski itu memang banyak memakan waktu.”Mata yang mengabur seperti mendungnya awan berkabut.“Dengan harapan besar, aku selalu berdoa supaya selendangku ini cepat ditemukan.”Juga bibir yang digigit secara mengerut.“Sekarang, jelaskan kepadaku.”Nawang Wulan melayangkan pertanyaan.“Kenapa kamu berbohong kepadaku dengan mengatakan … bahwa kamu masih tidak dapat menemukan selendangnya padahal selama ini sudah kamu sembunyikan di dalam gudang?!”Dia, si wanita elf itu melontarkan sebuah pertanyaan yang dengan entengnya langsung datang menerjang juga mengobrak-abrik perasan Jaka Tarub, supaya ditelan oleh gilanya kegelisahan.“Kenapa kamu berusaha menjauhkanku dari selendang, seolah-ol
“Kyaaah! Anda sangat cantik sekali, Gusti Ratu.”Memuji sang Ratu Kerajaan Pasir Batang sekarang, Purbasari, yang didandani olehnya dengan sangat cantik sampai menyerupai seorang putri dari negeri roh yang bertempat di Kekaisaran Kahyangan, … sang pendandan, si peri kecil yang masih berwujud manusia sampai saat ini sehabis meminta pengutuknya mengubahnya begini, Pohaci, … tersenyum dengan bangga.Dia yang memanfaatkan kondisinya saat ini untuk menjadi seorang Regina–pelayan dekatnya pribadi ratu yang dapat dipercaya–sangat antusias dalam mendampingi ratunya tersebut, tuk berdandan rapi dalam menyelenggarakan satu acara yang bertujuan mengemukakan pengumuman penting ke hadapan banyaknya rakyat. Ya.Tepat setahun lebih lamanya Purbasari menjadi ratu sekaligus menjadi seorang istri untuk pasangannya, Guruminda, … hari ini, dengan bersuka cita ia ingin mengejutkan semua rakyat termasuk suaminya, … dalam menyampaikan berita bahagia berupa dirinya tengah mengandung calon penerus kerajaan.
“Tamat …?"“Iya.”“Hanya itu saja?”“Iya.”“Tidak ada kelanjutannya lagi?”“Pffft, iya Raras Sayang.”Suara tawa mengekeh kecil dari seorang pria pembalas pertanyaan remeh yang seorang wanita berstatus istrinya itu tanyakan ini, terdengar begitu nyaring di sepinya ruang kamar.“Ceritanya sudah tamat.”Dia adalah Mahendra.Mengecup dahi istrinya yang tengah hamil besar dan semakin banyak maunya menjelang tanggal perkiraan kelahiran bakal bayi anak pertama mereka, … yang di mana si ibu hamil itu enggan turun dari duduk di atas pahanya juga melingkarkan tangan di tengkuk dan menyusupkan wajah di perpotongan leher selayaknya anak kecil, … Mahendra menyarankan.“Waktunya kamu tidur.”“Tidak mau~”“Ohho!”Menambahkan balasan atas saran dari suaminya itu dengan menggelengkan kepalanya pelan, istrinya Mahendra pun, segera mendongakkan wajah cemberutnya begitu nama lengkapnya di sebutkan.“Ayo tidurlah Sayangku. Istriku yang cantik, Rarasati binti Agung.”“Ihh~!”Mencomot hidung istrinya yang
Pergi menikah dalam hubungan politik demi kebaikan kerajaan, atau mati sia-sia karena membangkang sang ratu yang memberikan perintah?“Maafkan Saya, Nona.”Jika itu dapat membuatnya menjauh dari sang saingan yang kerap kali menjadi bahan perbandingan dirinya oleh ibunya, sang putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik, … akan melakukannya secara tenang.“Jalur menuju daerah kekuasaan Lord Arca, sangat sukar untuk dilalui oleh kereta kuda lebih dalam lagi.”Pergi dari istana kediamannya tanpa membawa seorang pun pelayan atau pula ksatria, juga meninggalkan ibunya sendiri supaya tidak dapat mengekang kehidupannya lagi, … perjalanan Purbamanik dalam menempuh jarak juga waktu tuk sampai ke alamat pengirim lamaran pernikahan, Baron Arcadika, … sepertinya akan terhelat lumayan lambat.“Selain itu, ada desas-desus yang mengatakan bahwa tempat di mana wilayah kekuasaan Lord Arca ini benar-benar wilayah yang begitu sangat-sangat ditakuti.”Turun dari kereta kuda yang berhenti sembari
“Ayo kita menikah.”Ini adalah sesuatu yang berjalan di luar dugaan.“Sekarang.”Purbamanik, si putri yang tadinya menyangka bahwa calon suaminya tidak akan memiliki penampilan yang seburuk itu, … mengingat ksatria yang tadi membawanya sampai ke kediaman tua yang suram, kotor, berantakan, lagi terlihat sunyi seperti tak berpenghuni ini saja memiliki visual di atas rata-rata, ….“Di sini. Hari ini.”… Hanya mampu mengulaskan senyuman dengan hati merasa ingin melancarkan banyak satire.“Ya ampun, Tuanku.”Jangan langsung melemparkan amarah, dan bersabarlah terlebih dahulu saja.“Saya saja baru sampai di sini pada beberapa masa yang lalu loh. Saya masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi.”Ini memang di luar bayangannya, terkait dirinya akan mendapatkan seorang pasangan yang sudah di jamin visualnya, … selayaknya pasangan yang didapatkan oleh sang saingan yang terkenal akan ketampanannya sampai seantero negeri.“Kau kan bisa beradaptasi atau apalah itu, setelah kita menikah juga."Bersa
“Mari kita bernegosiasi.”“Hah? Negosiasi? Persetan dengan itu!”“Tuanku.”“Euk …?!”“Ini memang pernikahan politik. Dan di dalam politik itu terkadang ada kesepakatan akhir bersama, supaya kita dapat menjalankan visi dan tujuan secara adil juga merata, bukan?”Seperti langsung tercekat dengan aura misterius yang terasa dari senyuman Purbamanik yang menekan, Arcadika tak mampu untuk bersilat lidah dalam mengucapkan segala pernyataan menyangkal lagi. “Saya percaya Anda tidak akan menekan hak kebebasan Saya sampai sebegitunya. Makanya, mari mulai dari langkah awal untuk menyetujuinya. Maukah Anda mendengarkan semuanya terlebih dahulu?” Arcadika yang awalnya menampakkan raut muka keberatan itu, terdiam sejenak untuk menimang-nimang penawaran.“Jika Anda tidak mau menyetujuinya maka tidak ada pilihan lain. Saya tidak akan pernah mau melahirkan penerus keluarga Anda.”Terlebih lagi, ….“Saya tidak menginginkan seorang suami yang akan berlaku kurang ajar sampai bisa mempermalukan istrinya.
“Ah~ akhirnya, kita pulang juga.”Membaringkan diri berpenampilan kumal di dinginnya lantai kayu asrama untuk para ksatria, ketuanya peleton kecil ksatria tersebut, Sir Satria, yang baru pulang dari pembasmian iblis di daerah perbatasan dekat desa yang memakan waktu selama seminggu lebih itu, … mendadak harus dikejutkan dengan sesuatu.Dia yang tak sengaja menangkap siluet orang besar yang tengah mencoba bersembunyi di bawah kolong meja tempat menyimpan makanan itu pun, sontak mengejutkan rekan-rekannya yang lain untuk kemudian terkejut bersama.“Milord! Apa yang Anda lakukan di sana?!” tanyanya dengan kaget sekaligus heran, seraya menarik orang yang ternyata adalah majikannya untuk keluar dari tempat sempit itu dibantu dengan ksatria lain.“Ya ampun, Anda kenapa?! Apa Anda sudah lama terjebak di sini? Tugas yang dijalankan oleh kami kan lumayan lama, jadi tidak akan pulang kemari sesering mungkin. Bagaimana jika Anda terjebak di sini selamanya dan baru diketahui saat Anda sudah menja
“Selamat atas pernikahan kalian~!”Menyambut dengan antusias pasangan suami-istri baru berganti pakaian setelah memutuskan untuk langsung pulang ke kediaman yang terasa lebih bersih juga rapi, patut untuk ditinggali oleh orang, … baik itu Juan dan istrinya, dengan bangga mempersiapkan perjamuan makan.“Kalian berdua sudah pasti sangat lapar kan? Dengan begitu, ayo cepatlah duduk.”Mempersilahkan Arcamanik untuk duduk dengan Arcadika, Ibu Koki menampilkan gurat senyum penuh arti.“Nah~ karena Head Butler dan Vivi ada tugas untuk membantu Saya di dapur, kami bertiga akan pamit terlebih dahulu ya~!”Seolah-olah sudah menanti hari menggebu-gebu ini, wanita yang sudah berpengalaman dalam menjalani kehidupan cinta ikatan pernikahan, menghilangkan jejak secepat kilat dari hadapan sang tuan dan nyonya rumah sembari menyeret serta sang anak dan sang suami.“….”Pada akhirnya, rasa canggung, menghinggapi keduanya.“….”Beraktivitas dalam diam berupa melilitkan serbet di leher sama seperti apa y